BatamNow – Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly mengatakan Batam dan Tangerang akan menjadi entry point traveler Singapura ke Indonesia.
Menurut Yasonna, Indonesia saat ini sedang mempersiapkan sistem visa elektronik, dan akan membuka counter (konter) spesial di Terminal Ferry Batam Centre Batam.
Program ini akan membuka akses khusus bagi traveler dari Singapura yang masuk ke Batam, yaitu diantaranya businessman (pebisnis), profesional, investor dan public official.
“Program ini disebut Reciprocal Green Lane yang disepakati dengan Pemerintah Singapura,” ujarnya, Kamis (01/10) di Jakarta.
Ditambahkan Yasonna pemerintah akan memberikan perhatian khusus bagi fasilitas kesehatan di Batam termasuk Rumah Sakit yang menjadi rujukan Covid 19.
Karena Batam menjadi entry point, maka Yasonna meminta Menteri Kesehatan dan Pjs Gubernur Kepri dapat menjamin kesiapan infrastruktur kesehatan, sesuai dengan prosedur penanganan Covid-19 yang dapat diterima oleh kedua belah pihak, Singapura dan Indonesia.
Saat ini Indonesia sedang memperbaiki hukum tentang pelarangan masuk orang asing ke Indonesia. Pelarangan itu akan diganti dengan membolehkan khusus businessman, profesional, investor dan public official.
Terminal Airport saat ini mempersiapkan Reciprocal Green Lane khusus counter untuk warga Singapura yang masuk ke Indonesia. Selain di Batam juga di Airport Jakarta di Cengkareng.
“Jadinya tidak bercampur dengan penumpang-penumpang yang lain,” kata Yasonna.
Pemerintah Singapura dalam hal ini meminta kesiapan Pemerintah Indonesia dalam menerima pengunjung, tamu dari Singapura.
Proses ketat protokol kesehatan dalam pengecekan Covid-19 harus sama standarnya dengan protokol kesehatan yang ada di Singapura, yang dapat diterima warga Singapura.
Selain itu Pemerintah Indonesia juga diminta mempersiapkan Rumah Sakit untuk warga Singapura yang terinfeksi Covid-19, setara dengan standar Rumah Sakit di Singapura.
Demikian juga dengan Kota Batam, sama halnya persiapan seperti di Jakarta.
Sistem Elektronik Visa ini akan diberlakukan dan direncanakan mulai beroperasi pada 15 Oktober. Program ini sendiri masih dibahas dengan Kementerian Dalam Negri.
“Khusus untuk data Sistem Elektronik Visa pembayarannya melalui debit atau kredit,” ungkap Yasonna.
Warga Singapura yang masuk melalui Green Lane harus meng-apply melalui visa. Dan harus mempunyai guarantor atau orang yang bisa menjamin mereka di Indonesia.
Menteri Urusan Luar Negeri Singapura, Dr. Vivian Balakrishnan dan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi telah menyetujui, bahwa kedua belah pihak Negara akan bekerja secara erat dalam menguatkan kesehatan publik serta memajukan pertumbuhan perekonomian, investasi dan finansial, serta memfasilitasi perjalanan yang aman.
Reciprocal Green Lane ini telah dibahas oleh kedua belah pihak sejak tanggal 25 Agustus 2020 lalu.
Saat ini, Singapura telah menjalin hubungan Reciprocal Green Lane dengan China, Malaysia, Brunei Darussalam, Korea Selatan dan Jepang.
Sementara itu Indonesia saat ini masih mempersiapkan Reciprocal Green Lane dengan China, Korea Selatan dan United Arab Emirates.
Sampai saat ini Singapura masih menjadi investor terbesar di Indonesia dengan total investasi USD 2.7 Billion. Data ini diambil dari Indonesia Investment Coordinating Board.
Singapura diketahui telah menjadi investor terbesar sejak 5 tahun terakhir.
Presiden RI, Joko Widodo pada September 2020 lalu, mengungkapkan harapannya kepada kedua belah pihak agar dapat merealisasikan Reciprocal Green Lane secepatnya, sehingga dapat memperlancar pertumbuhan ekonomi keduanya.
Dr. Vivian Balakrishnan pada 25 Agustus 2020 lalu juga mengatakan, kedua belah pihak akan segera melakukan pembicaraan terkait Reciprocal Green Lane yaitu membuka secara bertahap perjalan bisnis kedua Negara. (*)