BatamNow.com, Jakarta – Penderita Long Covid memiliki kemungkinan, sekalipun kecil, untuk menjalani rawat ulang di rumah sakit. Ini bisa terjadi dan harus dijalani jika gejala Covid-19 berkembang menjadi kondisi berat.
Dilansir Tempo.co, Ketua Kelompok Kerja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Erlina Burhan, mengungkap itu dalam webinar Waspada Mutasi Virus dengan Protokol Kesehatan pada Kamis 30 September 2021. Dia menyebut ada peluang sebesar lima persen gejala Long Covid menjadi progresif.
“Umumnya ringan tetapi lima persen dikatakan ada kemungkinan menjadi progresif, menjadi berat, bahkan perlu perawatan ulang karena Long Covid-nya,” kata Erlina.
Dokter spesialis paru di RS Persahabatan Jakarta Timur yang juga Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu menuturkan Long Covid adalah para penyintas atau orang yang sudah sembuh Covid-19. Namun, padanya masih ditemukan gejala seperti batuk, sesak, rasa mudah lelah, sakit kepala, badan atau otot nyeri.
“Artinya hasil PCR-nya negatif tetapi kemudian masih mengalami gejala sisa,” kata Erlina.
Erlina mengatakan sebagian besar pasien yang mendatanginya mengaku mengalami perubahan gejala kelelahan. Kalau biasanya bisa berlari 1-2 kilometer tiap hari, tapi belakangan jalan sejauh 200 meter saja sudah merasa lelah dan sesak.
Erlina menuturkan, biasanya gejala-gejala Long Covid ditemukan pada pasien yang dirawat dengan derajat penyakit yang berat atau kritis. “Tapi kalau pada OTG (orang tanpa gejala) atau yang ringan-ringan saja, kami jarang menemukan gejala-gejala Long Covid ini,” ujarnya.
Di samping itu, ia menuturkan badai sitokin (sel imun diproduksi berlebihan sehingga malah merugikan) yang menimpa para penderita Covid-19 juga menyebabkan kerusakan pada sistem organ lain. Sehingga, Erlina menambahkan, para penyintas Covid-19 butuh waktu untuk pemulihan.
Erlina mengatakan pada fenomena Long Covid, masing-masing orang memiliki durasi pemulihan yang berbeda. Ada yang bisa pulih dalam rentang 4-12 pekan, tapi ada juga yang di atas 12 pekan, bahkan enam bulan masih mengalami gejala sisa.
“Namun, pada sebagian besar kasus, akan kembali pulih menjadi seperti semula yang mana gejala sisa tersebut hilang sepenuhnya,” katanya lagi.(*)