BatamNow.com – Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai (BC) Batam, Zaky Firmansyah, menegaskan bahwa implementasi National Logistics Ecosystem (NLE) di Batam harus bisa terlaksana pada semester pertama tahun 2025 setelah dicanangkan sejak tahun 2021.
Hal itu dijelaskan Zaky menjawab tim wartawan BatamNow.com di kantornya, Senin (05/05/2025).
Menurutnya, Batam yang semula menjadi pelopor dalam pengembangan sistem logistik digital justru kini tertinggal dibandingkan pelabuhan lain di Indonesia.
Zaky menjelaskan bahwa NLE terdiri dari dua komponen utama: Single Submission Quarantine Customs (SSm QC) dan Single Submission (SSm) Pengangkut.
Di Batam, tujuh pengangkut telah terdaftar dalam sistem NLE sejak dua tahun lalu, namun hanya tiga yang beroperasi secara optimal, yaitu Adhigana Pratama Mulya, Batam Mitra Suplindo, dan Bahari Sandi Pratama.
Empat lainnya, seperti Athotama, Gesuri Lloyd Batam, Pelayaran Rikmus, dan Bintang Samudra Utama, belum berjalan maksimal.
Padahal, Batam memiliki 147 pengangkut, sehingga jumlah yang terintegrasi dalam NLE masih sangat sedikit.
Zaky berharap lebih banyak pengangkut bergabung agar sistem ini dapat berjalan efektif.
Pelabuhan Batu Ampar ditunjuk sebagai lokasi utama untuk implementasi NLE SSM di Batam sejak tahun 2021, meski ada beberapa pelabuhan kargo lain di sini.
Dengan berjalannya sistem ini, proses logistik diharapkan menjadi lebih efisien, mengurangi hambatan, dan mempermudah alur informasi antara instansi terkait seperti Bea Cukai, Kementerian Perhubungan, dan BP Batam serta yang lainnya.
Pengalaman dan Inovasi Digital
Satu hal yang meyakinkan Zaky yang sudah bertugas selama 8 bulan di BC Batam adalah karena sistem ini sudah berhasil diterapkannya di Bandara Soekarno Hatta.
Sebelum bertugas di Batam, Zaky memiliki pengalaman dalam implementasi sistem serupa.
Di sana, ia berhasil mengembangkan sistem BLE ini dengan pelacakan daring (tracking online) yang memudahkan pemantauan perjalanan barang secara real-time, mirip dengan sistem taksi online.
Zaky berharap inovasi serupa dapat diterapkan di Batam untuk meningkatkan efisiensi logistik.
Koordinasi Antarinstansi
Zaky mengidentifikasi dua kendala utama dalam implementasi NLE di Batam: kurangnya integrasi sistem antarinstansi.
Selain itu, katanya, proses integrasi memerlukan sinkronisasi antara sistem yang ada di Batam dengan platform NLE nasional.
Penerapan BLE melibatkan berbagai instansi seperti BP Batam, Bea Cukai, KSOP, Imigrasi, dan Karantina serta instansi lainnya. Pun masing-masing instansi memiliki sistem perizinan yang belum terintegrasi, sehingga menyulitkan pengguna jasa dan mengurangi efisiensi operasional.
Harapan untuk Kolaborasi dan Efisiensi
Untuk mengatasi masalah ini, Zaky menekankan pentingnya kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, pelaku usaha, dan instansi terkait. Ia berharap semua pihak dapat bekerja sama untuk mewujudkan NLE yang efektif di Batam, sesuai dengan tujuan awal sebagai pilot project logistik digital di Indonesia.
Dengan target implementasi pada semester I 2025, Zaky optimis bahwa NLE di Batam akan berjalan sesuai rencana, meningkatkan efisiensi logistik, dan memperkuat posisi Batam sebagai pusat perdagangan dan industri di Indonesia.
Hal ini juga, kata Zaky, menjadi bagian dari strategi efisiensi di tengah persaingan perdagangan global yang penuh dengan persaingan ketat pasca kebijakan pemerintahan Amerika Serikat atas kebijakan resiprokal Presiden Donald Trump di mana Indonesia telah melakukan negosiasi sehingga tarif 32 persen masih di-hold masa tiga bulan. (H/A/Red)