BatamNow.com, Jakarta – Sudah menjadi rahasia umum pertandingan sepakbola kerap dijadikan sarana berjudi bagi pihak-pihak tertentu. Taruhannya pun bisa tidak main-main, bisa mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Di era 80-an, dikenal dengan istilah Porkas. Seiring waktu, Porkas berganti nama menjadi SOB (Sumbangan Olahraga Berhadiah) dan TSSB (Tanda Sumbangan Sosial Berhadiah). Hingga sebelum resmi ditutup, tahun 1993, namanya menjadi SDSB (Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah).
Masyarakat diajak untuk menebak skor sebuah pertandingan, baik menang, seri, atau kalah. Bila tepat, maka hadiah pun menanti.
Kini, perjudian kian marak dan tanpa malu-malu lagi. Buktinya saja, tiga klub sepakbola di Tanah Air diduga disponsori perusahaan judi online. Kasus ini kini tengah dilaporkan ke polisi.
Disinyalir juga, pertandingan Arema FC dengan Persrbaya Surabaya, Sabtu, 1 Oktober 2022, yang memakan korban jiwan 132 orang meninggal dan ratusan lainnya luka-luka, dibubuhi aroma perjudian. Salah satu indikasi yang terlihat adalah pertandingan dilakukan di malam hari.
Hal tersebut dikatakan Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PDI-P Arteri Dahlan saat meninjau langsung Stadion Kanjuruhan Malang, tempat pertandingan digelar. “Tentu ada perbedaan pertandingan sepakbola diadakan siang atau malam. Kalau mainnya malam, pertama, penontonnya pasti lebih banyak, juga hak siar TV-nya pasti lebih mahal. Pun, ada indikasi judinya,” ungkap Arteri dalam keterangan persnya, Kamis (13/10/2022).
Menurutnya, ini harus digali sedalam-dalamnya. Sebab, jangan-jangan diakibatkan bandar kalah besar, lantaran Arema kalah. Padahal, situasi ketika itu selain menjadi tuan rumah, para Aremania sudah memenuhi stadion. Jadi, prediksi minimal pertandingan berakhir seri. Namun, ternyata tuan rumah kalah. “Kalau seri saja, sebenarnya bandar sudah untung,” tutur Arteria.
Ketika ditanyakan terkait kemungkinan ada indikasi judi, Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso mengatakan, bisa saja begitu. “Sejak dulu, pertandingan sepakbola kental dengan perjudian, baik dikelola satu pihak secara berkelompok, atau langsung orang per orang,” jelasnya kepada BatamNow.com, Sabtu (15/10/2022).
Untuk itu, Sugeng meminta TGIPF dan kepolisian bisa menyelidiki hal tersebut. “Harus didalami dan diselidiki indikasi perjudian di balik pertandingan Arema dengan Persebaya. Jadi, jangan berhenti hanya pada insidennya saja, tapi bisa dikembangkan apa di balik pertandingan tersebut,” sarannya. (RN)