BatamNow.com – Siang ini, Selasa (29/11/2022), aliran air minum SPAM Batam sudah mulai mengalir ke rumah dan ke ruko konsumen, meski keruh.
Praktis lebih dari 24 jam, puluhan ribu warga (konsumen) tidak tersentuh aliran air minum perpipaan ini. Terlebih di pusat Kota Batam di kawasan Nagoya, Sei Jodoh dan lainnya.
Kedai, ruko, hotel dan fasilitas umum lain sama sekali tidak dialiri air setetes pun dari pipa transmisi SPAM Batam.
Fasilitas rest area, toilet umum di pusat keramaian akhirnya ditutup karena ketiadaan air.
Kejadian yang berulang kali meresahkan 230 ribuan pelanggan di Batam.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 122 Tahun 2015 tentang SPAM, menjamin aliran air 24 jam sehari. Artinya tak boleh mati sedetik pun. Itulah jaminan negara untuk melindungi hak dan kedaulatan warganya atas akses air minum ini.
Aliran air minum mati ke rumah pelanggan. Semua sudah tahu dampak buruknya bagi kehidupan manusia.
Pipa Bocor
“Pipa bocor”, itulah penyebab aliran air minum mati ke rumah pelanggan sebagaimana dipublikasi PT Air Batam Hilir yang mengelola SPAM Batam.
Pertanyaannya mengapa bocor? Apalagi kejadiannya sudah berulang.
Apakah kualitas pipa transmisi terpasang dengan size 600 mm sudah karatan?
Jika itu yang terjadi kejadian kebocoran yang meresahkan pelanggan akan tetap terulang.
Kepala BP Batam Muhammad Rudi pernah mengatakan soal pipa “karatan” itu, meski kemudian dibantah keras oleh Presiden Direktur PT ATB Benny Andrianto Antonius.
Kalau bukan pada kondisi kualitas penyebab bocornya pipa terpasang, lalu faktor apa?
Baik BP Batam maupun pengelola SPAM Batam yakni PT Air Batam Hilir yang di dalamnya ada PT Moya Indonesia masih bungkam ketika dikonfirmasi.
Bahkan para teknisi yang bekerja di lapangan tak berani menjelaskan musabab bocornya pipa transmisi di depan Indomobil di Baloi itu.
Mereka seolah dengan gerakan tutup mulut. Mereka mengarahkan kru media ini ke Corporate Communication PT Air Batam Hilir konsorsium PT Moya Indonesia.
Pantauan awak BatamNow.com di “TKP” di sepanjang jalan di depan Indomobil sedang dilakukan peningkatan pelebaran jalan. Di sana ada penggalian parit dengan alat berat ekskavator.
Lalu apakah kebocoran pipa itu akibat terkoyak oleh “moncong” atau sekop alat berat yang beroperasi di sana?
Jikalau karena faktor penggalian drainase dengan alat berat, patut diduga telah terjadi kelalaian oleh operator alat berat.
Kemudian para pengawas lapangan patut juga diduga ikut lalai karena tidak dapat menghitung dengan cermat faktor-faktor yang merintangi di lapangan sana.
Apalagi pipa air minum yang relatif besar yang mesti dilindungi agar tak sampai meresahkan para pelanggan air minum di Batam.
Profesionalisme para engineer atau para ahli proyek di BP Batam khusus yang mengerjakan peningkatan jalan, patut juga dipertanyakan.
Apalagi profesionalisme serta kemampuan mereka untuk memperbaiki dengan cepat pipa transmisi air minum itu.
Berani “membuat” bocor tapi tak cekatan untuk memperbaikinya.
Banyak warga yang resah dampak dari tidak mengalirnya air minum ke rumah atau tempat dagang mereka.
“Tapi masih mending kalau hanya pipa air minum yang bocor, yang kami khawatirkan ‘otak orang-orang’-nya juga sudah pada bocor,” kata pelanggan setengah bercanda seolah mengobati sendiri kekecewaannya tanpa menyebut siapa “orang-orang” dimaksud. (*)