BatamNow – Revenue (pendapatan) PT Sat Nusapersada Tbk anjlok sebesar 60% kurun waktu enam bulan yang berakhir 30 Juni 2020 dan 2019.
Ambruknya ratusan bahkan ribuan entitas bisnis di Indonesia dan berdampak terhadap Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan, tak kecuali dialami PT Sat Nusapersada Tbk.
Kondisi itu disebab merebaknya virus Corona di seluruh dunia, khususnya di Indonesia dan berdampak juga buat perusahaan bidang elektronik di Batam ini.
Tak hanya revenue perusahaan go public ini yang ambruk, sahamnya juga terkoreksi 86% per 30 Juni 2020, MENJADI Rp 185 per lembar saham, jika dibanding dengan penutupan harga sahamnya di akhir Juni 2019 sebesar Rp 1.330 per lembar saham.
Dengan penurunan revenue 60% dan penurunan saham yang anjlok 86%, maka kondisi ini dikhawatirkan mengganggu “going concern” entitas PT Sat Nusapersada Tbk.
Namun menurut Investor Relation PT Sat Nusapersada Tbk Smailly Andy, penurunan pendapatan itu tidak berdampak pada fundamental perseroan.
Poin-poin penjelasan pihak PT Sat Nusapersada Tbk ini dikirimkan ke email BatamNow, Senin (19/10) sore.
Smailly mengatakan penurunan pendapatan ini disebabkan oleh perubahan bisnis model. Terdapat dua jenis revenue, yakni industry dan consignment.
Melihat tabel yang ada, tambahnya, dapat dilihat penjualan industry mengalami penurunan 71% dibanding periode sebelumnya. Namun pendapatan consigment mengalami kenaikan 172%. Walaupun dengan komposisi itu, revenue totalnya tetap anjlok di 60%.
Smailly menyebut bahwa perseroan berhasil membukukan profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Konklusi yang disampaikan pihak PT Sat Nusapersada Tbk kepada BatamNow bahwa perseroan masih mempertahankan kinerja dan fundamental yang kuat dan terus meningkatkan efisiensi produksi untuk terus menggapai pasar baru serta melakukan diversifikasi produk.
Perjalanan Korporasi PT Sat Nusapersada Tbk.
Sebagaimana dilansir dari laporan keuangan PT Sat Nusapersada Tbk dan Entitas Anak per 30 Juni 2020 dan 2019, penurunan pendapatan yang mencapai 60% itu dari US$ 179,159,509 menjadi US$ 71,987,678 atau turun sebesar US$ 107.171.831 atau setara Rp 1,5 Triliun (Kurs Laporan Keuangan per 30 Juni 2020 dan 2019 US$1=Rp 14.302 dan Rp 14.141).
Dari angka-angka tersaji di atas, tampak jelas penurunan pendapatan yang sangat signifikan dan materil itu.
Berkilas balik atas histori PT Sat Nusapersada Tbk, Abidin Fan mendirikan dan mulai merintis usahanya dengan mendirikan PT Sat Nusapersada pada tahun 1990.
Korporasi ini bergerak di bidang perindustrian dan peralatan teknik dari plastik, semi konduktor, peralatan komunikasi tanpa kabel, batu baterai, komputer dan peralatan perekam.
Dengan berkembang pesatnya PT Sat Nusapersada, maka pada tahun 2007 korporasi Abidin ini melakukan IPO (Initial Public Offering) atau penawaran saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ketika itu, PT Sat Nusapersada menawarkan sebanyak 531.388.000 saham dari total 1.771.448.000 lembar saham. Harga nilai nominal per lembar sahamnya Rp 150 rupiah, tapi bisa terjual dengan harga Rp 580 per lembarnya.
Dari selisih harga jual di atas, lalu perseroanpun mendapatkan cuan dari pejualan saham sebesar US$ 24.370.397, dan keuntungan ini dicatatkan sebagai tambahan Modal Disetor.
Kerajaan bisnis Abidin terus melakukan ekspansi. Di akhir 2007 PT Sat Nusapersada Tbk membeli 99,96% saham SM Engineering, perusahaan Indonesia, dengan nilai Rp 23 Miliar (US$ 2.441.873).
Di tahun 2013, PT Sat Nusapersada Tbk dan SME mendirikan SNI Internasional (SNI), bergerak di bidang jasa.
Selanjutnya berdasarkan Memorandum Asosiasi di Timor Leste tanggal 12 Maret 2014, ekspansi PT Sat Nusapersada Tbk melalui SNI semakin kinclong.
