BatamNow.com, Jakarta – Singapura mencatat 550 kasus kasus Covid-19 varian Delta India atau B.1617.2 hingga akhir Mei.
Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan ada 428 kasus lokal dan 122 kasus impor dengan varian Delta, demikian seperti dikutip dari The Straits Times, Selasa (08/06/2021).
Varian Delta diketahui lebih mudah menular dari satu orang ke orang lain. Varian itu juga diduga menjadi penyebab ledakan kasus Covid-19 di India.
Pada 4 Mei lalu, Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengatakan ada 10 kasus lokal yang terinfeksi Covid-19 dengan varian Delta.
Varian itu juga diduga memicu terciptanya klaster di rumah sakit Tan Tock Seng Hospital.
Kemudian pada 31 Mei, total kasus yang terinfeksi Covid-19 sebanyak 449 termasuk varian lokal.
Lebih rinci lagi, 428 orang terinfeksi Covid-19 varian Delta, tujuh orang varian Inggris atau Alpha, sembilan orang varian Afrika Selatan atau Beta, dan lima orang varian Brasil atau Gamma.
“Namun kita telah menyesuaikan langkah-langkah kami dan jumlah penularan kasus lokal menurun selama dua minggu terakhir,” kata juru bicara Menkes Singapura.
“Studi sedang dilakukan untuk mendapat pemahaman dari varian tersebut dan kami akan mengatur strategi kami saat banyak informasi tersedia.”
Singapura telah meningkatkan pengetesan, penelusuran kontak dan program vaksinasi untuk menekan penyebaran virus corona.
Jubir Kemenkes itu juga menyebut varian Delta terdeteksi melalui pengurutan genom virus. Pendeteksian itu dilakukan oleh Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nasional di Pusat Nasional untuk Penyakit Menular.
Urutan genom mengacu pada teknik yang digunakan otoritas kesehatan publik Singapura dan para peneliti untuk “membaca” urutan genetik patogen.
Sementara itu kode genetik patogen penyebab Covid-19 sebagian besar sama, dan untuk varian akan menunjukkan sedikit perbedaan dalam kode genetiknya.
Karena urutan ini unik untuk tiap varian, teknik mengurutkan genom memungkinkan pihak berwenang dan ilmuwan mengidentifikasinya.
Direktur Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nasional Singapura, Raymond Lin mengatakan upaya pengurutan itu difokuskan untuk membantu menjelaskan rantai penularan.
“Dengan pemahaman itu, kita mencoba untuk menghentikan atau mengurangi transmisi,” katanya.
Direktur eksekutif Lembaga Sains Teknologi Sebastian Maurer-Stroth, dan Institut Penelitian Bioinformatik menyebut gelombang tinggi varian Delta akan terjadi di Singapura.
“Ada satu klaster besar dari varian Delta lokal, dan banyak pengunjung wilayah membawa varian Delta, sehingga frekuensi (penularan) relatif tinggi di Singapura,” katanya.
Misalnya, sebanyak 10 kasus Covid-19 varian Delta dilaporkan di Singapura pada 4 Mei, lima di antaranya dari klaster RS TTSH.
Maurer mengatakan frekuensi penularan relatif sedikit di negara-negara kecil.
“Karena klaster bisa dikendalikan lebih baik, jumlah kasus dan karena urutan genomic, berkurang hingga hanya satu virus genom yang dilaporkan,” ujarnya.
“Kenaikan frekuensi relatif disertai dengan penurunan jumlah kasus di Singapura, yang memiliki sistem pengawasan yang kuat, (itu) menunjukkan keberhasilan dalam mengendalikan virus.”(*)