Catatan Tim News Room BatamNow.com
Usia tiga pohon beringin (ficus benjamina) di Bundaran BP Batam itu memang tak seusia Hari Bakti BP Batam, hari ini.
Badan Pengusahaan (BP) Batam (dulu Otorita Batam) dibentuk pada 26 Oktober 1971, 50 tahun lalu. Kini masuk di tahun emas, lazim disebut.
Sedangkan ketiga pohon beringin itu: dua pokok setidaknya berusia 34 tahun dan satu lagi berumur 30 tahun.
Ditanam bak posisi kaki tungku. Masing-masing berjarak 3-4 meter.
Kini, ketinggian ketiga pohon beringin itu baru mencapai ± 4 meter, vertikal. Pada awal ditanam, tingginya sekitar 1 meter.
Punya sejarahnya sendiri. Tiga kepala negara bertetangga, yakni Presiden RI Soeharto dan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew menanam dua pohon secara bersamaan pada 29 November 1987. Menyusul satu pohon oleh Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad pada 5 Maret 1991, disaksikan oleh Soeharto.
Dari ketiga kepala negara itu, Mahathir Mohamad yang masih hidup. Ia, kini, berusia 96 tahun.
Firdaus, pemerhati tanaman keras di Batam bersama BatamNow.com, dua hari lalu, mengamati pertumbuhan pohon beringin ini dari dekat. Di Bundaran BP Batam itu.
Perkembangan ketiga pohon ini, menurutnya, terbilang lamban, bila menilik dari usianya. Tidak seperti biasa. “Atau jangan-jangan ada upaya pembonsaian,” ucapnya.
Memang, tampak, ada satu dua cabang tangkai bekas potongan.
Kalau pun tangkai-tangkai pohon itu dipotong, seharusnya diameter pokoknya membesar. “Ini tidak,” jelas Firdaus lagi.
Mengamati makin dekat keberadaan ketiga pohon beringin ini, Firdaus pun berucap: ibarat hidup merana.
Ia memegang satu-satu, dahan dan ranting ketiga pohon beringin itu. Firdaus menyebut, ketiga pohon ini hidup kerempeng.
Mengapa ketiga pohon beringin itu sulit tumbuh besar?
Firdaus pun tak menjawab. Dia pun minta ditanyakan ke bagian pertamanan di BP Batam. Sembari matanya menatap pohon, seolah sedang menerawang sesuatu.
Firdaus menyebut, memang ada beberapa pohon beringin serupa atau sejenis ficus benjamina. Ada Beringin India (ficus benghalensis), Beringin Kumeng (ficus microcarpa) dan lainnya.
Tapi hematnya, jika sudah berusia 34 tahun, pohon beringin apapun tak seperti kondisi ketiga pohon yang ada di Bundaran BP Batam ini.
Paling tidak pohon berakar tunggang itu tingginya sudah 20 meter dengan batang pokok berdiameter 2-3 meter. Belum lagi akar gantung pada batangnya, seyogianya ramai.
Tiga pohon beringin, simbol kesepakatan kerja sama ekonomi tiga negara bertetangga (growth triangle) yakni Singapura, Johor dan Riau (Sijori).
Mengapa pohon beringin yang menjadi simbol kerja sama itu? Soeharto, tadinya, yang pas menjelaskan. Tapi bisa ditangkap apalagi bila melihat berbagai latar belakangnya, karena kala itu, Presiden Soeharto adalah Pembina Partai Golongan Karya (Golkar). Dan pohon beringin adalah logo Golkar.
[Best_Wordpress_Gallery id=”2″ gal_title=”3 Pohon Beringin”]
Dulu, Batam masuk wilayah Provinsi Riau. Kemudian dimekarkan tahun 2002. Lahirlah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Kala itu, para kepala negara bertetangga itu lagi mesra-mesranya, apalagi dibalut semangat sesama negara ASEAN. Berhasrat bersama menjadikan negara masing-masing, bergerak maju di kancah global.
Apalagi melihat letak geografi ketiga negara ini yang sangat strategis, berada di jalur perdagangan internasional.
