Catatan Tim News Room BatamNow.com
Kinerja Badan Pengusahaan (BP) Batam belakangan ini tetiba dapat pujian dari Abidin Hasibuan, pemilik perusahaan elektronik berorientasi ekspor itu.
Menohok statement pemilik PT Sat Nusapersada Tbk yang mempekerjakan ribuan karyawan itu.
Baru kali ini ada pihak eksternal yang blak-blakan menjamin perubahan positif birokrasi di BP Batam. Kondisi yang disebut Abidin itu sekaligus bisa menjadi kue ulang tahun emas Hari Bakti ke-50 BP Batam.
Kata Abidin, “BP Batam sejak dipimpin oleh Muhammad Rudi, sudah banyak berubah, lebih profesional. Dulu saya pernah mengkritik banyak perizinan hantu, tapi sekarang sudah tidak ada lagi”.
Pujian menggelegar saat dia didapuk memberi sekapur sirih di acara Anugerah Investasi Batam 2021 di Grand Ballroom Radisson Hotel, Sukajadi, sempena Hari Bakti ke-50 BP Batam, Kamis (28/10/2021).
Selama ini, kondisi birokrasi di BP Batam memang tak surut dari gunjingan. Masyarakat menilai buruk. Birokrasi panjang nan berbelit. Bahkan lebih ekstrem dibumbui diksi “mafia”.
Katakanlah di pusaran sengkarut lahan, ribetnya pengadministrasian lahan. Demikian juga isu pelayanan pelabuhan kargo, pelayanan air minum dan sebagainya.
Mungkin itu terjadi karena kekuasaan BP Batam yang super spesifik dengan privilege kebijakannya yang seakan lose control. Apalagi mitra pengawasnya nun di Senayan, Jakarta.
Bayangkan, badan kawasan ini hadir dengan seabrek tugas yang khusus, bukan hanya pengembang kawasan ekonomi, perdagangan dan industri serta alih kapal (transhipment). Lembaga negara non struktural ini juga mengurusi langsung berbagai kepentingan publik. Seperti mengalahkan tugas dan kekuasaan pemerintah daerah di era otonomi daerah ini.
Entah mengapa tugas BP Batam ini melar ke mana-mana. Dari investasi besar sampai septic tank masyarakat pun diurusin. Tengoklah Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), termasuk tinja di dalamnya.
Mungkin itu salah satu musabab munculnya birokrasi panjang nan berbelit. Maka Abidin pun menganalogikan sengkarut birokrasi pelayanan seperti itu, “birokrasi hantu”.
Hantu selalu dipersepsikan sesuatu yang menakutkan dan mengerikan bagi manusia. Anak-anak lebih tahu itu.
Birokrasi hantu kata Abidin, itu dulu.
Kok bisa? Abidin dalam sekapur sirihnya memang tak mendeskripsikan proses perubahan yang signifikan dan super cepat itu.
Kalau benar berubah signifikan, dipastikan bukan bim salabim, sihir maupun sulap.
Memang, berbagai diskresi dan kebijakan dilakukan dan diluncurkan Rudi memperbaiki birokrasi pelayanan BP Batam semenjak kepemimpinannya tahun 2019.
Dan meski dengan berbagai kebijakan Rudi, butuh waktu penyelesaian secara komprehensif, karena tak semudah membalik telapak tangan untuk menuntaskan semua masalah.
Namun bagaimanapun, Rudi dalam memimpin BP Batam telah membawa perubahan dan kondisi sudah semakin membaik, kata Abidin.
Jika itu sahih, momen ini juga menjadi pesan khusus bagi para pegawai BP Batam.
Bahwa kualitas kemampuan Rudi tidak seperti yang dibayangkan mayoritas pegawai di BP Batam, sebelumnya.
Ini bukan mengungkit luka lama. Bagaimana dulu mayoritas pegawai di gedung BP Batam berlogo elang emas itu sempat menolak kehadiran mantan anggota kepolisian itu, kala ditunjuk menjadi ex-officio Kepala BP Batam.
Menolak sampai menggelar aksi demo dan membentangkan ratusan spanduk di lingkungan Kantor BP Batam dengan kalimat-kalimat anti Rudi. Pokoknya riuhlah.
Kini sengkarut di BP Batam sudah berubah, ada perbaikan, paling tidak birokrasi hantu itu, kata Abidin.
Dan tak mungkin ada perubahan signifikan dari birokrasi “hantu” menjadi profesional jika kultur kerja ribuan pegawai di sana tak duluan move on mem-follow ritme, irama kerja dan visi Rudi.
Apalagi statement Abidin, bukan basa-basi. (*)