BatamNow.com, Jakarta – Moderna angkat bicara soal efek samping berbahaya vaksin Covid-19 mRNA buatannya. Perusahaan itu menyebutkan perlindungan atas penyakit parah, rawat inap dan kematian melebihi risiko miokarditis atau kondisi peradangan otot jantung.
Dilansir CNBCIndonesia.com, minggu lalu, Food and Drug Administration (FDA) mengatakan membutuhkan lebih banyak waktu untuk memberi izin vaksin tersebut diberikan pada anak usia 12-17 tahun. Ini terjadi karena FDA memeriksa laporan mengenai miokarditis.
Kepala petugas medis Moderna, Dr. Paul Burton mengatakan ada laporan temuan kasus radang jantung langka pada penerima vaksin Moderna di bawah 30 tahun lebih tinggi jika dibandingkan pada penerima Pfizer dan BioNTech.
Laporan dari Perancis menemukan data laki-laki usia 12-29 tahun penerima Moderna, sebanyak 13,3 kasus per 100 ribu orang mengidap sakit miokarditis. Ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan 2,7 kasus per 100 ribu orang untuk vaksin Pfizer.
Meski begitu dampak penyakit ringan dan berat jauh lebih rendah dibandingkan penerima Pfizer dan Johnson & Johnson, kata Burton. Dia mengutip data Center for Disease Control and Prevention, adalah 86 kasus per 100 ribu orang dan Pfizer ditemukan 135 kasus per 100 ribu orang.
Burton mengatakan otoritas masih merekomendasikan vaksin Moderna digunakan untuk masyarakat. Serta menambahkan lembaga kesehatan melakukan penilaian data dengan hati-hati.
“Saya pikir otoritas kesehatan menilai data dengan hati-hati. Anda bisa melihat bahwa mereka terus merekomendasikan penggunaan vaksin mRNA-1273 Moderna,” jelasnya dikutip CNBC Internasional, Jumat (12/11/2021). “Kami percaya keseimbangan manfaat dan risiko sangan positif”.
Para ilmuwan masih mencari tahu penyebab pria berusia muda mengalami kondisi seperti itu setelah mendapatkan vaksinasi. Namun ada beberapa kemungkinan yang diketahui Burton seperti testosteron yang mungkin memiliki peran dan fakta dosis Moderna diberikan lebih tinggi dari Pfizer.
“Kami tahu ada beberapa perbedaan terkait testosteron. Kami memiliki seri utama 100 mikrogram mRNA jadi ada tingkat protein lonjakan yang sedikit lebih tinggi dan bisa jadi kontribusi,” kata Burton.
Adanya kasus miokarditis membuat Finlandia dan Swiss khawatir dan menghentikan penggunaannya pada orang berusia 30 tahun ke bawah. Di Eropa sendiri vaksin tersebut telah digunakan untuk usia remaja sejak Juli lalu. (*)