BatamNow.com – Hansol Paper Co Ltd (dulu bernama Hansol EME Co Ltd) alias PT Hansol, main contractor konstruksi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) BP Batam hengkang dari Batam.
Kabar hengkangnya manajemen kontraktor proyek “The Development of Sewerage System in Batam Island” ini memunculkan tanya bagi banyak pihak apalagi ditengah proyek IPAL diduga kini dalam kondisi mangkrak.
Belum terkonfirmasi sejak kapan manajemen perusahaan asal Korea Selatan (Korsel) itu hengkang dari Batam, demikian juga musababnya.
Namun sumber di Gedung ‘Elang Emas’ BP Batam membenarkan bahwa tim manajemen PT Hansol dari Korsel sudah 2 bulan meninggalkan Batam. “Kalau tak salah sudah 2 bulan, tapi baiknya tanya pak Iyus di Dit Lingkungan,“ kata sumber ASN BP Batam itu.
Pegawai perusahaan swasta subkontraktor PT Hansol yang mengerjakan penambalan aspal kupak-kapik eks galian pipa sekunder di beberapa perumahan di Batam juga membenarkan tim manajemen PT Hansol, kembali ke Korea.
Sang petugas lapangan itu menyebut BP Batam belum memperpanjang kontrak tahap dua pengerjaan proyek IPAL, “Jadi tim dari Korea harus pulang”.
General Manager Pengelolaan Lingkungan BP Batam, Iyus Rusmana, selaku penanggung jawab/ Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek IPAL BP Batam membenarkan tim kontraktor PT Hansol memang sedang kembali ke Korea.
Cuma ia tak sependapat jika disebut hengkang. “Ga hegkanglah, akan dikerjakan lagi insyaallah Agustus, sekarang lagi finalisasi adendum,” jawab Iyus lewat pesan teks WhatsApp kepada BatamNow.com, Selasa (04/07/2023).
Terkait addendum kontrak sebagaimana disampaikan Iyus, perjalanan proyek IPAL yang didanai dari pinjaman The Export-Import Bank of Korea (EDCF) ini, sudah diaddendum untuk kesekian kalinya.
“Kalau tak salah sudah beberapa addendum kontrak , ini memantik pertanyaan apalagi proyeknya mandek, tampaknya, alias diduga mangkrak,” ujar Ketua DPP LI-Tipikor Kepri, Panahatan SH.
Belum Rampung. Janji ke Janji
Proyek IPAL dimaksudkan untuk mengalirkan limbah domestik dari rumah warga di 43 perumahan di Batam Center dan sekitarnya lalu memprosesnya di Waste Water Treatment Plant (WWTP) di Bengkong Sadai. Tujuannya mengatasi pencemaran limbah domestik yang mengalir ke waduk maupun perairan pantai.
Penelusuran BatamNow.com, kontrak proyek IPAL bernomor 5130.010.053.A/INA-20/PPK-PLN/12/2016 diteken pada 07 Desember 2016 di bawah unit Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan.
Anggaran proyek IPAL Batam bersumber pinjaman luar negeri sebesar USD 50 juta atau setara Rp 750 miliar. (asumsi kurs: USD 1 = Rp 15.000)
Proyek IPAL dimulai April 2017. Awalnya ditargetkan selesai selama 39 bulan atau pada 30 Juni 2020.
Catatan media ini, setidaknya sudah dua kali proyek tersebut diaddendum namun tak rampung juga. Terakhir pada 2021 dan disebut akan selesai Desember 2022.
BP Batam berulang hanya memberikan janji penyelesaian sisa pekerjaan fisik proyek IPAL.
Dalam rilis pers BP Batam, tanggal 19 November 2022, diketahui masih nihil alias belum ada sama sekali dari target 11.000 sambungan pipa tersier yang terhubung ke saluran pembuangan limbah domestik atau septic tank rumah warga (Fase 2). Saat itu, baru terpasang 10.000 sambungan dari pipa primer ke pipa sekunder di depan/samping rumah (Fase 1).
Lewat rilis itu, BP Batam menjanjikan penyelesaian 11.000 Sambungan Rumah (SR) ke septic tank itu akan dimulai pada Desember 2022.
Tapi dalam rilis tanggal 26 Desember 2022, BP Batam menyatakan para pihak terkait baru berkomitmen lagi memulai kembali pengerjaan fisik proyek IPAL di Batam dengan janji target penyelesaian pada akhir tahun 2024.
Itu lewat Memorandum of Meeting (MoM) dengan Economic Development Cooperation Fund (EDCF) The Export-Import Bank of Korea selaku peminjam (lender), Sunjin Engineering & Architecture Co Ltd selaku konsultan pengawas, dan Hansol Paper Co Ltd selaku kontraktor pelaksana proyek, pada 22 Desember 2022, di Kantor EDCF, Yeongdeungpo-gu, Seoul, Korea Selatan.
Tapi hingga 6 Juli 2023 proyek bernilai ratusan miliar rupiah itu tak rampung juga pekerjaan fisiknya. Pun tak ada informasi resmi dari BP Batam kapan kontraktor proyek memulai kembali sisa pekerjaan proyek tersebut.
Sudah enam tahun lewat dari awal dimulainya proyek namun IPAL belum dapat difungsikan sebagaimana rencananya mengatasi limah domestik di Batam. Malah warga merasa resah karena pipa sekunder dipasang di halaman rumah mereka, kini menimbulkan masalah.
Pasalnya eks galian pipa sekunder yang ditanam di sekitar halaman rumah kupak-kapik. Ada berbentuk kubangan ada yang retak-retak sepanjang perumahan. Jika hujan turun, terjadi genangan di beberapa lubang eks galian. (red)