BatamNow.com – Massa yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Melayu berdatangan dan berkumpul di depan Stadion Temenggung Abdul Jamal (TAJ), Kecamatan Sei Beduk, Kota Batam, Rabu (23/08/2023) pukul 08.10 WIB.
Pantauan di lokasi, massa dari suku Melayu ini mayoritas menggunakan pakaian hitam dan membawa atribut demo berisi narasi penolakan relokasi 16 titik kampung tua di Pulau Rempang, Galang.
Massa warga Melayu hadir dari usia muda-tua, juga pria maupun wanita. Mereka datang sambil meneriakkan, “Hidup Melayu!”.
Ditemui di lokasi, Koordinator Umum Aliansi Pemuda Melayu Dian Arniandi menjelaskan bahwa unjuk rasa ini sebagai medium untuk menyampaikan penolakan atas wacana relokasi seluruh warga Rempang dari 16 titik kampung yang telah mereka huni turun temurun bahkan sejak tahun 1834.
“Iya kita tetap unjuk rasa di Kantor BP Batam. Tuntutannya tetap penolakan relokasi 16 kampung di Rempang, Galang, tanpa syarat,” kata Dian kepada BatamNow.com, Rabu (23/08/2023).
Ia menegaskan bahwa demo hari ini adalah aksi damai. “Saya sudah pesankan ke peserta agar jangan sampai terprovokasi,” ucapnya.
Senada, Humas Aliansi Pemuda Melayu Andika juga berpesan agar para peserta aksi saling menjaga dan tidak boleh terprovokasi.
“Iya kita sudah pesankan ke warga agar tidak terpancing bila ada provokasi,” kata Andika kepada BatamNow.com.
Hingga pukul 08.36, massa Aliansi Pemuda Melayu masih menunggu warga lainnya yang dalam perjalanan. Halaman Stadion TAJ tak memadai, barisan puluhan lori yang mengangkut peserta unjuk rasa pun mengular hingga ke depan Kantor Pemadam Kebakaran BP Batam di sebelahnya.
“Kita masih menunggu kawan-kawan lain, masih banyak dari kampung selain yang di Rempang. Paling jauh ada kawan dari Tanjungpinang yang mau ikut aksi kita,” jelasnya.
Menurut Dian, relokasi seluruh warga tempatan di Rempang yang mayoritas suku Melayu, bertolak belakang dengan petuah Hang Tuah sang tokoh legendaris Melayu yang berbunyi: ‘Takkan Melayu Hilang di Bumi’.
‘Kalau digusur 16 titik kampung tua itu, hilang 1 regenerasi. Iya bisa hilang Melayu di Rempang, tak ada lagi Melayu-nya,” jelas Dian kepada BatamNow.com, Minggu (20/08) malam.
Diperkirakan, ±4.000 warga yang akan bergabung dalam aksi unjuk rasa di depan Kantor BP Batam hari ini. Informasinya, banyak juga peserta demo datang dari kampung lainnya yang turut mendukung perjuangan menolak relokasi 16 kampung di Rempang.
“Dari luar Kecamatan Galang juga ada, dari kampung-kampung tua yang ada di Batam, dari Pulau Belakang Padang, dari Bulang juga ramai,” ucap Dian.
Dikatakannya, ada beberapa poin tuntutan yang akan disampaikan dalam demo di depan Kantor BP Batam nanti. Tapi, yang paling utama disuarakan tetap penolakan relokasi 16 titik kampung tua/lama di Pulau Rempang.
Diberitakan, wacana relokasi warga Rempang dari kampungnya, mencuat pasca diumumkannya rencana pengembangan kawasan Eco-City oleh PT Makmur Elok Graha (MEG) di lahan seluas 17.000 hektare di satu Pulau Rempang ditambah sebagian Pulau Galang.
Warga tempatan menegaskan bahwa sejatinya mereka mendukung masuknya investasi dan pembangunan ke Rempang, Galang. Namun, mereka juga menolak dengan tegas bila kampung tua/lama serta kuburan nenek moyangnya harus digusur/direlokasi. (red)