Catatan Tim News Room BatamNow.com
Ditengah beberapa pasar milik Pemerintah Kota (Pemko) Batam yang tengah terkulai, revitalisasi Pasar Induk di Sei Jodoh tampaknya digas full. Pasar yang sejak lama “terkapar” ini akan dibangun kembali menjadi pasar induk modern. Entah seperti apa modernnya pasar basah ini nanti.
Belakangan ini, paling tidak 5 pasar yang dibangun Pemko Batam. Pasar yang dibangun tahun-tahun terakhir ini. Kondisinya, kini terkulai.
Kios-kios di pasar itu selain sepi pengunjung, pun hanya tersewa sebagian.
Bahkan ada pasar yang tutup tak beroperasi, usai dibangun.
Dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Tahun 2020, tercatat 4 pasar Pemko yang tidak beroperasi.
Salah satunya Pasar Induk Belakang Padang di Pulau Belakang Padang, seberang Pulau Batam.
Sementara rencana revitalisasi Pasar Induk Sei Jodoh dengan asumsi biaya Rp 334 miliar, terkesan “ngegas full”, bak sopir bus kejar setoran.
Sedangkan tren cara belanja manusia kekinian lewat online shop dan jenis lainnya, berkembang super cepat ibarat kecepatan suara deru mesin mengalahkan pesawatnya.
Itulah disebut salah satu musabab, mengapa sekarang ini banyak kios-kios atau gerai pedagang bertutupan di pusat-pusat perbelanjaan modern.
Tidak saja hanya barang kering, barang pasar basah juga sudah ramai lewat orderan by online dengan berbagai sistem yang lebih simpel dan harga yang relatif murah. Pun lebih memudahkan pembeli, semisal belanja dengan cara cash on delivery (COD), dimana barang diantarkan dan bayar di lokasi tujuan.
Kembali ke pasar milik Pemko Batam. Investigasi reporter BatamNow.com, beberapa pasar dimaksud terlihat dalam suasana sepi.
Bisa jadi, alasan default yang lebih pas menjawab sepinya pasar ini: faktor Covid-19 yang melanda selama 1,5 tahun ini.
Tak perlu cari alasan lain, bukan?
Tengoklah Pasar Seroja di kawasan Dapur 12, Sagulung, Batam. Pasar ini salah satu yang “merana”. Dibuka hanya 2 kali seminggu: Rabu sore dan Sabtu pagi.
Malah di beberapa kios pasar ini, berubah fungsi menjadi bengkel sepeda.
Dari 36 kios yang tersedia baru 24 yang berisi di sana. Itu pun sepi dari pembeli.
Data yang didapat media ini, pasar pemerintah ini dibangun dengan biaya hampir Rp 2 miliar.
Sewa per kios di sana Rp 225 ribu per bulan. Untuk lapak jualan Rp 5 ribu per hari jika aktif berjualan. Lain lagi uang kebersihan Rp 2 ribu per hari.
Kios-kios di pasar ini ber-folding gate ukuran sekitar 3 m x 1 m dengan meja beton sebanyak 20 kios berukuran 1,5 m x 1 m.
Kemudian ada Pasar Rakyat Batu Aji di Tanjung Uncang.
Berdasarkan Permendag Nomor 62 Tahun 2019, fungsi pasar rakyat ini untuk menjaga ketersediaan barang kebutuhan pokok masyarakat.
Adapun layout pasar tersebut terdiri dari 96 kios berukuran sekitar 2 m x 1,5 m dan 9 kios di bagian depan dengan rolling door berukuran sekitar 3 m x 2 m.
Pasar Rakyat Batu Aji ini berjarak sekitar 800 meter dari Jalan Brigjen Katamso.
Kondisi dan suasana pasar ini bertolak belakang dengan pasar kaget yang juga berada di pinggir Jalan Brigjen Katamso, tepat jalan masuk Perumnas Tanjung Uncang.
Kegiatan pasar kaget di sana murah meriah, beroperasi setiap Rabu dan Minggu sore sekitar pukul 03.00 sampai malam pukul 09.00 dan cukup ramai pengunjung.
Soal kondisi mandeknya pasar pemerintah ini, juga terjadi di Pasar Tiban Lama. Pasar yang didanai dari APBN sekitar Rp 3,6 Miliar itu masih vakum alias tak beroperasi sama sekali sejak pembangunannya selesai tahun 2017.
Dari penelusuran BatamNow.com di lapangan bahwa gedung tersebut selain digunakan untuk tempat parkir kendaraan warga, sempat menjadi tempat bermain anak-anak.
Sejak 2020 warga berinisiatif menjadikan gedung pasar untuk parkir kendaraan hingga saat ini.
Beralih ke Pasar Rakyat Wan Sri Beni di depan Perumahan Devin Premiere Marina, Tanjung Riau. Pasar ini juga dengan kondisi tidak beroperasi sejak dibangun tahun 2020.
Pasar ini dibangun dengan dana APBN sebesar Rp 2,24 miliar.
Ada lagi Pasar Rakyat Makmur Serumpun di Perum Buana Garden, Tanjung Piayu, Sei Beduk.
Dibangun tahun 2018, juga dengan APBN sebesar Rp 5,6 miliar.
Kondisi pasar ini sekarang lagi-lagi tidak beroperasi. Menurut warga sekitar, pasar ini beroperasi hanya beberapa bulan setelah diresmikan, dan sekarang sudah kosong tak ada lagi pedagang di sana.
