Oleh: Tim News Room BatamNow.com
Cen Sui Lan disingkat CSL, Anggota Komisi V DPR RI berada di Batam, Selasa (20/04/2021).
“Kartini” dari Batam (Kepri) ini meninjau proyek remedial (perbaikan/ revitalisasi) Waduk Sei Harapan, Batam.
P
eninjauan kata media, bagian dari fungsi pengawasan dan kunjungan daerah pemilihan (Kundapil) pembangunan insfrastruktur di wilayah Kepri.
Kunjungan wanita kelahiran Kuala Langat ini ditemani oleh Tuti Sutiarsih Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Kepri Ditjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Didampingi Hajad sebagai Staf BP Batam. Ditjen SDA Kementerian PUPR merupakan mitra kerja Komisi V DPR RI.
Wow, kerennya!
Akhir-akhir ini CSL memang wara-wiri Jakarta-Kepri (Batam) melakoni tugas dan fungsi pengawasannya.
Luar biasa!
Anggota Fraksi Golkar ini memang terlihat pro aktif begitu duduk sebagai Anggota DPR RI Pengganti Antar Waktu (PAW) di Senayan sana.
Wanita dengan banyak perusahaan itu menggantikan Ansar Ahmad yang mencalonkan diri dan sudah terpilih menjadi Gubernur Kepri karena menang Pilkada.
Selain aktif menjalankan tugas dewan terhormat, sekilas tipe CSL terbilang “cerewet” juga.
Cerewet sampai berani “menegur” Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan (LBP) yang terlihat “galak” dan apa adanya.
“Tentang Jembatan Batam-Bintan, si Opung jangan ngerecokinlah,” CSL berkata.
Beraninya?
Padahal LBP itu kabarnya “menentukan” juga di Partai Golkar, yang Airlangga Hartarto sebagai ketuanya.
Derita nan Lama
CSL, lagi rajin memantau proyek-proyek besar di Kepri, tampaknya.
Namun masyarakat, menaruh harapannya. Hendaknya CSL, sesekali bepalinglah mengadvokasi nasib ribuan pelanggan dengan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), yang BP Batam dan PT Moya Indonesia sebagai pengelolanya.
CSL sibuk anjang sini sana, meninjau proyek-proyek besar di Kepri, sah-sah saja. Itu memang bagian dari tugas dan fungsi pengawasannya.
Namun pernahkah CSL, yang wakil rakyat daerah pemilihan Provinsi Kepri itu, menguping “jeritan” rakyatnya? Tentang sulitnya mendapatkan air minum perpipaan dari pengelola?
Sebagian dari pelanggan itu bagai Kalong tidak dengan tidur malamnya.
Ronda air sampai subuh, menunggu tetesan air dari keran dalam rumahnya.
Tandon harus diisi untuk persiapan kebutuhan hidupnya.
“Derita” nan lama.
Ibarat telatah bang Toyib yang tak kunjung datang, sampai empat kali Ramadan, pun empat kali Lebarannya.
Pelanggan pun Dahaga
Dari pelanggan SPAM itu, ada pedagang makanan dan kedai minuman sederhana.
Bila air tiada, ngopi-ngopi pun susah, lalu apa jadinya?
Air dari dam mengalir sampai jauh entah ke mana.
Nasib Melani ibu rumah tangga di Kavling Sei Lekop, Batu Aji, bisa menjadi satu tanda.
Dia pelanggan yang tak jarang merana.
Ibarat menengadah untuk setetes air karena dahaga.
Satu ketika dia terpaksa mengiba ke pengelola, agar air untuk kebutuhan hidupnya diantarkan ke rumahnya.
Disampaikannya lewat media sosial (medsos) dan media kesayangannya.
“Tolong, air, airrr…,” kira-kira itu ilustrasi saja.
PT Moya Indonesia sebagai operator SPAM Batam, luluh juga. Lantas air dengan mobil tangki pun dikirim sore harinya.
Sama dengan tetangga Melani yang “SOS” air, sebelumnya juga dikirimin oleh pengelola.
Padahal kewajiban PT Moya seyogianya mengirim air lewat pipa-pipa. Kondisi ini memang dinilai anomali juga.
“Delivery” lewat mobil tangki sebenarnya hanya saat insiden saja. Kan bukan untuk selamanya?
Tentu, masih banyak lagi Melani lain yang ikut dahaga.
Kebayang nggak bagaimana repotnya bila ketersediaan air di rumah warga sampai tiada?
Tagihan Pemakaian Air Telat Bayar, Denda
Air SPAM Batam begitu menyebutnya. Rakyat bukan gratis mendapatkannya. Mereka wajib membayar kubikasi pemakaian setiap bulannya.
Jangan sampai telat bayar! Hmm… menanti dendanya. Atau sambungan pipa air bisa diputus oleh pengelola.
Kejam nian, bila dipikir-pikir sanksinya.
Sebaliknya, bila aliran air perpipaan macet pelanggan hanya bisa meratapi nasibnya.
Pengelola entah sedang di mana?
Padahal selain menjamin ketersediaan dan keberlangsungan akan air minum oleh negara, pemerintah telah menggelontorkan triliunan rupiah untuk membangun infrastruktur air baku (hulu) yang diharapkan hingga ke pelanggan di hilirnya.
Air kebutuhan mendasar hidup sehari-hari bagi manusia.
Demikianlah sampai negara lewat perundang-undangan MENJAMIN akan kontinuitas air ini selama 24 setiap harinya.
Tapi apa lacur, jaminan negara, khususnya bagi sejumlah pelanggan yang kecewa, hanya retorika belaka.
Pengelola SPAM, kelihatannya seolah tak takut kepada negara. Meski keberlangsungan air minum perpipaan rakyat ini adalah kewajibannya.
Sementara rakyat tak tahu hendak mengadu ke mana.
Kepala BP Batam Ex Officio Wali Kota Batam Muhammad Rudi, Senin (19/04) sampai berjanji memanggil operator pengelola transisi 9 bulan SPAM Batam, yakni PT Moya Indonesia.
Rudi akan membicarakan keluhan yang dialami masyarakatnya.
Namun publikasi BP Batam dari hasil dari pertemuan itu, agaknya belum ada.
Kini hujan turun intens dari angkasa.
Membuat air di 5 dam tadah hujan penuh, demikian faktanya.
Dan kedatangan CSL itu meninjau salah satu infrastruktur (dam) sumber daya air (SDA)-nya.
Sayang, CSL masih hanya sibuk meninjau di hulunya.
Lalu kapan CSL menyusur, menengok pelanggan yang mengeluh untuk memperjuangkan nasib mereka?(*)