Perseroan ini mengembangkan usahanya di negara tetangga Timor Leste dengan mendirikan SNI Internasinal S.A (SNISA) dengan penyertaan 4.998 saham atau 99,96%.
SNISA bergerak dibidang Konsultasi Manajemen. SNISA telah mendapatkan persetujuan melakukan kegiatan usaha yang diterbitkan Badan Pelayanan Registrasi dan Verifikasi Perusahaan Timor Leste (SERVE) dengan Satuan Nomor Unik Perusahaan (TIN) 1195070.
Pada 2016, PT Sat Nusapersada Tbk melakukan penyertaan saham di Tata Sarana Nusapersada (TSN) sebanyak 625 lembar saham atau sebesar 50% dari total modal ditempatkan dan disetor TSN. Usaha TSN bergerak di bidang perdagangan eceran software (piranti lunak).
Sampai laporan keuangan per 30 Juni 2020 ini dipublikasi, ketiga anak perusahan itu, SNI, SNISA dan TSN masih dalam tahap pengembangan dan belum beroperasi komersial.
Dalam perjalanannya, perdagangan saham PT Sat Nusapersada Tbk di BEI mengalami fluktuasi harga, sehingga pada tahun 2013, PT Sat Nusapersada Tbk melakukan “Buy Back” (pembelian kembali) 20% sahamnya sebanyak 354.289.500 lembar saham dengan harga US$ 3.515.438.
Saham yang dibeli kembali ini dimasukkan dalam kategori Treasury Stock di perusahaan.
Seiring dengan berkembang pesatnya korporasi ini, maka pada 2019, PT Sat Nusapersada Tbk melakukan stock split (pemecahan saham), harga per lembar saham pun berubah, dari Rp 150 per saham menjadi Rp 50 per saham. Demikian juga dengan jumlah saham yang diperdagangkan, berubah dari 1.771.448.000 lembar menjadi 5.314.344.000 lembar.
Aksi “Net Buy” (Pembelian bersih) saham PTSN oleh Investor Asing
Pada 3 April 2020, PT Sat Nusapersada Tbk melakukan pelepasan saham treasury stock, aksi “Net Buy” oleh investor asing sebanyak 531.434.100 lembar.
Saham PT Sat Nusapersada Tbk ini diborong Pegatron lewat ASUS dengan harga Rp 236 per saham. Harga ini jauh di atas harga saham PT Sat Nusapersada Tbk di bursa, pada hari itu, yaitu Rp 153 per saham.
Dari aksi jual treasury stock ini perseroan mendapatkan dana segar setara Rp 125,4 Miliar.
Namun saham yang dibeli ASUS itu, terkoreksi dimana Share Price per April 2020 sebesar Rp 236 menjadi Rp 185 pada penutupan perdagangan saham PT Sat Nusapersada Tbk per 30 Juni 2020.
Artinya, portofolio investasi ASUS di PT Sat Nusapersada Tbk yang dibeli April 2020, dalam kurun waktu 3 bulan mengalami kerugian sebesar Rp 27,1 Miliar. Dimana ASUS adalah pemegang saham 10% di PT Sat Nusapersada Tbk.
Akibat pandemi Covid-19, lalu pihak BEI pun meminta penjelasan ke PT Sat Nusapersada Tbk bagaimana menghadapi kondisi dalam rangka “going concern” perusahan yang berpusat di Batam ini.
Ada 11 poin pertanyaan yang diajukan BEI. Salah satu, bagaimana strategi/ upaya PT Sat Nusapersada Tbk dalam mempertahankan kelangsungan usaha di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini?
Permintaan penjelasan ini merujuk pada Peraturan Bursa No I-E Tentang Kewajiban Penyampaian Informasi dan surat BEI Nomor S-02842/BE-PPU/05-2020. Surat ini dilayangkan BEI ke PT Sat Nusapersada Tbk 15 Mei 2020.
Kemudian manajemen PT Sat Nusapersada Tbk lewat surat 11 Juni 2020, menjawab BEI dengan komitmen:
- Menunda Capital Expenditure (CAPEX)
- Tidak melakukan corporate action
- Tidak melakukan ekspansi
- Penghematan biaya dan
- Terus mencari potensi bisnis baru.
Catatatan BatamNow, harga penutupan saham PT Sat Nusapersada Tbk di papan bursa per 16 Oktober 2020, ditutup dengan Rp 212 per lembar saham. Ini masih di bawah harga perdana saat penawaran saham di BEI. Dan hanya naik 27 poin dibanding harga penutupan per 30 Juni 2020.
Bagaimana efek domino atas penurunan pendapatan dan penurunan harga saham PT Sat Nusapersada Tbk ini? Akan diulas secara bersambung…(JS)