BatamNow – Satu penelitian baru oleh Singapura terhadap sebuah alat untuk mendeteksi keakuratan tes Covid-19 dengan proses lebih cepat.
Bila alat ini berhasil dalam waktu dekat, akan lebih canggih dari polymerase chain reaction (PCR). Alat ini akan bisa mendeteksi hanya dalam 1 menit apakah seseorang tertular virus Corona.
Alat ini dikembangakan oleh BREATHONIX salah satu perusahan dari National University of Singapore (NUS).
Alat ini dimungkinkan akan menggantikan PCR yang kini masih pilihan utama.
Alat ini mirip dengan Breathalyzer. Breathalyzer merupakan salah satu alat ukur kandungan alkohol (alcohol tester) dalam nafas, semacam itulah cara kerjanya untuk mengetes Covid-19.
Jadi alat ini akan bekerja sebagaimana kita meniupkan nafas ke tabung (tube) khusus, yang terhubung ke alat pemroses Volatile Organic Compounds (VOC) atau senyawa organik yang mudah menguap.
VOC disambungkan ke komputer untuk memperoleh hasil akurasi sampai 93 persen untuk mengetahui kondisi seorang pasien terkena Covid-19 atau tidak.
Memang Breathonix tes ini berbeda dengan alat tes Covid-19 yang saat ini dipergunakan di banyak tempat di dunia, dimana PCR mendeteksi fragment virus dan rapid test yang mendeteksi protein virus. Sedangkan alat ini mendeteksi perubahan kimia dalam nafas seorang pasien.
Setiap nafas terdiri dari partikel mudah menguap yang tak terlihat atau VOC, yang dihasilkan dari berbagai reaksi biokimia dalam sel manusia.
VOC dari nafas seorang yang sehat berbeda dengan VOC dari orang yang sakit.
Karena itu, status VOC seseorang dapat mendeteksi penyakit seperti Covid-19.
Co-founder dari alat tes Covid-19 yang sedang diteskan di NUS ini adalah MR Du Fang dan Dr Jia Zhunan yang merupakan tamatan dari NUS sendiri dan menjabat sebagai Chief Executive dari Breathonix.
“TUBE khusus yang dibuat oleh Breathonix ini sifatnya sekali pakai. Katubnya satu arah dan memerangkap cairan air liur, sehingga mencegah udara atau air liur masuk ke mesin pemroses VOC tidak mungkin terjadi,” kata MR Du Fang Chief Operational Officer Breathonix, dikutip BatamNow dari The Straits Times.
Namun direktur klinis National Center For Infectious Diseases (NCID) Dr Shawn Vasoo, mengatakan bahwa PCR test akan masih tetap diperlukan untuk mendiagnosis Covid-19, walau hasil test dari alat temuan Breathonix sangat menjanjikan.
Menurut Shawn masih dibutuhkan validasi untuk memantapkan penggunaannya secara luas.
Alat pendeteksi Covid-19 dari Breathonix ini telah diujicobakan ke 180 pasien yang direkrut dari NCID, yang dari hasil tesnya terdapat 48 penderita Covid-19, dan 132 negatif.
Sensitifitas atau keakuratan alat tes Covid-19 baru ini mencapai 93 persen, yang artinya kekauratannya mencapai 9 dari 10 orang yang dites.
Prof Freddy Boey, NUS Deputy President bidang inovasi dan usaha, mengatakan, tekologi analisis ketepatan dan kecepatan VOC, pertama kali dikembangkan oleh Dr Jia ketika dia sedang menyelesaikan progam PhD-nya, untuk deteksi awal kanker paru.
Banyak pihak sedang menunggu dan berharap pada kompetensi alat test Covid-19 dengan cara baru ini.(JS/P)
Editor: Kavita