BatamNow.com – Ketua DPP Kepri Lembaga Investigasi Tindak Pidana Korupsi dan Hukum Kinerja Aparatur Negara (LI Tipikor) Panahatan SH mempertanyakan kinerja operasi laut Bea Cukai (BC) Kepri yang tak dapat membekuk penyeludup saat menggagalkan penyeludupan 12.500 benih lobster.
“Bukan tidak mendukung BC dalam melawan penyeludupan ekspor maupun impor yang dapat merugikan negara, tapi kami belum bisa menerima sepenuhnya data dan kronologis yang dipublish pihak BC atas penggagalan penyeludupan benih lobster 5 November 2021 lalu. Apalagi gagal menangkap pelakunya,” ujar Panahatan yang biasa dipanggil Atan itu, Minggu (07/11/2021).
Menurut Atan yang punya pengalaman sebagai pelaut itu, agak sulit dengan akal sehat jika kecepatan kapal patroli BC bisa dikalahkan boat pancung penyeludup, apalagi bermuatan.
Di wilayah kepulauan ini kapal pancung biasa digunakan nelayan. “Kan menurut pihak BC kapal pancung itu sedang kepergok oleh beberapa kapal patroli BC hendak melakukan aksi ship to ship,” tanyanya.
Artinya, kata Atan, posisi kapal pancung sedang merapat dengan kapal lainnya yang sedang menunggu di laut.
Katanya dengan kondisi seperti itu pancung bisa jadi sedang posisi standby, paling tidak bergerak lamban untuk join dengan kapal lainnya. “Tapi tetiba penyeludup dengan boat pancung kok bisa kabur begitu saja meninggalkan kapal patroli BC,” tanya Atan lagi.
Untuk itulah Atan meminta kepada pihak DJBC agar transparan memaparkan data dan kronolgis pencegahan penyeludupan ini. “Masyarakat kan sudah pintar. Jenuh disuguhi dengan penjelasan yang tak ilmiah,” tambahnya.
Maksudnya, ujar Atan, agar masyarakat paham tentang giat patolri laut DJBC yang menggunakan biaya besar yang bersumber dari masyarakat itu. “Apalagi pihak BC gagal menangkap pelakunya. Hari gini kapal patroli BC masih kalah dengan transportasi kapal kecil pancung penyeludup?” tegas Atan heran.
Dia katakan lagi, BC Kepri mesti menjelaskan di mana kesulitannya menangkap penyeludup baby lobster itu.
Misal, ucapnya, kapasitas atau kecepatan (horse power) mesin kapal patroli BC itu sekuat apa. “Lalu kecepatan mesin kapal pancung penyeludup itu. Jadi terbaca kecanggihan penyeludup itu. Jangan BC menyuguhi masyakat data yang dangkal apalagi membingungkan,” ujarnya.
Akhirnya 12.500 Ekor Baby Lobster Dilepas ke Laut
Berita media, BC Kepri merilis pencegahan penyeludupan 12.500 ekor baby lobster, Jumat (05/11/2021) yang diduga dengan tujuan Singapura.
Menurut Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Kepri Akhmad Rofiq, kegiatan patroli laut itu mengagalkan penyeludupan baby lobster dengan modus ship to ship di sekitar perairan Batam.
“Baby lobster tersebut dimuat dalam styrofoam yang dibawa menggunakan boat pancung,” kata Akhmad Rofiq.
Dia menyebut, pelaku menggunakan kapal pancung yang biasa dipergunakan oleh nelayan yang bepergian antarpulau.
“Kemudian, di titik menjelang perbatasan negara tetangga, pelaku hendak memindahkan seludupan itu ke kapal tipe HSC, agar sulit terkejar oleh kapal patroli Bea Cukai,” ucap Akhmad Rofiq.
Namun, sebelum sempat memindahkan ke kapal HCS, petugas BC berusaha menghentikan boat pancung.
Lalu, katanya, boat pancung tersebut kabur meninggalkan kapal patroli BC dan berhasil mengandaskan kapal pancung ke pesisir pantai yang juga tidak dijelaskan pada koordinat mana.
Pun para pelaku penyeludup yang tadinya berada di boat tersebut disebut berhasil kabur dan petugas BC terpelongo dibelakangi para penyeludup.
Gagal menangkap pelaku, akhirnya BC memutuskan melepas benih lobster ini ke laut, yang katanya, untuk menghindari makin tingginya risiko kematian. Pengkuan BC Kepri, semua benih lobster itu dilepas di perairan Pulau Babi dan Pulau Tulang.
Atan juga menambahkan soal cerita penyeludup menggunakan kapal HSC di perbatasan perairan Indonesia-Singapura, bukan hanya kali ini.
Setiap ada kegiatan ilegal di laut yang mengancam dan merugikan negara, seharusnya sudah dapat diimbangi dengan kekuatan armada patroli para petugas penjaga kedaulatan negara di laut RI.
“Kalau menemukan kesulitan ‘kan bisa koordinasi dengan patroli Bakamla atau dengan patroli laut dari instansi lain yang hilir mudik di perbatasan. Ini tampaknya operasi sendiri-sendiri saja,” papar Atan.
Lantas Atan juga membandingkan dengan penangkapan berinisial HP hingga ditembak mati, yang menurut BC dengan menggunakan kapal HSC.
“Lantas mengapa penyeludup baby lobster itu tidak dilumpuhkan dengan senjata standar patroli BC?” tanya Atan. (LL)