BatamNow.com, Jakarta – Hasil studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa mayoritas anak yang terinfeksi virus corona Covid-19 tidak menunjukkan gejala khas penyakit tersebut seperti demam, batuk, atau sesak napas. Peneliti mengamati lebih dari 12.306 anak 672 di antaranya, atau 5,5 persen, harus mendapat perawatan di rumah sakit.
Rentang usia anak dalam studi tersebut 0 hingga 18 tahun. Mereka diperiksa oleh dokter di 33 organisasi perawatan kesehatan di seluruh Amerika Serikat.
Hasilnya, prevalensi Covid-19 pada anak-anak, sebanyak hampir 75 persen tidak memiliki gejala klasik. Sisanya, sebanyak 25,1 persen anak, memiliki setidaknya satu di antara gejala demam, batuk dan sesak napas itu.
Gejala yang paling banyak muncul pun tidak spesifik. Sebanyak 18,8 persen anak dilaporkan mengeluhkan demam, nyeri otot dan hilangnya rasa dan penciuman. Sekitar 16,5 persen mengalami gejala pernapasan, seperti batuk. Lalu, sebanyak 13,9 persen menunjuk gejala gastrointestinal termasuk mual dan muntah.
Tanda-tanda yang lebih jarang termasuk gejala dermatologis seperti ruam yang dialami oleh 8,1 persen anak, dan neurologis (sakit kepala) ada pada 4,8 persen anak.
Ketika sampai pada gejala umum seperti nyeri otot, kelelahan dan hilangnya rasa dan penciuman, angkanya serupa di antara anak-anak yang dirawat di rumah sakit dan yang tidak dirawat di rumah sakit. Satu-satunya perbedaan yang terlihat adalah pada gejala demam yang hanya dialami 15 persen anak positif Covid-19 yang tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pada mereka yang dirawat di rumah sakit, jumlah yang mengeluhkan demam sebanyak 40,7 persen.
Anak-anak yang tidak dirawat di rumah sakit dan yang dirawat di rumah sakit juga memiliki angka yang sama dalam hal gejala batuk dan sakit kepala. Namun, sesak napas sedikit lebih tinggi pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit, yaitu 12 persen dibandingkan dengan 10 persen pada anak-anak yang tidak memerlukan perawatan intensif.
Selain itu, pasien Covid-19 anak-anak di rumah sakit memiliki kemungkinan empat hingga lima kali lebih besar untuk mengalami mual dan muntah. Lalu, kurang dari satu persen pasien yang tidak dirawat di rumah sakit memiliki gejala dermatologis seperti ruam atau konjungtivitis dibandingkan lebih dari 6 persen pada yang dirawat di rumah sakit.
Tim peneliti juga mengamati gejala Covid-19 di seluruh kelompok usia anak dan menemukan bahwa di semua usia, tingkat batuk, mual dan muntah serupa. Namun, bayi, balita, dan anak pra-sekolah jauh lebih mungkin mengalami demam dan/atau ruam dibandingkan dengan anak sekolah dasar dan remaja dengan angka hingga 2,7 kali lebih tinggi.
Para peneliti juga meneliti perbedaan tingkat rawat inap di antara anak-anak kulit putih, kulit hitam dan Hispanik. Anak-anak kulit hitam dan Hispanik lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena Covid-19. Masing-masing persentasenya 6,5 persen dan 4,6 persen, dibandingkan dengan anak-anak kulit putih sebesar 3,3 persen.
Di antara semua anak yang dirawat di rumah sakit, sebanyak 118 atau 17,6 persen membutuhkan layanan perawatan kritis dan 38 anak, atau 4,1 persen, membutuhkan ventilasi mekanis. Risiko membutuhkan perawatan kritis dan ventilasi mekanis serupa di semua kelompok.
“Temuan menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja dengan Covid-19 mungkin memiliki penyakit yang lebih ringan daripada orang dewasa,” tulis hasil studi yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports itu.
Meski begitu, penelitian itu mengingatkan bahwa tingginya frekuensi kasus tanpa gejala khas mengharuskan peningkatan kewaspadaan, skrining inovatif, dan pengujian di antara anak-anak. Termasuk waspada kontak langsung jika sekolah dibuka kembali.
Studi tersebut dilakukan satu hari setelah komite penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech diberikan kepada anak-anak usia 12 hingga 15 tahun. Sebelumnya, vaksin ini hanya untuk orang Amerika berusia 16 tahun ke atas pada Desember 2020, sedang Pfizer telah diujicobakan untuk remaja sejak Oktober 2020.
Dengan rekomendasi resmi itu, dan otorisasi penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) yang diberikan sebelumnya, sebagian besar negara bagian mulai memberikan suntikan vaksin Covid-19 kepada remaja mulai pekan lalu. Itu artinya, lebih dari 17 Juta orang Amerika bisa mendapatkan vaksinasi, yang menurut beberapa ahli kesehatan sebagai langkah untuk mencapai herd immunity.
Namun, orang tua dan ahli kesehatan memperdebatkan kebutuhan vaksinasi anak-anak yang hanya mencapai 0,1 persen dari kematian akibat Covid-19. secara keseluruhan.(*)