BatamNow.com, Jakarta – Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Ahmad Ramadhan mengatakan tidak ada korban luka di bentrok warga Pulau Rempang dengan aparat tim terpadu BP Batam di Jembatan IV Barelang pada Kamis (07/09/2023).
“Saya ulangi tidak ada korban baik di masyarakat maupun di anggota, tidak ada korban (luka-luka) dalam peristiwa tersebut. Tembakan gas air mata hanya mengakibatkan gangguan untuk sementara,” ujarnya, Jumat (08/09/2023).
“Tidak ada korban (luka-luka) dalam peristiwa tersebut. Tembakan gas air mata hanya mengakibatkan gangguan untuk sementara,” lanjutnya.
Sementara itu, ada 8 warga yang ditangkap aparat dan diamankan di Polresta Barelang. Menurut data diterima, kedelapannya adalah:
- Fahrizal Als Rizal (35 tahun)
- Roma (36 tahun)
- Jakarim Als Karim (53 tahun)
- Firman Als Fir (40 tahun)
- As Arianto As HM / Anto (26 tahun)
- Boiran Als Boi (51 tahun)
- Martahan Siahaan (35 tahun)
- Irfan Saputra (22 tahun)
Mereka ditangkap saat terjadi bentrok antara warga dan personel Tim Terpadu di Jembatan IV Barelang, Kamis (08/09/2023). Turut diamankan sejumlah barang bukti.
Seperti diketahui, 1.010 personel Tim Terpadu Kota Batam terdiri dari unsur kepolisian, TNI, dan Satpol PP turun ke lapangan untuk mengamankan pengukuran dan pematokan tanah di Kelurahan Sembulang, Pulau Rempang. Kegiatan itu melibatkan sejumlah kendaraan taktis termasuk mobil water cannon.
Warga Rempang konsisten menolak pengukuran tanah di kampung bersejarahnya. Hal tersebut sudah dikatakan sejak awal berembus kabar mereka akan digusur/direlokasi sepihak. Pasalnya, sejak awal, baik BP Batam maupun Pemkot Batam tidak ada komunikasi dengan warga terkait rencana tersebut.
“Kami juga anak bangsa, bagian dari negara Indonesia. Kami punya KTP dan selalu disertakan setiap kali Pemilu. Tapi di kasus ini, kami seperti orang yang numpang di tanah milik kami sendiri. Seenaknya saja mau diusir dari tanah yang sudah ditempati sejak leluhur kami dulu. Pemerintah Indonesia seperti tak punya hati terhadap warga Rempang?” kata warga Rempang.
Kini, warga Rempang baik dewasa maupun anak-anak merasa begitu trauma pasca bentrokan di Jembatan IV Barelang, Kamis (07/09). Tindakan aparat yang dinilai eksesif, mendapat kecaman juga dari Amnesty Internasional Indonesia, Walhi, dan banyak lagi. (RN)