BatamNow.com, Jakarta – Spirit korsa ‘Tak kan Melayu Hilang di Bumi’ telah mengikat kuat seluruh warga Rempang, Galang dan sekitarnya, Kota Batam, untuk secara tegas menolak segala bentuk penggusuran, relokasi, atau apapun namanya.
“Kami sudah melaporkan ke warga adat Tempatan hasil pertemuan demi pertemuan dengan sejumlah lembaga negara dan organisasi kemasyarakatan selama kunjungan ke Jakarta, beberapa waktu lalu,” kata Gerisman Achmad, Ketua Kerabat Masyarakat Adat Tempatan (KERAMAT), kepada BatamNow.com, Senin (10/07/2023).
Dia menjelaskan, pada pertemuan silahturahmi yang diadakan di Pantai Melayu, Sabtu, 8 Juli 2023, dihadiri oleh tokoh masyarakat yakni, Datuk Huzrin Hood beserta istri, Ibu Hardi Selamat istri dari Dr H Hardi Selamat Hood, Ibu P Suzairi, dan drg Zahrotur Riyad.
Gerisman mengatakan, keluarga besar Tempatan menyambut baik kunjungan dan audiensi yang dilakukan KERAMAT kepada berbagai pihak selama di Jakarta. “Kami semua tambah semangat dan kompak. Harapan kami, baik Komnas HAM, DPR RI, DPD RI, bisa datang ke Rempang di bulan ini untuk bisa melihat langsung dan memberikan solusi kepada kami,” seru Gerisman.
Dia menegaskan, “Pada prinsipnya keluarga besar kami tetap seperti pada permintaan awal, di mana kampung tua yang bersejarah dan sudah didiami oleh nenek moyang kami sejak tahun 1834 tidak digusur atau direlokasi”.
Selain itu, sambungnya, warga meminta ganti untung terhadap lahan-lahan yang selama ini telah digarap oleh warga selama ratusan tahun. “Kami meminta ganti untung dengan standar nasional melalui musyawarah mufakat,” tegasnya.
Demikian juga, lanjut Gerisman, karena tempat warga digunakan untuk berinvestasi, maka akan tercipta lapangan kerja. “Kami meminta agar lapangan pekerjaan itu diprioritaskan bagi warga Tempatan sesuai keahliannya masing-masing,” tukasnya.
Sementara itu, drg Zahrotur Riyad mengingatkan agar penduduk Tempatan Kampung Tua Pulau Rempang Galang harus selalu bersatu dan kompak.
“Jangan mau dipecah belah atau dipengaruhi pihak-pihak lain dengan iming-iming sesuatu. Semuanya harus kompak berjuang bagi anak cucu warga Tempatan. Harus satu kata dalam perjuangan,” tukasnya.
Berita yang beredar, sudah ada upaya pendekatan, baik yang dilakukan pihak Pemerintah Kota Batam dan BP Batam untuk coba mempengaruhi warga, dengan harapan ini bisa jadi ‘senjata’ untuk merelokasi seluruh warga Rempang.
Garis perjuangan warga Rempang mirip dengan Laksamana Hang Tuah. Karenanya semangat ‘Tak kan Hilang Melayu di Bumi’ harus terus digelorakan. (RN)