Catatan Tim News Room BatamNow
Bila melihat realitas pembangunan fisik dalam bakti BP Batam selama 49 tahun, ada tiga mimpi utama Batam yang tak kunjung terwujud: membangun Pelabuhan Kontiner Khusus, Bandar Udara Hub Asia Pasifik dan Kawasan Industri High Tech.
Pelabuhan Kontiner
Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB), Batam hingga kini tidak memiliki pelabuhan kontiner khusus.
Padahal mimpi awalnya, kawasan ini akan memiliki pelabuhan kontiner besar yang modern, jauh sebelum pelabuhan kontiner Tanjung Pelepas di Malaysia dibangun.
Targetnya, bila mobilisasi kontiner keluar masuk pelabuhan kontiner di Batam berkembang pesat, berarti sektor perdagangannya berjalan lancar sesuai yang diimpikan.
Adalah Kabil Asia Port yang dirancang sekitar tahun 90-an oleh BJ Habibie Ketua Otorita Batam (OB). Area Kabil itu dinilai cocok bagi kapal bertonase besar karena kedalaman dan kenyamanan arus lautnya.
Ketika itu, Memorandum of Understanding (MoU) antara OB dengan perusahaan kontiner raksasa Evergreen dari distrik Luzhu Taoyuan, sudah diteken.
Tapi entah mengapa, kerja sama itu gagal. Dan setelah BP Batam (49 tahun), Asia Port itupun menjadi mimpi panjang.
Pelabuhan kargo Batu Ampar di Batam sepanjang 1.250 m berbentuk letter U, inilah “pelabuhan kontiner” yang oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinvest) Luhut Binsar Pandjaitan, pelabuhan yang melecehkan.
Sementara pelabuhan Tanjung Pelepas, saat ini, menawarkan 14 dermaga dengan total 5 Km panjang dermaga linier. Dan, lapangan peti kemas 1,2 juta meter persegi yang mampu menampung sekitar 240.000 TEU di ruang penyimpanan. Pelabuhan itu dengan 43.874 slot tanah dan 5.080 titik reefer. Artinya pelabuhan peti kemas Tanjung Pelepas sudah bergerak maju.
Kembali ke planning pelabuhan kontiner, mimpi selama 49 tahun itu, tetiba makin melesat lagi. Kini mimpi itu bertranformasi menjadi mimpi kekinian: AKAN menjadikan Batu Ampar Green Port dengan Ekosistem Logistik Nasional (Ekolognas)-nya.
Apakah Green Port yang dimaksud ini adalah wujud dari pelabuhan kontiner yang dimimpikan itu?
Bandar Udara Hang Nadim Batam
Bandara ini sedari awal dirancang menjadi Bandara Hub Asia Pasifik. Landasan pacu bandara ini dibuat sepanjang 4.025 meter.
Tentu skenario pembangunan bandara tersebut adalah untuk mempercepat realisasi pengembangan kawasan ini.
Runway sepanjang itu memang disiapkan sejak tahun 90-an menjadi landasan terpanjang di Indonesia dan nomor 2 se-ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), hingga kini.
Kapasitas runway itu maksudnya agar bisa didarati pesawat berbadan lebar nan panjang sejenis Boeing, yang diharapkan akan hilir mudik ke Batam.
Panjang landasan pacunya mengalahkan tiga bandara lainnya di domestik: Bandara Internasional Kualanamu Deli Serdang sepanjang 3.750 m, Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang dengan 3.660 m, Bandara Internasional Frans Kaisiepo Papua 3.571 m dan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar 3.100 m.
Terminal Bandara Hang Nadim ini pada tahun 1984 adalah yang terbaik se-Indonesia, selain terminal bandara Soekarno-Hatta di Tangerang.
Pada mulanya, sebelum terminal sekarang, Batam memiliki bandara setara perintis pada tahun 1974 yang dibangun Ibnu Sutowo.
Apa sebenarnya keunggulan Bandara Batam sehingga BJ Habibie menskenariokan bandara ini menjadi Hub di Asia Pasifik?
Salah satunya disebut, saat itu, setiap airline internasional mendapatkan kemudahan tentang harga fuel atau avtur pesawat yang lebih murah dibanding di Singapura.
Batam adalah Free Trade Zone, non tax .
Indonesia dulu masih anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) atau negara pengekspor minyak. Artinya persediaan minyak yang masih cukup dan harga subsidi lagi.
Namun, hingga kini, mimpi Hub di Asia Pasifik itu menjadi mimpi panjang.
Efektifitas Bandara Hang Nadim, sekarang, tak lebih sekedar melayani penerbangan domestik, meski terkadang dari Malaysia dan Tiongkok.
Kini, kondisi Terminal Bandara Internasional inipun bisa disebut terburuk se-Indonesia dibanding terminal bandara lain sekelasnya.
