BatamNow – Nama PT Moya Indonesia (MI) menghiasi berbagai media di Kota Batam, Kepulauan Riau dalam beberapa hari terakhir.
Perusahaan itu ditetapkan sebagai pemenang pemilihan langsung mitra kerja sama penyelenggaraan operasi dan pemeliharaan selama masa transisi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Batam pada 4 September 2020 lalu.
Siapa di Balik PT Moya Indonesia?
Adapun PT Moya Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang penyaluran kebutuhan air bersih untuk aspek industri, komersial maupun non komersial di Indonesia di empat kota. Antara lain, Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Semarang Barat. PT MI berbasis di Jakarta.
Sementara PT MI adalah anak perusahaan Moya Asia. Di perusahan itu ada nama Anthoni Salim pemilik Salim Group. Anthoni sebagai pemegang saham 72,84% melalui Tamaris Infrastructure Pte, Ltd. PT Moya Asia adalah holding PT MI.
Bisnis air Moya Indonesia pun mengalir jauh hingga ke Batam.
Mereka sukses mendongkel 25 tahun PT ATB selaku pengelola tunggal bisnis air bersih di Kota Batam.
Penguasa Produk Makanan
Selain bisnis penyaluran air bersih, Salim Group juga menguasai bisnis produk makanan di Indonesia,
Dilansir dari Kompas.com, bisa dikatakan, hampir semua orang Indonesia pernah mencicipi produk makanan buatan Indofood hingga Bogasari. Bisnis Salim Group begitu menggurita.
Kerajaan bisnis Salim Group bermula dari perdagangan yang dijalankan Sudono Salim, seorang perantau asal China yang mengadu nasib di Indonesia di era Hindia Belanda. Bisnis pertamanya yakni jual beli cengkeh.
Usaha yang dijalankan Sudono Salim sempat mengalami pasang surut di masa penjajahan Jepang hingga kemerdekaan Indonesia.
Bisnisnya mulai meroket di era Orde Baru berkuasa. Sudono Salim diketahui menjadi salah satu orang dekat Presiden Soeharto. Berikut ini beberapa bisnis makanan yang dijalankan Salim Group:
Tepung
Bogasari (tepung terigu)
PT Bogasari Flour Mill saat ini tercatat sebagai perusahaan produsen tepung terigu terbesar di Indonesia. Gandumnya diimpor dari berbagai negara karena Indonesia negara penghasil gandum
Resmi berdiri pada tahun 1969, Bogasari awalnya merupakan perusahaan penggilingan gandum. Sementara pasokan gandumnya berasal dari Bulog yang saat itu diberikan monopoli importir gandum dan distributor tepung terigu.
Pada awal berdiri, kapasitas produksinya hanya 650 ton per hari, lalu pada 1990-an produksinya naik menjadi 9.500 ton per hari. Mesin gilingnya didatangkan dari Jerman Barat, sementara gandumnya diimpor dari Australia.
Lokasi pabrik Bogasari berada di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Beberapa produk terigu Bogasari antara lain Segitiga Biru, Cakra Kembar, dan Kunci Biru.
Mie Instan
Indofood (mie instan)
Salim Group merupakan kelompok bisnis yang cenderung menjalankan bisnis dari hulu ke hilir.
Setelah memiliki industri tepung terigu yang mapan, bisnisnya melebar pada produk olahan terigu yakni mie instan. Mie instan Indomie yang diproduksi Indofood begitu sukses di pasaran Indonesia sejak diperkenalkan pada tahun 1969.
Bahkan posisi mie instan sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia saat ini hampir menyamai beras.
Konsumsi mie instan penduduk Indonesia terus mengalami kenaikan. Meski beberapa pesaing bermunculan, tak lantas menggoyahkan posisi Indofood sebagai raja mie instan
Kemudian pada 1982, penjualan produk Indomie mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan diluncurkannya varian Indomie Kuah Rasa Kari Ayam. Puncaknya pada 1983, produk Indomie kembali semakin digemari oleh masyarakat Indonesia dengan diluncurkannya varian Indomie Mi Goreng. Produk tersebut telah merambah banyak negara termasuk Amerika Serikat, Australia, Inggris, Timur Tengah dan China.
Makanan Cepat Saji
KFC (ayam dan cepat saji)
Pemegang waralaba KFC di Indonesia dipegang oleh PT Fastfood Indonesia Tbk (FAST) yang sahamnya terafiliasi dengan Salim Group. Perusahaan ini mulai berdiri sejak tahun 1978. KFC Indonesia awalnya dimiliki oleh Keluarga Gelael sebelum kemudian sahamnya dijual ke Grup Salim sejak tahun 1990 lewat salah satu perusahaannya, Indoritel.
