BatamNow – Meski Batam galau Virus Corona, berita ambruknya konstruksi beton dermaga pelabuhan kargo Batu Ampar (BTA) tak surut dikritisi.
Apalagi BP Batam mengalami kerugian Rp 4 Miliar setiap bulan atau sama dengan Rp 40 Miliar dalam 10 bulan, akibat longsornya bagian konstruksi dermaga di sana. Sudah hampir 10 bulan dermaga yang amblas itu, terkulai.
Sejak Juni 2019, dermaga yang amblas itu terkulai, entah mengapa tak kunjung diperbaiki.
Artinya, akumulasi kerugian masih akan terus bertambah, bila kondisi ini berketerusan. Tak hanya pendapatan BP Batam yang ambruk, aktifitas bongkar muat di pelabuhan sepanjang 1250 Meter LWS (Low Water Spring) itu pun, terganggu terus.
“Ya, memang sangat menganggu,” kata seorang kapten Kapal Tug Boat kepada BatamNow di pelabuhan itu, Minggu (15/03/2020).
Laporan Pelabuhan Dibacakan Di RDP DPR
Laporan angka kerugian yang Rp 4 Miliar per bulan itu, disampaikan formal dalam buku pelaksanaan APBN BP Batam Tahun Anggaran (TA) 2019.
Agak mencengangkan memang nominal kerugian yang dilaporkan BP Batam di hadapan DPR RI Komisi VI, 26 Februari lalu di Senayan Jakarta itu.
Bila mengacu kepada kerugian yang Rp 4 Miliar itu, sebenarnya potential gain pelabuhan Batu Ampar Rp 1,5 Triliun per tahun.
Tapi BP Batam hanya mencatatkan pendapatan Rp 399 Miliar, untuk tahun 2019.
Itu belum termasuk pendapatan dari dermaga pelabuhan kargo Sekupang sepanjang 117 Meter LWS, dan pelabuhan kargo di Kabil dengan bentangan 420 Meter LWS.
Dalam laporan Ringkasan Eksekutif Evaluasi Pelaksanan APBN BP Batam TA 2019, realisasi itu justru sekitar Rp 1 Miliar lebih dibanding tahun 2018 (Rp 400 Miliar).
Itu yang dilaporkan Kepala BP Batam Muhammad Rudi pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR RI Komisi VI.
Darimana Angka Rp 1,5 Triliun itu?
Rincinannya begini. Panjang konstruksi yang ambruk itu ditaksir 20 meter. Spare kiri-kanan 10-10 meter, jarak kapal yang labuh tambat di antara dermaga yang ambruk.
Artinya total panjang dermaga yang tak dapat difungsikan, sekitar 40 meter/ Rp 4 Miliar per bulan.
Bentangan dermaga pelabuhan berbentuk letter U, mulai dari arah Utara, Timur ke Selatan, sepanjang 1250 Meter LWS.
Berarti potensi keuntungan rata-rata per tahunnya dari 1250 Meter : 40 Meter x 4 Miliar x 12 bulan = Rp 1,5 Triliun.
Kalau demikian, besar kemungkinan kebocoran terjadi sepanjang masa atas penanganan pelabuhan kargo utama di kawasan FTZ ini?
Masalah ini sangat serius karena angka-angka itu dilaporkan resmi di RDP DPR RI. Artinya, seluruh angka-angka pendapatan maupun kerugian BP Batam, yang disampaikan pada evaluasi penggunaan APBN TA 2019 itu semuanya diyakini telah dihitung kongkrit. Apalagi nominalnya sangat-sangat material.
Konfirmasi BatamNow lewat surat yang dilayangkan ke Ketua Komisi VI DPR RI terkait kemungkinan terjadi kebocoran besar atas pendapatan pelabuhan itu belum dijawab.
“Nanti akan kami cek suratnya,” ujar salah seorang petugas di kesekretariatan di sana.
Nelson Idris: Saya tak Ngerti Analisa Tersebut
Direktur Promosi dan Humas BP Batam Dendi Gustinandar tak menjawab secara teknis klarifikasi BatamNow. Hanya saja, Dendi, membantu mengarahkan wartawan media ini ke unit terkait.
“Saya teruskan ke unit terkait, hubungi yang bersangkutan langsung, saya sudah hubungi beliau,” pinta Dendi, Senin (16/03/2020) menjawab klarifikasi BatamNow.
Nelson Idris, Direktur Badan Usaha Pelabuhan BP Batam, membalas WhatsApp BatamNow dengan isi jawaban yang amat cermat.
“Siapa yang bilang seperti itu. Saya saja ngak ngerti dengan analisa tersebut,” jawab Nelson balik lewat aplikasi yang sama, Senin (16/03/2020).
“Anda yang buat pernyataan, mana bisa saya jawab, makanya anda sebagai wartawan jangan seenaknya bikin pernyataan, ingat kode etik,” kata sang Direktur itu sekenanya.
Pengelolaan Batu Ampar Masih Konvensional
Aktifitas bongkar muat di pelabuhan Batu Ampar, belakangan ini, sudah semakin padat. Sementara kondisi pengelolaan pelabuhan kargo utama di Batam masih konvensional. Apalagi sebagian konstruksi dermaga ambruk.
Sehingga PT Pelindo II dengan BP Batam berencana meningkatkan pelabuhan itu menjadi modern dengan kapasitas jutaan TEU (twenty-foot equivalent unit)atau unit ekuivalen dua puluh kaki per tahun.
Upaya keras peningkatan dan pengembangan pelabuhan itu pun, karena selama 47 tahun beroperasi, utilitasnya nyaris sama dengan yang ada di pelabuhan kargo antarpulau.(JS/Om)