BatamNow.com, Jakarta – Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith University Australia, Dicky Budiman, menyatakan hepatitis akut berpeluang menjadi pandemi. Menurut dia, jika bicara pandemi, hal yang mendasar adalah penyakit itu muncul lintas benua bukan hanya negara.
“Kalau hanya beberapa negara ya belum bisa menjadi pandemi. Tapi, itu juga tidak cukup, karena penyakit ini bisa saja adalah virus baru,” kata dia saat dihubungi pada Rabu (11/05/2022).
Dicky mengatakan virus baru berpotensi menjadi pandemi, karena berarti mayoritas manusia belum memiliki imunitas. Sehingga, virus baru itu bisa menyebar luas ke seluruh belahan dunia. Kemudian, kata dia, hal lainnya tidak ada pengecualian, semua bisa terpapar dan cepat menyebar.
Jika melihat kriterianya, hepatitis akut, dalam pandangannya baik berbasis pengalaman dan pemahaman keilmuan, potensi menjadi pandemi masih kecil. “Ada potensi tapi kecil sekali, karena masih belum jelas ini virus baru atau masih ada hubungannya dengan Covid-19,” katanya.
Dicky melihat penyakit ini masih ada kaitan erat dengan Covid-19. Hal itu, kata dia, perlu dibuktikan, entah merupakan bagian dari long covid atau dampak akut dari virus corona. “Ini masih hipotesis ya. Karena covid itu sudah jelas merusak hati, sudah jelas dari awal-awal sudah ada, baik pada orang dewasa maupun anak-anak,” tutur dia.
Masalahnya, Dicky melanjutkan, virus penyebab penyakit itu masih belum jelas. Selain itu, kasus hepatitis akut ini juga terjadi pada anak-anak, yang dugaannya atau hipotesisnya terjadi karena mereka mayoritas memang belum divaksinasi.
Namun, itu tetap harus diteliti lebih lanjut, mengapa hanya menyerang anak-anak, itu yang belum terjawab. Dari beberapa kriteria itu, kecil kemungkinan hepatitis akut menjadi pandemi.
Jika epidemi, hepatitis itu sudah epidemi, ada banyak jenisnya ada hepatitis A, B, dan C. Epidemi itu artinya satu dari tiga penduduk dunia terpapar hepatitis. “Kalau pendemi itu menyeluruh, mau anak atau dewasa cuma memang ada yang paling rawan,” ujar Dicky. (*)
sumber: Tempo