Catatan Redaksi BatamNow.com
Kapal SITC Hakata berbobot 18 ribu ton atau deadweight tonnage (DWT) itu bersandar di Pelabuhan/ Terminal Peti Kemas (TPK) Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar, Batam pada Minggu (31/03/2024) pagi.
Pelayaran langsung MV SITC Hakata bervolume 23.000 GT ini dioperasikan oleh Shandong International Transportation Corporation (SITC) Cina.
Kapal kontainer berkapasitas 1.000 TEUs itu datang dari Cina ke Batam dan sebaliknya sebagai pelayanan komersial pengiriman kargo (ekspor) ke luar negeri.
Inilah terobosan kekinian BP Batam dan PT Persero Batam anak perusahaan BUMN yang baru mengoperasikan TPK Pelabuhan Batu Ampar sejak 1 November 2023.
Ini juga sekaligus perdana bagi Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (KPBPBB) setelah lama dalam penantian.
Direct call terminal ini salah satu bagian dari transformasi pelabuhan ke arah yang lebih modern, meski size dan TPK Batu Ampar tergolong kecil dibanding TPK lain di Indonesia, apalagi di negara lain.
Terobosan pengiriman kontainer direct call Cina-Batam-Cina ini satu pola baru yang sesungguhnya juga secara tak langsung telah mewujudkan mimpi nan panjang, Batam sebagai KPBPB atau Free Trade Zone.
Sejak tahun 80-an, kala BJ Habibie sebagai Ketua Otorita Batam (OB), direct call ini sejak awal telah disekenariokan sebagai bagian dari visi Batam akan menjadi hub logistik laut mengimbangi Singapura.
Namun mimpi itu baru diwujudkan PT Persero anak BUMN ini sebagai mitra kerja sama BP Batam.
Sementara selama itu pula, sejak pelabuhan Batu Ampar dioperasikan tahun 80-an, pengiriman kontainer (kargo) ke luar negeri selalu transit di Singapura yang tata kelola logistiknya di Batam masih dilakukan perusahaan logistik asal Singapura secara door-to-door.
Direct call Cina-Batam-Cina ini disebutkan bakal berjalan secara reguler, direncanakan berlangsung sekali dalam seminggu.
Tentu terobosan baru ini dapat dilakukan manajemen PT Persero tak lepas dari peran BP Batam sebagai regulator yang telah menyiapkan TPK Batu Ampar Tahap I di Dermaga Utara pelabuhan itu satu sistem pelayanan otomatis derek peti kemas.
Dimana selama ini pelabuhan kargo itu dalam puluhan tahun masih menggunakan crane operator manual.
Satu unit “Ship to Shore” (STS) “Crane” dan 2 Harbour Mobile Crane (HMC) telah existing di dermaga TPK Utara sejak September 2023 yang sudah melayani bongkar muat kapal peti kemas utamanya Batam-Singapura.
STS yang dibeli dari Korea Selatan itu didirikan BP Batam dan pengoperasiannya telah dikerjasamakan PT Persero Batam sejak 4 bulan lalu.
Hasilnya dengan satu unit STS, telah dapat meningkatkan produktivitas bongkar muat kontainer/ peti kemas dari 8 box menjadi 20 box per jam.
Dengan peningkatan produktivitas volume bongkar muat yang telah sesuai dengan standar internasional, tak pelak, mengkerek TPK Batu Ampar, Batam dapat melayani kapal direct call Internasional.
Satu hal yang menjadi nilai tambah atas direct call bagi para eksportir, selain mengubah pola ekspor, terjadi penurunan biaya logistik atau freight cost (pengiriman kontainer) Batam ke Singapura hingga USD 600 per TEUs karena tak lagi harus mengeluarkan biaya transhipment di Singapura sebagaimana selama ini.
Tentu, transformasi PT Persero sebagai mitra BP Batam yang mendapat konsesi selama 35 tahun, tampaknya, tak akan berhenti sampai di direct call Cina-Batam-Cina.
Dalam program ke depan, PT Persero bersama BP Batam akan mengoperasikan 5 Unit STS dan 12 RTG (Rubber Tyed Gantry) Crane, serta akan membangun container yard (CY) di areal lahan 12 hektare. Itu masuk dalam perencanaan tahap 2 di tahun 2025.
Sedangkan untuk tahap 3, pada tahun 2028, akan dikembangkan TPK dengan 2 juta TEUs dimana kapasitas sekarang baru di 500 ribu TEUs.
Proyeksi itu akan berjalan lancar jika direct call Batam -Malaysia – Vietnam – Cina, bahkan ke Korea dan lainnya dapat berjalan lancar yang sudah dimulai hari ini. (*)
Data dari berbagai sumber