BatamNow-Travel Corridor Arrangement (TCA) atau Reciprocal Green Lane (RGL) di Singapura mesti dijadikan momentum (awal) me-rebound arus kunjungan wisatawan ke Batam.
Itu harapan besarnya ke depan dari kerja sama TCA Indonesia-Singapura di masa pandemi ini.
Test case-nya di TCA kali ini. Batam harus dapat meyakinkan Singapura bahwa kawasan ini benar-benar aman untuk dikunjungi.
Itu hanya dapat dibuktikan jika tak sampai muncul carrier Covid-19, baik warga negara Singapura dari dan ke, maupun WNI dari dan ke Batam-Singapura. Ini “PR” utamanya selama TCA ini.
Kali ini memang yang diizinkan pada kunjungan timbal-balik kedua negara masih untuk kalangan terbatas atau traveller green lane pebisnis esensial, diplomatik dan kedinasan yang mendesak.
Jadi bagi wisatawan dan kunjungan biasa harus bersabar dulu.
Meski begitu, Batam harus benar-benar mempersiapkan secara teknis berbagai fasilitas protokol kesehatan (protkes) sesuai dengan kesepakatan antara dua negara.
Semua stakeholder harusnya fokus dulu mempersiapkan Pelabuhan Feri Batam Center itu.
Para pejabat teras di sini tak perlu sibuk wara-wiri dengan seromoni parade peninjauan beberapa pelabuhan lain.
Wacana penyiapan beberapa Pelabuhan Feri termasuk di Bintan memang satu hal yang penting.
Tapi, bukankah yang disepakati dengan Singapura itu baru hanya satu pelabuhan laut penumpang saja, yakni Pelabuhan Feri Internasional Batam Center di Batam.
Bagi para stakeholder di Batam mestinya bersabar dulu dan fokus dengan kesepakatan itu. Apa yang terlihat kini, tampak kepedean atau ekspektasi berlebihan.
Tak perlu, misalnya, mengumbar harapan alias kepedean. Dimana momentum TCA ini, seakan wisatawan dari Singapura sekonyong-konyong melimpah masuk ke Batam mulai 26 Oktober mendatang.
Pejabat Sementara (Pjs) Gubernur Kepri Bahtiar memperkirakan rerata 300 orang per hari. Inipun belum ada penjelasan berapa trip feri Tanah Merah-Batam Center itu setiap hari.
Singapura sebenarnya tetap dalam kehati-hatian atas keselamatan warganya yang berkunjung ke Indonesia dari penularan corona, sehingga masih uji coba dengan status pengunjung tertentu.
Pun bagi person para pengusaha itu sendiri, masih banyak yang was-was lalu menahan diri untuk bepergian.
Singapura baru menerapkan kerja sama jalur hijau ini bagi negara yang mereka anggap aman dari Covid-19, seperti China, Korea Selatan, Jepang, Malaysia and Brunei, New Zealand, Vietnam, Australia.
Itu menandakan kehati-hatian dan kontrol yang ketat itu.
Sama dengan Indonesia yang baru kerja sama TCA dengan Uni Emirat Arab (UEA), Korea Selatan dan Tiongkok serta Singapura itu.
Perlu dicatat bahwa kesepakatan TCA ini hasil negosiasi Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia dengan Singapura yang perlu diapresiasi semua pihak.
Dimana sesungguhnya Singapura memonitor secara seksama kondisi Covid-19 di Indonesia yang masih tertinggi di ASEAN.
Itu makanya TCA ini benar-benar harus diapresiasi sebagai entry point kelancaran berikutnya bagi arus wisatawan, dengan harapan pandemi Covid-19 perlahan mereda.
Untuk itu, sekali lagi, kesiapan secara teknis Pelabuhan Feri Internasional Batam Center itu harus sudah eksis sesuai standar protkes yang diinginkan Singapura.
Demikian juga hal teknis lain, semisal Rumah Sakit yang ditunjuk fasilitas penanganan kesehatan bagi yang tetiba positif Covid-19. Semua fasilitas mesti sudah tersedia untuk menyambut TCA itu mulai 26 Oktober mendatang.
Sebagaimana pernyataan pers lewat virtual oleh Menteri Luar Negeri (LN) Retno Marsudi dari Jakarta, Senin (12/10), atas kesepakatan TCA itu.
Protokol kesehatan yang sudah disepakati harus benar-benar secure. Fasilitas pendukung dan tenaga kesehatan di pelabuhan harus standar sesuai kesepakatan antara kementerian kesehatan dua negara.
Apakah Batam sudah memikiki alat Polymerase Chain Reaction (PCR) yang cukup. PCR test dengan spesifikasi yang setara dengan PCR di Singapura dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) mendiagnosa sampel lendir.
Soal kesiapan Batam, mesti bisa berkaca dari bagaimana kesiapan Bandara Changi Singapura.
Bandara itu kini menyiapkan kemampuan PCR test cepat dengan pemeriksaan masif di atas 10.000 sampel per hari. Kabarnya, PCR test ini, paling lambat satu jam.
Mungkin saja di Pelabuhan Laut Tanah Merah Singapura, fasilitas dan teknologi PCR setara itu, sudah tersedia.
Sementara menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Muhammad Budi Hidayat menyampaikan, sudah menunjuk pihak yang akan melakukan test PCR saat TCA. Waktu untuk PCR test dapat selesai dalam waktu 6 jam. Hal ini ia ungkapkan sewaktu meninjau Pelabuhan Feri Internasional Batam Center, Rabu (21/10).
Soal standar ini, disesuaikan dengan recognized Healthcare Institution yang disepakati kedua negara secara bersama-sama.(*)
Tim News Room BatamNow