Selain itu, beberapa pasar Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) mengalami kondisi yang sama. Sejak dibuka selalu sepi. Juga tak sedikit dana yang digelontorkan merajut dan mewujudkan koordinasi ini.
Pasar TPID ini wadah koordinasi berbagai instansi pemerintah daerah, Badan Pusat Statistik (BPS), ketua pasar dan perbankan yang bertujuan mengendalikan inflasi.
Sementara data BPS di sini, inflasi di Batam Juli ke Juli (y to y) 2021 tercatat 2,7 persen dari sebelumnya 0,76 persen dan sebelumnya lagi 0,45 persen.
Dipaparkan di atas kondisi pasar yang diurus pemerintah, bagian dari puluhan pasar yang ada di Batam.
Pengelolaan oleh pemerintah, kerap ketidakberhasilannya yang menonjol dibanding pasar yang dikelola swasta. Pasar swasta jauh lebih baik keadaannya meski ada satu dua yang masih sepi pembeli.
Ditengah terkulainya beberapa pasar pemerintah, justru lewat Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batam “ngegas” merevitalisasi Pasar Induk Sei Jodoh, Batam.
Pasar ini dibangun sekitar tahun 2001 dan diresmikan sekitar tahun 2004. Dengan biaya pembangunan yang wow juga: Rp 94 miliar.
Pasar yang dicita-citakan menjadi ikon Batam ini, hidupnya sengsara sedari “dilahirkan”.
Bahkan karena kondisi pasar ini tak beroperasi sedari awal, bangunan berarsitektur era Belanda ini sampai dijuluki “Kastil Drakula”.
Kastil, dalam bahasa sederhananya adalah satu bangunan kuno mengerikan nan seram yang dipersepsikan ditempati para mahluk aneh (drakula) pengisap darah manusia sebagaimana terjadi pada zaman Rumania kuno.
Begitulah kondisi Pasar Induk Jodoh itu selama belasan tahun. Awalnya dirancang menjadi pasar induk basah, sayuran, buah-buahan dan lainnya dipastikan gatot alias gagal total.
Bertimbun uang negara (rakyat) tanpa jejak, dihamburkan pemerintah di sini. Bangunan pasar itu, kini, tengah dalam proses dirubuh-ratakan.
Pasar induk inilah sekarang yang tengah digas full pengerjaan revitalisasinya oleh Pemko Batam.
Pasar ini ke depan diimpikan berlantai 5 dengan desain modern. Dana yang akan dikucurkan ditaksir Rp 334 miliar. Wow… juga “barang” itu.
Menurut mimpi Kadisperindag Kota Batam Gustian Riau sebagaimana dijelaskan ke media, kelak, pasar ini disiapkan bagi pedagang dengan kekhususan masing-masing.
Sebagai contoh, akan ada food court, lokasi penjualan bahan pokok kering dan sebagainya.
Samalah dengan mimpi-mimpi indah sebelumnya, ketika mendesain dan merencanakan beberapa pasar yang tengah terkulai sebagaimana dibeber di atas.
Tak kecuali mimpi-mimpi di balik pembangunan pasar induk di Sei Jodoh itu, sekitar 20 tahun lalu.
Belum terkonfirmasi, apakah dulu banyak “udang” di balik mimpi indah itu.
Ngegas membangun di sana, ngegas dirikan sini dengan bergepok-gepok rupiah.
Lalu terkesan tak mampu menjalankan, mengembangkan usai dibangun. Akhirnya dirubuhkan setelah dimakan rayap.
Demikian juga pasar rakyat itu. Kalau pun tutup alias terkulai, “dunia tak berkata”.
Pemerintah pusat sebagai pihak yang akan mengucurkan anggaran, mesti melek atas permasalahan yang terjadi di lapangan. Tak baik hanya meihat laporan di atas kertas.
Pertanyaan yang mengemuka: apakah, kelak, keberadaan pasar induk yang direncanakan dengan rupiah jumbo ini tidak akan tertelan zaman?
Bayangkan. Kini proses pembangunan ulang dikebut. Dan tengah meratakan bangunan “Kastil Drakula” itu.
Katakanlah pembangunannya selesai masa 4 tahun ke depan.
Sementara tren cara belanja manusia kekinian lewat online shop dan jenis lainnya, berkembang super cepat ibarat kecepatan pesawat mengalahkan suaranya.
Kita belum tahu model belanja seperti apa yang akan disaji para pelaku start up lewat platform digital beberapa bulan ke depan.
“Mikir,” kata Cak Lontong.
Jangan ibarat mobil baru tak bisa on the road karena tak paham menjalankan akhirnya terperosok di kubangan.
Jangan sampai kelak kondisi bangunan pasar induk di Batam pasca revitalisasi, lebih parah dari sejarah kelamnya.
Dan jangan pula sampai membangun “Kastil Drakula” versi baru di Pasar Induk, Sei Jodoh Batam itu.(*)
Catatan: BatamNow.com telah menyurati secara formal Kadisperindag Kota Batam untuk mengonfirmasi beberapa hal tentang keberadaan pasar-pasar yang terkulai itu.
Semula Gustian Riau, sang Kadisperindag mengaku telah membalas surat konfirmasi redaksi media ini lewat bawahannya.
Namun ditunggu 1 minggu tak kunjung ada kiriman ke kantor media ini yang beralamat di Central Sukajadi, Batam.