BatamNow.com – Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso mencium adanya upaya perlawanan dari geng alias kelompok Irjen Ferdy Sambo terhadap Timsus Polri di pusaran pengusutan peristiwa kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Sementara desakan agar Kapolri Listyo Sigit Prabowo mengundurkan diri datang dari sejumlah mahasiswa dari berbagai elemen organisasi yang tergabung dalam Kelompok Cipayung Plus Sumatera Utara.
Mereka melakukan aksi menyalakan lilin di Taman Makam Pahlawan, Jalan Sisingamangaraja, Kota Medan, Sabtu (13/08/2022).
Kelompok mahasiswa yang berasal dari PMII, GMNI, GMKI, HMI dan IMM menyalakan 1.001 lilin sebagai tanda berkabung atas matinya keadilan. Selain menyalakan lilin, mahasiswa Cipayung Plus Sumut juga melakukan aksi tabur bunga di makam pahlawan.
Soal dugaan upaya perlawanan Geng Sambo terhadap Timsus, ujar Sugeng, di antaranya menjatuhkan nama baik para personel Timsus dengan menyebar serangan isu negatif terhadap mereka.
“Sebetulnya ada perlawanan yang menyerang orang-orang di dalam Timsus. Perlawanan dari kelompok [Sambo] ini. Akan menebar isu. Isu-isu negatif terhadap orang-orang di dalam Timsus,” kata Sugeng dikutip dari YouTube Narasi Newsroom.
“Dari situ dia tahu rahasia-rahasia orang. Dia collect rahasia orang nah ini mau dimainkan. Dia pegang kartu. Saling menyandera,” papar Sugeng melansir Suaralampung.co.id–jaringan Suara.com, Minggu (14/08).
Sugeng pun menyarankan masyarakat mendukung penuh kerja Timsus menyidik kasus pembunuhan Brigadir Yosua.
“Kita harus dukung Timsus dan para personel Timsus. Kita abaikan dulu narasi-narasi yang menyerang Timsus. Supaya kita fokus penyelesaian kasus Sambo. Timsus jangan bargaining dengan mereka,” ujarnya.
“Sambo dan 31 orang yang sukarela terjun ke jurang ini adalah mafia. Karena apa? Mafia kan kerjanya bergerak dalam dunia kejahatan. Yang mereka lakukan kan jahat,” kata Sugeng.
Makna mafia ialah bekerja menutupi kasus-kasus pelanggaran hukum dengan cara membunuh saksi, menyuap, mengarang cerita bohong. Cara ini kata dia sama dengan yang dilakukan Sambo and Geng.
Sedangkan alasan mahasiswa kelompok Cipayung Plus Sumatera Utara mendesak Kapolri Listyo mundur karena mereka melihat pengusutan kasus kematian Brigadir J yang menyeret Irjen Pol Ferdy Sambo dan sejumlah oknum kepolisian lainnya berlarut-larut.
“Instansi Kepolisian Republik Indonesia belakangan menjadi sorotan publik seiring dengan mencuatnya kasus Kematian Brigadir J di rumah seorang Perwira Tinggi Mabes Polri yang diawal dinarasikan melakukan pelecehan terhadap istri Irjen Sambo dan melakukan aksi tembak-menembak seperti film koboy, hingga membuatnya meninggal,” ucap Ketua DPD GMNI, Daniel mewakili barisan Cipayung Plus dikutip dari Tribunnews.com.
Mereka katakan bahwa awalnya narasi yang dimunculkan oleh instansi para baju cokelat itu melalui para perwira-perwiranya tampil sangat meyakinkan di depan publik menyatakan kronologis kejadian, yang kemudian akhirnya terbukti bahwa semua ini hanyalah hasil sandiwara dan rekayasa Irjen Ferdy Sambo dan melibatkan banyak perwiranya dengan peran dan tugasnya masing-masing.
Padahal, Presiden Joko Widodo sudah menegaskan kepada Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo agar kasus ini dituntaskan secara transparan dan tanpa ada yang ditutup-tutupi, demi menjaga kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian.
Cipayung Plus Sumut menilai, pengusutan kasus ini sebenarnya tanpa harus memakan waktu yang panjang, bila melihat fakta-fakta yang ada dan analisis dari sejumlah pakar.
Ketua DPD GMNI, Daniel mewakili barisan Cipayung Plus mengatakan instansi Kepolisian Republik Indonesia belakangan menjadi sorotan publik seiring dengan mencuatnya kasus Kematian Brigadir J di rumah seorang Perwira Tinggi Mabes Polri yang diawal dinarasikan melakukan pelecehan terhadap istri Irjen Sambo dan melakukan aksi tembak-menembak seperti film koboi, hingga membuatnya meninggal.
Cipayung Plus Sumut menilai, pengusutan kasus ini sebenarnya tanpa harus memakan waktu yang panjang, bila melihat fakta-fakta yang ada dan analisis dari sejumlah pakar.
Kelompok Cipayung ini juga menilai bahwa Kapolri sudah gagal memilih orang masuk dalam lingkaran Mabes terutama untuk jabatan Kadivpropam yg seharusnya menjadi contoh penegak disiplin justru melakukan perbuatan keji yaitu pembunuhan berencana.
“Masyarakat juga menilai bahwa baru sejak intansi penegak hukum ini berada dibawah kepemimpinan Jendral Listyo terjadi persekongkolan pemutaran fakta yang dilakukan beberapa jenderal dan seorang kapolres untuk memanipulasi kejadian. Bahwa penegak hukum seharusnya tidak melakukan tindakan yang sangat tercela dan sangat hina tersebut,” sambung Ketua IMM Sumut Ariffudin Bone.
“Belum lagi publik bertanya-tanya mengenai motif sesungguhnya yang melatarbelakangi meninggalnya Brigadir J, yang justru membuat isu di publik semakin liar dan menyudutkan instansi kepolisian,” tambahnya.
Adanya kasus ini, Kelompok Cipayung Plus Sumut menilai, Kapolri adalah pihak yang bertanggung jawab.
Apalagi Kapolri Jenderal Listyo pernah berkomitmen akan melakukan ‘potong kepala’ jika ‘ekor busuk’. (*)