Snak dan Makanan
Indofood CBP (snack dan makanan lain)
Indofood CBP sendiri merupakan anak perusahaan dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Sebagaimana induknya, produk Indofood CBP memenuhi rak-rak supermarket hingga warung-warung kecil. Produknya sangat beragam mulai dari mie instan dengan merek Indomie, Supermi, Sarimi, Pop Mie, Sakura.
Susu
Lalu segmen minuman seperti susu Indomilk, Milkuat, hingga susu Cap Enak. Beberapa produk makanan ringan Indofood CBP juga laris di pasaran seperti Qtela, Chitato, Lays, Chiki, Jetz, Dueto, Cheetos, dan sebagainya.
Kemudian produk sambal sambal dan kecap yang juga diberi nama Indofood.
Sari Roti
Sari Roti (roti)
Salim Group masuk ke bisnis pembuatan roti lewat kepemilikannya di PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang memproduksi brand Sari Roti. Perusahaan ini baru berdiri pada tahun 1995, namun catatan penjualannya terus meroket.
Sari Roti memang telah menguasai medium penjualan. Produk mereka mudah ditemukan di mana saja, dari pedagang keliling, toko kelontong sampai minimarket. Dengan masa kedaluwarsa produk rata-rata kurang dari sepekan, distribusi merupakan kunci sukses penjualan Sari Roti. Pabriknya tersebar di berbagai daerah antara lain Cikarang, Semarang, Pasuruan, Purwakarta, Palembang, Medan, dan Makassar. Perusahaan tercatat melantai ke bursa pada Juni 2010.
Minyak Goreng
Ivomas dan London Sumatera (minyak goreng)
Salim Group merambah ke bisnis perkebunan sawit terintegrasi, dari perkebunan sawit, pengolahan minyak CPO, hingga produsen minyak goreng lewat PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP). Selain kepemilkan pada Ivomas, Salim Group juga mengendalikan perusahaan sawit besar lainnya yakni PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Kedua raksasa sawit ini terafiliasi dengan Indofood Agri Resources.
Perbankan
Tak hanya menjadi penguasa bisnis makanan, namun juga merambah bisnis perbankan. Salim Grup pernah menjadi pengendali saham Bank BCA, bank swasta terbesar di Indonesia. Sebagai konglomerasi bisnis, gurita bisnis Grup Salim tersebar di hampir semua sektor mulai dari ritel, otomotif, jalan tol, properti, telekomunikasi, perkebunan, dan sebagainya.
Indomobil
Selain itu, saham Salim Group yang lain, Indomobil, juga banyak menjadi incaran investor umum. Berfokus pada bidang retail hingga pembiayaan kendaraan bermotor, kinerja Indomobil kerap menunjukkan pergerakan yang positif.
Hal inilah yang membuat investor publik gemar membeli saham dari anak perusahaan Salim Group in
Perjalanan Salim Group Indonesia di Tangan Sang Anak, Anthony Salim
Berusia senja ditambah dengan kondisi Indonesia yang mengalami krisis moneter di tahun 1998. Sudono Salim memutuskan untuk mewariskan bisnisnya kepada sang anak, Anthony Salim. Anthony memiliki tantangan yang sangat besar pada awal mula Ia menjadi pemegang utama Salim Group.
Anthony Salim selaku pemilik dari Salim Group juga mewarisi insting bisnis seperti sang ayah. Sebagai upaya untuk melunasi utang tersebut, Anthony Salim rela untuk melego atau melepaskan sejumlah saham pada beberapa subsidiary Salim Group, seperti BCA, Indocement, dan juga Indomobil.
Pasalnya, pasca krisis moneter Indonesia tersebut, Salim Group berada diambang kebangkrutan karena memiliki utang mencapai 55 triliun Rupiah. Dampak krisis moneter memang cukup dahsyat karena dapat membuat sebuah perusahaan raksasa untuk gulung tikar.
Keputusan ini terbukti dapat menyelamatkan Salim Group beserta sejumlah anak perusahaannya dari ambang kebangkrutan.
Dibawah Anthony Salim dalam mengelola Salim Group, Indofood dan Bogasari berhasil digadang-gadang sebagai produsen mie instan dan tepung terbesar tak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia.
Hal ini tentu menjadi bukti nyata bahwa masa kejayaan Salim Group telah kembali hingga saat ini. Bahkan, sama halnya keputusan yang dilakukan ayahnya,, Anthony Salim juga mulai mengembangkan bisnis di sektor yang berbeda. Kini, Salim Group telah menjadi salah satu perusahaan raksasa dan paling berpengaruh di Indonesia.(*)