Sebenarnya, ketika kerja sama itu disepakati, keadaan perekonomian dan perdagangan Singapura sudah sangat maju, sedangkan ekonomi Batam masih “anak ingusan”.
Apalagi pasca kerja sama Sijori itu. Pembangunan dan ekonomi Singapura sebagai negara kosmopolitan semakin moncer. Demikian juga Johor, Malaysia, apalagi Kuala Lumpur.
Tapi Pulau Batam (Kepri), entahlah. Dari dulu hingga sekarang, terbilang lambat. Malah belakangan dapat dibilang merosot. Pertumbuhan ekonomi Batam (Kepri) menurut BPS, sempat terjun ke angka minus 3 dari 5% di tahun 2016 dan jauh sebelumnya masih di angka 7%.
Keberadaan dan proses hidup ketiga pohon beringin ini seakan menggambarkan kondisi sebenarnya tentang kondisi pertumbuhan pembangunan dan ekonomi Batam?
Kondisi Batam Jauh dari Rencana Awal
Berkilas balik ke skenario awal mengembangkan Batam, bila melihat kondisi kekinian, masih jauh dari apa yang direncanakan oleh Soeharto dan BJ Habibie.
Batam dirancang sebagai lokomotif ekonomi nasional. Bahkan seharusnya, wujud kawasan ekonomi ini sekarang, sudah diperhitungkan di Asia.
Hamparan bahari Batam sedari awal diskenario menjadi area transhipment besar di Asia, mengalahkan Singapura. Bandara atau Airport Hang Nadim menjadi Hub di Asia Pasifik. Dulu harga avtur murah di Indonesia, sebagai negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). Itu salah satu alasan sekaligus harapan maskapai penerbangan internasional paling tidak transit di Bandara Internasional Hang Nadim, keperluan loading.
Angannya dulu, di Batam dibangun Pelabuhan Kargo terbesar di Asia. Dulu sempat MoU dengan Evergreen dari Taiwan. Tapi akhirnya justru Terminal Kargo Tanjung Pelepas, Malaysia yang tetiba mejeng, lalu menyusul di Jurong Port di Singapura yang melayani kargo dari 123 negara.
Belum lagi jika mengingat bagaimana utusan pemerintah Shenzen, Tiongkok datang studi banding ke Kawasan Industri Batamindo, Batam untuk megembangkan konsep kawasan ekonomi yang sama di negaranya.
Belajar dari Batam, kini Shenzhen merupakan salah satu kota di wilayah administratif Provinsi Guangdong itu, menjadi pusat industri terbesar di Tiongkok. Sebelum pemerintahnya belajar ke Batam, Shenzen semulanya sebuah desa nelayan.
Kembali ke pohon beringin “Sijori” itu, Firdaus punya saran. Ia berharap BP Batam mestinya merawat ketiga pohon beringin itu dengan baik, lewat para ahlinya. Dia yakin banyak insinyur pertanian yang mumpuni di Gedung BP Batam, berlogo elang emas itu.
“Jadikanlah pohon beringin itu tumbuh nan rimbun. Filosofi pohon beringin, salah satunya sebagai tempat berteduh nan sejuk meski dengan sinar mentari. Pohon beringin megeluarkan oksigen atau udara yang segar untuk manusia,” kata Firdaus.
Firdaus bukan sedang berbicara tentang fengshui, bagian dari peradaban Tiongkok itu. Pikirannya sederhana, dia tak tega melihat kehidupan ketiga pohon beringin itu bak kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau.
Atau jangan-jangan ketiga pohon beringin itu sudah ditarget tebang sesuai desain baru bundaran BP Batam di Batam Center yang akan direvitalisasi itu?
“Wah, saya tak tahu itu. Kalau ditebang lagi berarti selesailah,” kata Firdus tanpa merinci apa maksud dan makna diksi “selesai” itu. (*)
Semoga sejarah tak tergerus oleh kemajuan zaman
Sebaiknya bukan di tebang, melainkan di pindahkan. Sejarah itu tak… Baca Selengkapnya