BatamNow.com – Terkadang ada-ada saja hal menarik dan mungkin bisa juga dianggap lucu pun langka dalam setiap perjalanan seseorang.
Seperti pada salah satu pelayaran feri penumpang rute Tanjungpinang-Batam di hari Lebaran ke-4, Selasa (25/04/2023).
Di jembatan Pelabuhan Sri Bintan Pura, sepanjang sekitar 200 meter dan dengan luas sekitar 3 meter itu tampak markah bercat putih sebagai pembatas para pejalan kaki di koridor jembatan.
Markah atau garis bercat warna putih itu sebagai tanda pemisah pejalan yang masuk ke feri atau yang baru keluar dari feri.
Bagi penumpang yang baru turun dengan pelayaran feri dari Batam hendak ke pintu keluar dari pelabuhan, mesti mengambil posisi jalur di koridor sebelah kanan. Sebaliknya para pejalan kaki dari pintu masuk utama menuju ruang check-in mengambil posisi jalur sebelah kiri dan sebaliknya.
Singkatnya, posisi arah jalan di koridor ini kebalikan dari arah berlalu lintas kendaraan di Indonesia di jalan raya.
Boarding Pass
Di mana-mana, lazimnya di pelabuhan laut, udara para calon untuk mendapat boarding pass, calon penumpang membeli tiket transportasi dulu baru mendapat boarding pass.
Di Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang justru kebalikannya, beli atau bayar boarding pass pelabuhan dahulu baru masuk ke ruang tunggu keberangkatan untuk membeli tiket kapal feri.
Jadi yang bukan calon penumpang feri bisa saja masuk ke ruang tunggu keberangkatan asal mau membayar Rp 10 ribu. Tarif boarding pass untuk satu orang memang Rp 10 ribu.
Satu Feri Dua Nama
Ihwal nama kapal feri yang melayari Batam (Pelabuhan Telaga Punggur)-Tanjungpinang-Batam terkadang membuat calon penumpang atau penumpang yang hendak menaiki feri kerap bingung.
Apalagi kala peak season seperti Lebaran tahun 2023 dengan arus penumpang yang membeludak.
Pada Selasa (25/04/2023), di kepadatan penumpang di steger pelabuhan feri di Tanjungpinang, sejumlah penumpang yang dalam posisi antre menuju feri, sempat kebingungan ketika petugas mengarahkan penumpang untuk segera naik ke feri yang hendak berlayar ke Batam.
Di tiket yang dimiliki calon penumpang tertera Ferry Marina Batam milik perusahaan PT Marinatama Gemanusa.
Sementara di lambung atau dinding pada haluan feri tertulis dengan jelas MV OCEANNA 2.
“Lho, feri ini kan OCEANNA 2, tiket kita kan kapal feri Marina,” tanya beberapa penumpang ke petugas pelayaran di steger dengan terengah-engah.
Para petugas pun menjelaskan bahwa feri yang hendak dinaiki para penumpang adalah feri Marina. Dan ternyata ada dua merek tercantum di dinding luar feri itu, MV OCEANNA 2 bagian haluan dan MARINA GROUP pada buritan.
Ada lagi feri yang berlayar Batam-Tanjungpinang dengan nama MV OCEANNA 13 ditulis di bagian haluan dan BARUNA JAYA di buritan.
“Yang mana satu namanya, kok di tiket beda,” ujar penumpang perempuan.
Anak PKL Jualan Kerupuk
Pada pelayaran feri MV OCEANNA 3, rute Batam-Tanjungpinang, seorang siswa kelas 2 salah satu SMK di Tanjungpinang yang tengah praktik kerja lapangan (PKL), mondar-mandir menjajakan dagangan kerupuk dan minuman kemasan di dalam feri.
Ia mengaku baru sebulan menjalani PKL-nya dalam masa 6 bulan ke depan. Siswa jurusan pelayaran ini hanya senyum dikulum ketika ditanya kenapa praktik kerja lapangannya dengan menjajakan kerupuk di atas feri.
“Mungkin pihak perusahaan menguji mental dan nyali anak ini dulu,” kata perempuan separuh baya penumpang feri yang duduk di kursi.
Ketika feri hendak bersandar di dermaga Pelabuhan Sri Bintan Pura, anak siswa PKL itu terlihat sibuk menjalankan aktivitas bersandar feri di dermaga pelabuhan bersama beberapa kru kapal.
“Nah, ini baru praktik lapangan siswa pelayaran,” ujar seorang penumpang lain di tengah kesibukan siswa PKL itu melempar tali tambat dan membuka pintu keluar feri. (S)