BatamNow.com – Setiap terjadi pipa bocor SPAM BP Batam, proses perbaikannya bisa memakan waktu belasan jam bahkan ada yang sampai 48 jam.
Padahal seyogianya bisa lebih cepat dari waktu yang sangat lelet itu.
Masyarakat pelanggan pun harus berlama-lama menahan resah dan rasa hausnya karena tak mendapat akses air minum datang mengalir dari jauh
Sumber BatamNow.com di titik pipa bocor di kawasan Bengkong pada Kamis (05/10/2023) sekitar pukul 22.00, mengungkap biang keroknya.
“Sebenarnya proses perbaikan pipa bocor ini tak perlu sampai 13 jam, cukup 5 jam sudah sudah siap,” kata sumber.
Masalahnya, sebut sumber, pengiriman material dari BU SPAM BP Batam yang selalu bermasalah dan sangat lambat. “Selalu begitu setiap kejadian pipa bocor, kadang sampai berjam-jam kita menunggu pasokan materialnya, itu pun kadang datang tak lengkap dan akhirnya menunggu lagi,” katanya.
Ditanya kenapa pengadaannya pakai waktu lama, sumber itu menjawab: tak tahu.
Menurut sumber lain yang tak mau disebut namanya, mekanisme kerja sama operasional dan perawatan SPAM Batam, terhadap pengadaan material setiap perbaikan harus dari BP Batam.
Pihak PT Air Batam Hulu (PT ABHu) dan PT Air Batam Hilir (PT ABHi) mesti mengajukan pengadaan material ke BP Batam, meski kontraktor emergency perbaikan kerusakan instalasi di bawah kendali PT ABHi.
Birokrasi seperti inilah diduga sering menimbulkan masalah di atas masalah seperti pada kejadian pipa bocor yang meresahkan ribuan warga konsumen di Bengkong, Kamis kemaren.
Pasokan Material Perbaikan Lambat dari BP Batam
Terkait kerapnya pipa bocor belakangan ini yang seperti episode pertunjukan air mancur suguhan BP Batam, membuat masyarakat pelanggan berang.
Ternyata biang keroknya human error atau akibat kesalahan manusia. Bukan karena pipa tua sebagaimana sering diklaim Muhammad Rudi.
Itu diungkapkan Direktur Utama PT ABHu dan PT ABHi Mujiaman Sukirno lewat media. Ia katakan terjadi pipa bocor yang tertanam di dalam tanah disebabkan gangguan alat berat yang dioperasikan petugas di pembangunan peningkatan pelebaran jalan proyek BP Batam sendiri maupun Pemko Batam.
Sebenarnya, kata Mujiaman, kebocoran pipa yang berada di dalam tanah dipastikan tidak terjadi jika petugas lapangan benar-benar mengawasi dengan profesional. Petugas bisa mengawasinya dengan Geographic Information System (GIS).
Lebih tajam lagi katanya lewat georadar dan tes PIT.
Georadar merupakan salah satu metode geofisika yang menggunakan sumber gelombang elektromagnetik (EM) sering disebut juga dengan survei GPR.
Sedangkan Pile Integrity Tes (PIT) dilakukan untuk melihat secara langsung kondisi lapisan tanah dengan teliti.
Namun, tampaknya BP Batam tak ambil pusing soal ketidaknyamanan atas hak-hak pelanggan yang dirugikan.
BP Batam, sepertinya, belum “bertobat” dan masih akan membiarkan kejadian serupa terulang. Agaknya seperti tak ada niat baik untuk memperbaikinya.
Berkali terjadi kebocoran akibat dugaan kesalahan petugas dan pengawas di lapangan, tampaknya, tak ada sanksi dari BP Batam.
Masyarakat pelanggan yang terdampak matinya aliran air minum, menuding pekerja proyek membocorin pipa yang sudah berulang.
BP Batam juga dituding abai, dan terkesan tidak mengindahkan ketentuan perundang-undangan sebagai jaminan negara atas hak-hak dan kedaulatan masyarakat atas akses, kontinuitas aliran air minum sebagai kebutuhan vital hidupnya.
Padahal NEGARA lewat peraturan perundang-undangan pemerintah menjamin hak warga pelanggan atas air minum perpipaan ini, tidak boleh terputus selama 24 jam dalam sehari, baik jaminan kuantitas dan kualitasnya.
Redaksi BatamNow.com mengkonfirmasi hasil investigasi di lapangan termasuk berbagai tudingan warga.
Konfirmasi ke Kepala BP Batam Muhammad Rudi, Direktur BU SPAM BP Batam Denny Tondano dan Kabiro Humas BP Batam Ariastuty Sirait, namun tak ada respons. (red)