BatamNow.com, Jakarta – Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sepakat membangun pusat pelatihan maritim baru senilai US$3,5 juta atau setara Rp 50 miliar di wilayah Batam, Kepulauan Riau.
Mengutip CNN International, Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Kim, mengatakan pusat maritim akan menjadi bagian dari upaya berkelanjutan antara kedua negara untuk meningkatkan keamanan di kawasan itu.
“Sebagai sahabat dan mitra bagi Indonesia, AS tetap berkomitmen untuk mendukung peran penting Indonesia dalam menjaga perdamaian dan keamanan regional dengan memerangi kejahatan domestik dan transnasional,” katanya, menurut pernyataan dari Bakamla RI, dikutip Senin (28/06/2021). Nantinya pusat pelatihan ini akan dijalankan oleh Bakamla dan menampung ruang kelas, barak, dan landasan peluncuran.
Dilansir CNBC Indonesia, kolaborasi ini sendiri terjadi saat Washington sedang mengintensifkan kehadirannya di Laut China Selatan (LCS). Bulan lalu kapal USS Curtis Wilbur memasuki wilayah yang diklaim China di sekitar Kepulauan Paracel.
Marinir AS menyebut bahwa pelayaran dilakukan kapalnya untuk menjamin kebebasan navigasi internasional. AS menegaskan, ini tidak menyalahi hukum maritim.
Hal ini memancing reaksi dari Beijing. Tentara Pembebasan Rakyat China atau PLA dikabarkan langsung mengirim pesawat siluman Y-8Q dan pesawat KJ-500 Airborne Early Warning & Control (AEW&C) di lapangan terbang Fiery Cross Reef di wilayah Kepulauan Spratly yang disengketakan.
LCS merupakan titik panas di kawasan Asia Pasifik. Pasalnya China terus mengklaim 90% wilayah lautan itu miliknya dan melakukan ekspansi besar-besaran di lautan yang juga diklaim oleh beberapa negara-negara di Asia Tenggara.
Badan Informasi Energi AS memperkirakan LCS menyimpan sekitar 14 triliun barel gas alam dan 16 hingga 33 miliar barel minyak dalam cadangan yang terbukti ada. Sebagian besar sumber daya alam ini terletak di sepanjang margin LCS, bukannya di bawah pulau dan terumbu karang yang telah lama disengketakan.
Council for Foreign Relations (CFR) menyatakan di LCS ada sekitar 900 triliun kaki kubik gas alam. Ada sumber lain dari American Security Project menyebutkan bahwa cadangan gas di LCS mencapai 266 triliun kaki kubik dan menyumbang 60% – 70% dari total cadangan hidrokarbon teritori tersebut.
Beralih ke komoditas pangan, LCS juga menyimpan kekayaan ikan yang tak ternilai. Pada 2012, Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam Filipina menyebutkan bahwa LCS memiliki sepertiga dari total keanekaragaman laut di dunia yang berkontribusi terhadap 10% dari total tangkapan ikan di planet bumi.
Beberapa komoditas perikanan laut yang terkandung di dalam LCS. Seperti ikan layur, makarel, scraper hitam, teri, udang, kepiting hingga ikan kecil lainnya.
Selain kaya akan sumber daya alamnya, LCS juga berada di jalur perdagangan strategis yang dilalui oleh kapal tanker pengangkut minyak. Menurut CFR, 50% dari total kapal tanker pengangkut minyak global melewati LCS.
Jumlah kapal tanker pengangkut minyak yang melalui LCS tiga kali lebih banyak dari Terusan Suez dan lebih dari lima kali Terusan Panama. Lebih dari setengah dari 10 pelabuhan pengiriman terbesar di dunia juga berlokasi di LCS.(*)