Catatan Redaksi BatamNow.com
Sejak 15 Mei 2022, tak ada lagi pasien Covid-19 di Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Galang, Pulau Batam.
Kecuali penderita “penyakit lelah” di RSKI Galang itu. Sebayak 145 orang mengalami itu.
Penyakit lelah maksudnya di sini adalah capek dalam penantian.
Delapan bulan sudah sakit yang mereka alami tapi tak kunjung terobati. Bahkan sakit itu bisa berkepanjangan sampai RSKI ditutup.
Padahal sebagai relawan, selama dua tahun lebih mereka sudah berjuang penuh dengan risiko merawat dan meyelamatkan nyawa 21.781 pasien Covid-19.
Bagaimanapun, mereka lelah siang dan malam menyelamatkan nyawa pasien Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan pasien lainnya yang memenuhi sal perawatan.
Namun ‘lelah’ masih harus berlanjut meski pasien Covid-19 sudah tak ada lagi di RSKI Galang.
Mereka lelah menanti uang lelah yang tak seberapa kalau dibelah-belah untuk keperluan sehari-hari.
Ada 204 jumlah tenaga medis dan nonmedis yang selama ini berjuang di sana.
Sebanyak 59 tenaga medis dari TNI.
Lalu 145 tenaga relawan. Terdiri dari 57 tenaga medis dan 88 tenaga nonmedis.
Yang 57 relawan sebagai tenaga medis terdiri dari 7 dokter, 34 perawat, 4 apoteker/ farmasi, 5 ATLM, 2 radiografer, 1 kesling, 2 ahli gizi, 1 rekam medik dan 1 psikolog klinis.
Sedangkan relawan nonmedis ditugaskan sebagai staf umum, CS, security, sopir dan sebagainya.
Tenaga relawan inilah yang kini sedang sakit lelah menunggu “obat” dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Mengapa sampai ke Jokowi?
“Sakitnya itu di sini,” kata beberapa relawan medis kepada media ini.
Sebenarnya keluhan yang mereka alami sudah beberapa kali disampaikan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tapi hak mereka yang disebut uang lelah atau uang makan itu tak kunjung dibayarkan.
BNPB adalah institusi yang menjalankan operasional RSKI di bawah Gugus Tugas Covid-19.
Dari awal uang lelah itu terbayar, tapi entah mengapa dalam delapan bulan terakhir tak seperti biasa.
Besaran uang lelah itu pun hanya Rp 2-3 juta per bulan untuk per orang. Masih di bawah UMK Kota Batam pula.
Sepengetahuan para relawan, sumber anggaran untuk uang makan mereka selama ini dari BNPB dengan cara ditransfer langsung ke rekening.
Pihak BNPB selalu hanya janji ke janji bak judul lagu.
Pun sudah dibahas dalam rapat internal bersama oleh perwakilan pemerintah pusat pada Juli 2022 namun tak kunjung dibayarkan juga.
Juli lalu, kata para relawan, datang pejabat teras dari BNPB, Mabes TNI, BPKP ke RSKI Galang.
Coba hitung besaran anggaran perjalanan yang dihabiskan oleh para pejabat dimaksud untuk membahas keluhan para relawan. Tapi sakit lelah yang mereka derita tak kunjung selesai.
“Kesimpulannya bahwa BNPB sudah menyerahkan dana tersebut ke Mabes sedangkan Mabes mengatakan belum ada dananya. Kemudian BNPB pun berjanji akan melunasi dalam dua minggu ke depan dan sampai sekarang belum selesai,” kata Jeki Fernando, relawan sebagai perawat di RSKI Galang, Jumat (09/09/2022).
Lelah dan betapa sakit memang bagi mereka.
Apalagi kala pemerintah mengumumkan total dana yang digelontorkan selama 2020-2022 untuk penanggulangan Covid-19 se-Indonesia sekitar Rp 1.895,5 triliun. Khusus 2022, nilainya Rp 455,62 triliun.
Namun untuk membayar uang lelah para relawan di RSKI Galang betapa sulitnya. “Jika melihat besaran uang lelah kami yang belum terbayar selama delapan bulan hanya sekitar Rp 25 juta per orang,” ujar mereka.
Artinya total jumlah uang lelah yang mesti disuntikkan untuk delapan bulan itu sekitar Rp 3,6 miliar.
“Kita kan selalu butuh uang untuk bayar cicilan rumahnya, susu anak dan sebagainya,” keluh mereka.
Keluhan makin menjadi-jadi kala mereka dihantui kabar akan tutupnya RSKI pada Desember tahun ini.
Mereka bukan takut karena akan habis masa bakti sebagai relawan. Tapi mereka khawatir jika uang lelah mereka tak kunjung dibayar karena belum ada titik terangnya.
Surat “sakit” mereka sudah dilayangkan. Satu-satunya harapan mereka atensi Jokowi. (*)