Ada rencana membangun terminal 2 di Hang Nadim dengan kapasitas 10.000 penumpang sehari.
Sementara bisnis penerbangan dunia, sekarang, lagi nyungsep.
Di Thailand, misalnya, perusahaan penerbangan Thai Airwas banting setir menjadi usaha gorengan.
Satu contoh lagi, Pemerintah Singapura yang berencana membangun terminal V Bandara Changi, akhirnya dibatalkan tahun ini.
Itu disebabkan negara tetangga itu sedang dilanda krisis ekonomi akibat gonjang-ganjing pandemi Covid-19.
Sekarang, Kawasan Bandara Batam malah dialihkan statusnya masuk dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maintenance Repair and Overhaul (MRO).
Akankah dengan status KEK, kawasan bandara ini bisa mewujudkan mimpi panjang itu?
Kawasan Industri High Tech
Warga Batam tahu bahwa kawasan industri bergengsi di sini, ya kawasan Batamindo. Banyak kawasan industri lain, tapi yang pertama dan terbesar milik Salim Group ini.
Kawasan industri ini dulu diresmikan oleh Presiden Soeharto tahun 90-an. Hadir Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Kwan Yew. Inilah satu-satunya kawasan industri manufaktur yang diresmikan Soeharto di Batam sampai presiden di masa orde baru (Orba) itu lengser.
Kawasan industri inilah tempat studi banding pemerintah Shenzhen, sebelum mengembangkan kawasan industri yang sama di Tiongkok.
Kini kawasan industri di China itu menjadi kawasan industri raksasa dunia.
Sementara kawasan Batamindo seluas sekitar 1.000 hektare, kini, dalam kondisi lesu disebab para tenan (pelaku industri) satu per satu hengkang. Selain karena faktor kondisi ekonomi dunia, pandemi Covid-19 lebih memperparah keadaan.
BJ Habibie merancang kawasan ini tadinya untuk industri high tech. Bukan industri padat karya.
Namun seiring perkembangan Batam kini, kawasan industri high tech sebagaimana dicita-citakan Habibie sudah tidak fokus lagi. Malah, Batam sekarang telah banyak dengan industri padat karya termasuk industri plastik yang berisiko atas pencemaran lingkungan dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau (Batam) tahun 2000-an sempat meroket di 9%. Kini nyungsep juga di minus 6,6% di triwulan II 2020. Sebelum pandemi Covid-19, kondisinya memang sudah menurun.
Meski ada harapan dari relokasi industri Luar Negeri (LN), terkhusus dari Tiongkok, tapi tujuan utama mereka sekarang malah ke Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Kondisi kemudahan berinvestasi di sana jauh lebih menjanjikan. Daya tariknya lebih seksi untuk calon investor manufaktur dan lainnya. Batam, tampaknya jauh dari kompetitif.
Lalu BP Batam mau ke mana?
Belakangan ini, BP Batam lebih banyak “direcoki” nuansa politik. Penetapan Kepala BP Batam Ex Officio bertahun menyita waktu dan energi.
Setahun bagi Kepala BP Batam Ex Officio Wali Kota Batam, adalah waktu yang sangat sedikit membenahi berbagai sengkarut masalah.
Ya, masalah pelayanan ke publik, masalah lahan dan kelengkapan administrasi lainnya.
Anggota DPD RI Richard Pasaribu pun meminta pihak BP Batam untuk membenahi pelayanan publik yang sarat dengan masalah. Senator dari Kepri itu meminta untuk mempermudah pengurusan dokumen administrasi di BP Batam yang menyusahkan masyarakat.
Menurut Richard, celah hukum untuk memangkas birokrasi pengurusan dokumen seperti Surat Perjanjian Pengalokasian Lahan (SPPL) dan Surat Keputusan Pengalokasian Lahan (SKPL) harus dipermudah.
Misal, klausul-klausul yang ada di dalam dokumen pengurusan lahan. ini mesti disatukan di dalam faktur Uang Wajib Tahunan Otorita (UWTO), sebagai salah satu visi Presiden, melakukan efisiensi dan penyederhanaan birokrasi.
Soal pelayanan publik dalam kapasitas BP Batam sebagai Badan Layanan Umum (BLU) memang sarat masalah.
Dan tak elok harus mendongeng dalam tulisan ini atas sengkarut masalah yang tak kunjung terurai.
Ya masalah lahan dengan tudingan permafiaannya, masalah perizinan dengan isu “siluman”. Masalah air minum dan pemukiman liar yang tak ada habisnya.
Dan banyak lagi yang akan dibahas lebih jauh dalam Catatan Tim News Room BatamNow sebagai refleksi 49 tahun BP Batam.(*)
Selama di Batam, teman masih makan teman, dan para menko/menteri… Baca Selengkapnya
Menyelesaikan masalah dengan masalah 🤔🤔🤔