Catatan Redaksi BatamNow.com
Bersyukur manakala situasi “Job Fair 2022” di Batam terhindar dari satu kejadian yang tak diinginkan seperti di Itaewon, Korea Selatan (Korsel).
Di Korsel puluhan ribu muda-mudi berdesakan di perayaan Halloween. Tragedi kemanusiaan pun tak terelakkan: 154 meninggal dunia.
Di Batam di lapangan terbuka Sentosa Perdana (SP) Plaza di Sagulung, belasan ribu berdesakan hingga banyak mengalami sesak napas dan pingsan. Kejadian awal November ini.
Massa yang datang berjubel. Tumplek blek. Mereka umumnya para pengangguran terbuka.
Datang bukan mau menonton satu pagelaran konser atau perayaan Halloween. Kecuali karena mencari pekerjaan. Demi menopang hidup dan masa depan.
Mereka mengadu nasib di bursa kerja untuk mengisi lowongan di 32 perusahaan yang ada di Batam. Dihelat Kantor Dinas Ketenagakerjaan Kota Batam.
Ironis karena jumlah lowongan tersedia hanya 1.880, dibanding dengan jumlah pelamar yang belasan ribu itu.
Ambyar! Situasi bursa kerja pada hari pertama sudah tak memungkinkan untuk diteruskan lagi. Panitia terpaksa menutup sementara penerimaan pendaftaran pada paroh hari pertama, lalu membubarkan massa.
Satu tindakan yang tepat. Sehingga bayang-bayang yang terjadi di Korsel maupun Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur tak terjadi di Batam.
Namun kejadian itu sekaligus membuka tabir dan mengonfirmasi bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Batam ternyata sangat tinggi.
Fakta di lapangan dan diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa persentase TPT di Batam 9,56%, lebih tinggi dari Kepri yang hanya 8,23% per Agustus 2022. Di Batam, terdapat 9-10 pengangguran dari 100 orang yang dikategorikan angkatan kerja.
Artinya, tingkat pengangguran di Batam tertinggi se-kabupatan dan kota lainnya di Kepri.
Kepala BP Batam Muhamad Rudi dan Kabiro Humas BP Batam Ariastuty Sirait, belakangan ini, betapa gencar “pamer” atas realisasi pertumbuhan ekonomi Batam di angka 5 persen. Angka itu katanya di atas rata rata nasional. (Tapi Malaysia 14 persen loh…)
Hingga kini belum ada rilis dari BP Batam maupun dari Pemko Batam mengapa angka pertumbuhan ekonomi yang digadang-gadang itu tak berbanding lurus dengan daya serap tenaga kerja (naker) di beberapa perusahaan.
Padahal BP Batam kampiun pengembang kawasan industri kerap mengklaim bahwa investasi asing di sini meningkat tajam belakangan ini.
Tapi lagi-lagi ironi bahwa fakta menunjukkan: TPT menumpuk.
Soal TPT ini memang dikhawatirkan, kelak menjadi soal besar. Itu jika Wali Kota Batam dan Kepala BP Batam tak cerdas mencari jalan keluar dalam jangka pendek.
Banyak pihak mengingatkan agar Rudi tak terlelap dalam pencitraan dari hari ke hari jelang Pilkada 2024, sementara jumlah angka pengangguran yang semakin membengkak sungguh tak dihiraukan.
Banyak pihak bersyukur tak terjadi hal yang tak diinginkan pada job fair yang tumplek blek itu.
Namun menurut mereka jikalau jumlah TPT terus menerus tambun di Batam, bisa mengkhawatirkan.
Imbasnya para penganguran terbuka, hidupnya bisa “lebih sesak lagi” dibanding kondisi pada job fair yang berdesakan itu.
Tentu hal itu semua sangat tak diinginkan oleh banyak pihak.
Kemungkinan ke arah itu perlu diantisipasi agar nakhoda jangan sampai dituding “kuranglah paham”. (*)