BatamNow.com, Jakarta – Badan Pengusahaan (BP) Batam boleh berbangga karena Pelabuhan Batu Ampar sudah memiliki satu unit ship to shore (STS) crane.
Tapi jangan sampai lupa bahwa penilaian Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) atas penanganan pelabuhan itu masih berada pada zona merah.
Keinginan agar Pelabuhan Batu Ampar masuk zona hijau disuarakan lantang oleh Kepala Badan Karantina Pertanian (Kabarantan) Bambang, beberapa waktu lalu.
Sejauh mana keberadaan Pelabuhan Batu Ampar saat ini dalam penilaian Stranas Pencegahan Korupsi?
“Masih di zona merah, belum beranjak sejak tahun lalu,” kata Koordinator Harian Stranas Pencegahan Korupsi Niken Ariati di Gedung Merah Putih, Jakarta, Senin (12/06/2023).
Dia menjelaskan, Stranas PK terus mendorong agar pelabuhan-pelabuhan yang masuk dalam klaster 14 pelabuhan utama periode 2021-2022 untuk masuk zona hijau, tapi nyatanya belum.
Niken menjelaskan, saat ini hasil kerja Stranas PK sudah nampak, di mana ada 4 pelabuhan yang dilakukan efektivitas regulasi dan birokrasi (right sizing) yakni, penyatuan kepala kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan. Keempat pelabuhan tersebut yakni, Pelabuhan Belawan Medan, Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak, dan Pelabuhan Makassar.
Selain itu, ada 4 pelabuhan juga yang mengalami penguatan internal dan peningkatan status yaitu, Pelabuhan Palembang, Pelabuhan Pontianak, Pelabuhan Samarinda, dan Pelabuhan Bitung.
Ditanya soal peluang Pelabuhan Batu Ampar, Niken menilai, sepanjang ada keseriusan dari para stakeholders lokal, maka hal tersebut (zona hijau) pasti bisa dicapai. “Semua berpulang pada good will dari para stakeholders. Stranas PK akan terus membimbing dan mengawasi kinerja di tiap pelabuhan,” tukasnya.
Dia menilai, berada di zona merah menandakan suatu pelabuhan masih banyak yang perlu dibenahi, baik integrasi sistemnya, trucking, dan lainnya masih lemah. “Kalau BP Batam selaku pengelola Pelabuhan Batu Ampar serius, maka hal tersebut sudah bisa langsung dibenahi. Tapi ini kan tidak. Buktinya sampai sekarang progresnya sangat lambat sekali,” serunya.
Saat ini, lanjutnya, tiap pelabuhan berlomba-lomba melakukan pembenahan sistem. Dirinya berharap, itu pun dilakukan oleh pengelola Pelabuhan Batu Ampar. “Miris kalau sampai 2024 nanti pelabuhan itu masih berkutat di zona merah. Perlu dipertanyakan komitmen dan keseriusan dari pengelola,” tegasnya.
Apakah untuk memastikan layanan pelabuhan yang maksimal, pengelolaan Pelabuhan Batu Ampar diambil alih? “Kita belum bisa bicara ke sana. Sekarang, Stranas PK masih fokus melakukan pendampingan saja,” pungkasnya. (RN)