BatamNow.com, Jakarta – Hingga penutupan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (21/07/2022), nilai saham dua emiten sektor properti di Batam, Kepulauan Riau, sejauh ini belum menggembirakan.
Dari pantauan BatamNow.com di lantai bursa, Kamis, nilai saham PT Puri Global Sukses Tbk, melorot hingga 28 poin atau 6,22%. Saat pembukaan di pagi hari, nilai sahamnya masih Rp 450 per lembarnya, pada penutupan turun drastis menjadi Rp 422. Ini tentu bukan kondisi ideal dari emiten berkode PURI ini. Pasalnya, pada perdagangan saham, 6 Juli lalu, nilainya sempat meroket mencapai Rp 500. Namun, terus menurun hingga hari ini dan berada di zona merah.
Emiten properti lain, PT Winner Nusantara Jaya Tbk, nilai sahamnya mengalami stagnasi di angka Rp 52 per lembarnya, sejak 14 Juli. Kondisi hari ini pun tidak berubah. