Seorang juru parkir (jukir),—sebut saja AGUS, tetiba berteriak sambil berlari mengejar satu unit mobil penumpang yang baru keluar dari barisan jejer mobil di markah tempat parkir tepi jalan umum di kawasan Nagoya.
Di tengah terik matahari pada Kamis (14/03/2024) siang, di lorong pertokoan di kawasan Bumi Indah itu, Agus tengah sibuk bolak-balik memandu setiap kendaraan yang keluar dari markah parkir.
Arena parkir yang dijaga Agus, kira-kira sepanjang 60 meter di tepi jalan kiri-kanan di kawasan pertokoan Bumi Indah, Nagoya di Batam.
Tetiba saja ia melihat satu mobil yang akan keluar dari markah fasilitas parkir. Agus mengejarnya, tentu hendak mengutip uang jasa parkir.
Kebetulan jarak Agus agak jauh dengan mobil yang baru saja menggunakan fasilitas parkir tepi jalan umum yang bergerak ke luar tadi.
Agus pun berlari mendekat mobil itu. Namun pengendara mobil langsung “ayo gas”, meski pengendara melihat seorang jukir berlari karena jendela kaca mobil pengendara sedang terbuka.
Agus, tampaknya, merasa kesal.
“Hei, hei , hei,” teriak Agus seraya melambaikan telapak tangan kanannya ke atas untuk memanggil sang pengendara yang sudah mulai meninggalkan tempatnya parkir.
Agus tak dapat mengejarnya, mobil itu pun melaju cepat.
“Sialan, beli mobil mampu, bayar parkir ogah,” teriak Agus melengking sesaat mobil itu berlalu.
Kekesalannya pun, agaknya, memunca seraya membuka baju seragam parkirnya.
Mobil wartawan BatamNow.com yang kebetulan melintas persis di belakang mobil yang “ayo gas” itu mencoba membuntuti pengendara yang tak membayar biaya parkir itu.
Tibalah di areal salah satu hotel kawasan Sei Jodoh, mobil itu pun diparkirkan. Pengendaranya pun keluar dari dalam mobil.
Demikian juga mobil yang dikendarai Redius, wartawan BatamNow.com. Terparkir secara bersamaan. Bersebelahan.
Pengendara mobil Toyota itu mengakui tak membayar uang parkir di Nagoya, ketika diklarifikasi wartawan.
Dan dia mengaku tahu kalau dikejar jukir itu.
Awalnya sempat terjadi perdebatan pengendara dengan wartawan media ini. Namun ketika ia tahu bahwa yang bertanya adalah seorang junalis, iapun mengutarakan secara lugas unek-uneknya.
“Gimana kita mau bayar bang, tak ada kejelasan dari para pejabat kota ini apakah tarif parkir baru itu resmi dinaikkan atau tidak, pengendara bingung, kita sering kesal atas aturan yang ada,” kata Sandri, pengendara mobil itu.
Bukan hanya soal kenaikan tarif parkir yang dia persoalkan. Tapi sistem dan pelayanan pengelolaan parkir itu sendiri.
“Kan kata Wali Kota Batam Muhammad Rudi akan mengevaluasi tarif parkir itu. Jadi nggak mungkin kita bayar Rp 2.000 tapi karcis parkir yang disodorkan jukir senilai Rp 4.000,” katanya.
Dia juga mempertanyakan akuntabilitas pendapatan retribusi parkir yang tidak tercapai setiap tahun.
“Saya kan baca di media, pendapatan Pemko Batam tidak pernah tercapai dari retribusi parkir, ke mana itu uang parkir, padahal setiap tahuh pertumbuhan unit kendaraan motor di Batam sangat tinggi,” ujarnya.
Dia pun mengkritisi uang parkir yang ditagih jukir dari pengendara diduga menguap ke mana-mana.
”Bayangin bang hampir semua area atau lapak parkir di Batam dikuasai preman dan tak bisa ditertibkan Sapol PP Batam. Itu pernah disampaikan wali kota,” katanya dengan sedikit emosi.
Amatan BatamNow.com, pengelolaan parkir tepi jalan umum di Batam masih ambyar. Banyak mempertanyakan pendapatan retribusi parkir yang diduga menguap ke mana-mana.
Tarif jasa parkir di Batam naik 100 persen sejak Januari lalu.
Tapi, menurut para jukir, banyak pengendara yang tak mau membayar uang parkir dengan kenaikan tarif baru itu. (red)