BatamNow – Sejak Juni 2019, konstruksi sebagian beton dermaga pelabuhan kargo Batu Ampar (BTA) sebelah Selatan, amblas.
Hingga hari ini, Jumat (9/9) atau selama 16 bulan, kondisi pelabuhan dimaksud terlihat babak belur. (lihat gambar dijepret Jumat (9/9) jam 17.00).
Entah mengapa? Padahal pelabuhan kargo ini, satu-satunya pelabuhan andalan di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPBB) yang dibangga-banggakan.
Pada rapat dengar pendapat (hearing), DPR RI Komisi VI dengan BP Batam, 26 Februari lalu di Senayan, Jakarta, dilaporkan juga kondisi ambruknya bagian dari dermaga beton itu.
Laporan disampaikan formal dalam buku pelaksanaan APBN BP Batam Tahun Anggaran (TA) 2019, yang dipresentasikan di hadapan lembaga terhormat itu.
Akibat amblasnya pelabuhan yang ditaksir berusia 40 tahun itu, BP Batam dalam laporannya, disebut mengalami kerugian Rp 4 Miliar setiap bulan. Nah, bila dihitung akumulasi kerugian yang diderita BP Batam selama 1 tahun dan 4 bulan, bisa mencapai Rp 74 Miliar.
Dalam laporan saat itu, disebutkan, tidak hanya pendapatan BP Batam yang ambruk. Aktifitas bongkar muat di pelabuhan sepanjang 1.250 Meter LWS (Low Water Spring) itu pun, terganggu atau babak belur terus.
Agak mencengangkan memang nominal kerugian yang dilaporkan BP Batam di hadapan DPR RI Komisi VI, 26 Februari lalu di Senayan, Jakarta.
Bila mengacu atas hitungan kerugian yang Rp 4 Miliar itu, sebenarnya asumsi total pendapatan pelabuhan Batu Ampar seharusnya rata-rata Rp 1,5 Triliun per tahun.
Tapi aneh, BP Batam hanya mencatatkan total pendapatan dalam buku laporan ke DPR RI itu Rp 399 Miliar, untuk tahun 2019.
Nilai total pendapatan Rp 399 Miliar itu sudah termasuk pendapatan dari dermaga pelabuhan kargo Sekupang sepanjang 117 Meter LWS, dan pelabuhan kargo di Kabil dengan bentangan 420 Meter LWS.
Itu angka-angka yang dilaporkan Kepala BP Batam Muhammad Rudi berserta timnya pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR RI Komisi VI, tahun lalu.
Darimana Asumsi Angka Rp 1,5 Triliun itu?
Rinciannya begini. Panjang konstruksi yang ambruk itu ditaksir 40 Meter dengan kerugian Rp 4 Miliar per bulan.
Bentangan dermaga pelabuhan berbentuk letter U, mulai dari arah Utara-Timur-Selatan, totalnya sepanjang 1.250 Meter LWS.
Jadi asumsi kalkulasi potensi pendapatan rata-rata per tahunnya dari total space (bentangan) 1250 Meter : 40 Meter x Rp. 4 Miliar x 12 bulan = Rp 1,4 Triliun lebih per tahun.
Bila demikian, muncul pertanyaan: adakah kemungkinan kebocoran terjadi sepanjang masa atas penanganan pelabuhan kargo utama di kawasan KPBPBB (Free Trade Zone) ini?
Masalah ini sangat serius karena angka-angka itu dilaporkan resmi di RDP DPR RI. Artinya, seluruh angka-angka pendapatan maupun kerugian BP Batam, yang disampaikan pada evaluasi penggunaan APBN TA 2019 itu semuanya diyakini telah dihitung konkrit oleh para ahli keuangan dan akuntansi di BP Batam. Apalagi nominalnya sangat-sangat material.
BatamNow.com pernah mempertanyakan lewat surat yang dilayangkan ke Ketua Komisi VI DPR RI terkait kemungkinan terjadi kebocoran besar atas pendapatan pelabuhan itu. Namun jawaban atas surat itu hingga kini tak kunjung ada.
“Nanti akan kami cek suratnya,” ujar salah seorang petugas di kesekretariatan di sana.
Rencana Revitalisasi Terkatung-katung
Dalam rilis BP Batam sebelumnya, Pelindo II disebut sudah melakukan MoU dengan BP Batam untuk merevitalisasi pelabuhan kargo internasional itu. Tapi hingga kini tak ada kejelasan.
Awalnya, disebut, BP Batam sudah menandatangani nota kesepakatan dengan Konsorsium PT Pelindo II bersama PT Pelindo I dan PT Persero.
Dan, BP Batam menargetkan revitalisasi pelabuhan selesai September 2020.
Namun bak pungguk merindukan bulan, semua rencana para ahli-ahli di BP Batam selama ini, tak salah bila kita sebut hanya bualan.
Lalu bagaimana kelanjutan penanganan pelabuhan kargo ini ke depan. Di mana letak masalahnya?
“Kami sedang dalam pembicaraan dengan Pelindo II. Terima kasih,” jawab Direktur Humas Promosi dan Protokol BP Batam, Dendi Gustinandar lewat WhatsApp kepada BatamNow.com.
BatamNow.com bertanya lewat WhatsApp, Jumat (11/9), jam 18.14, soal nasib pelabuhan kargo Batu Ampar ini.
Tapi demikian singkat dan “santuy” jawaban yang didapat dari Dendi yang konon hobby seni dan musik ini.
Sementara Kepala BP Batam Muhammad Rudi sebagaimana diberitakan Batampos.id, Jumat (11/9/2020), “Kita akan panggil (Pelindo,red). Karena sampai sekarang tidak ada progress. Padahal targetnya bulan ini,” kata Rudi usai menghadiri Batam Batik Fashion Week (BBFW), Kamis (10/9/2020).
Ia menambahkan, sesuai dengan target tersebut, harusnya saat ini pelabuhan sudah masuk tahap finalisasi. Beberapa waktu lalu sudah meninjau lokasi revitalisasi pelabuhan Batu Ampar.
Sedangkan para user jasa pelabuhan sudah sejak lama gundah gulana dalam ketidakpastian. Mereka sampai “menitikkan air mata” melihat kondisi ini berlarut dan menjadi bahan cemoohan bagi para investor asing yang masuk di Batam. (BatamNow.com mengutip beberapa masukan dari para eksportir dan importir)
Pelabuhan kargo Batu Ampar ditaksir berusia hampir 40 tahun. Pelabuhan di kawasan FTZ ini dijuluki publik pelabuhan terkuno di seluruh kawasan FTZ di ASEAN. Bahkan dibanding beberapa pelabuhan kargo di Indonesia sekalipun. (Oki)
SEMAKIN TAK JELAS 🤔🤔🤔