BatamNow.com, Jakarta – Dalam rangka memenuhi komitmen Pertamina menurunkan emisi karbon 29% di 2030, salah satu upaya yang dilakukan adalah mengoptimalkan peluang di internal maupun eksternal perusahaan.
“Pertamina Subholding Power & NRE (Pertamina NRE) menargetkan pembangkit dari energi baru terbarukan (EBT) dengan total kapasitas terpasang 3,2 gigawatt (GW) di 2022,” kata Corporate Secretary Pertamina NRE Dicky Septriadi dalam keterangan resminya, Jumat (26/11/2021).
Dia menjelaskan, kapasitas terpasang sebesar 3,2 GW itu tercatat akan meningkat 61% dari target tahun ini. Target tersebut terdiri dari 1,8 GW gas to power, 908 megawatt (MW) geothermal, dan 480 MW dari EBT. “Pertamina NRE mengejar pertumbuhan untuk mencapai aspirasi 10 GW di 2026,” jelasnya.
Guna mencapai hal tersebut, investasi dan pengembangan bisnis akan dilakukan Pertamina NRE. Di tingkat internal, kata Dicky, akan diupayakan mengalihkan potensi ke penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang diproyeksikan mencapai 500 MW hingga dua tahun ke depan.
Salah satu proyek penyediaan PLTS internal Pertamina adalah di Terminal BBM Pulau Sambu, Batam, Kepulauan Riau. Desember tahun lalu, Terminal (BBM) milik PT Pertamina (Persero) di Pulau Sambu, Kepulauan Riau, dijadikan sebagai trading hub di kawasan Asia Tenggara. Terminal BBM Pulau Sambu ini adalah fuel terminal milik Pertamina yang pertama kali mendapatkan status Pusat Logistik Berikat (PLB).
Selain di Pulau Sambu, proyek PLTS internal Pertamina lainnya ada di Terminal BBM Tanjung Uban dan Terminal LPG Tanjung Sekong yang potensi kapasitasnya mencapai 5 MWp serta 8 MWh battery energy storage system (BESS). Demikian juga PLTS di wilayah kerja Rokan yang potensinya mencapai 200 MWp, di mana sebesar 40 MWp ditargetkan akan beroperasi di tahun 2022.
Sementara itu, optimalisasi peluang eksternal Pertamina, akan dilakukan melalui sinergi BUMN, sinergi dengan instansi pemerintah dan perguruan tinggi, commercial and industry (C&I), konsumen ritel, serta merger dan akuisisi. (RN)