BatamNow.com – Kasus corona di Indonesia kembali melonjak. Di awal Oktober 2022, kasus harian hanya berkisar 1.000-an per hari, memasuki 1 November naik nyaris 5 kali lipat jadi 4.000-an per hari. Per 3 November 2022 kasus harian bahkan sampai 4.951 kasus.
Salah satu dugaan kasus ini meningkat karena ada subvarian omicron Covid-19 baru XBB yang masuk ke Indonesia sejak akhir Oktober. Benarkah demikian?
Dilansir kumparan, Ketua Satgas Covid IDI Dokter Erlina Burhan mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kasus Covid mengalami peningkatan. Mulai dari longgarnya protokol kesehatan, lemahnya perlindungan bagi kelompok berisiko tinggi, hingga lambatnya proses vaksinasi.
Erlina menyebut kenaikan kasus ini disebabkan mulai longgarnya pelaksanaan dan pengawasan protokol kesehatan (prokes).
“Belakangan kasus menurun jadi masyarakat lupa melindungi diri dan aktivitas kehidupan nyaris normal. Orang sudah berkumpul, beramai-ramai, berkegiatan offline di mana-mana dan lupa dengan protokol kesehatan,” ujar Erlina, Kamis (03/11/2022).
Penyebab lainnya adalah lemahnya perlindungan bagi kelompok berisiko tinggi seperti lanjut usia.
“Kita lupa mengawasi dan melindungi orang berisiko tinggi, yaitu orang lansia. Risiko mereka terinfeksi lalu dirawat dan meninggal itu besar, dan juga orang dengan komorbid,” katanya.
Ketiga adalah lambatnya vaksinasi dosis ketiga. Dilihat dari capaiannya, per 3 November vaksinasi booster di Indonesia baru 27% atau sebanyak 65,19 juta. Angka ini jauh di bawah vaksin dosis pertama sebanyak 205 juta (87,4%) dan vaksin dosis kedua 171,9 juta (73,2%).
“Masyarakat perlu segera mendapatkan vaksin ketiga di tengah kenaikan kasus dan mendorong pemerintah memfasilitasi vaksin dengan cepat. Saya mendengar keluhan masyarakat, sentra vaksin di daerah stok vaksinnya tinggal sedikit dan ada yang kehabisan,” jelas Erlina.
Akan tetapi Erlina tidak bisa memastikan peningkatan kasus terkait dengan varian baru. Pasalnya belum ada bukti yang jelas dan kasus varian itu masih sedikit di Indonesia.
“Jumlah varian baru yang dilaporkan masih di bawah 20 kasus. Tapi kita juga tidak tahu berapa banyak orang sakit batuk, pilek dan demam tidak diperiksa, cuma isolasi mandiri. Jadi kita tidak tahu varian XBB atau varian apa yang menginfeksi,” jelasnya.
Sementara itu di Singapura kondisinya memang terjadi peningkatan kasus akibat varian baru ini. (*)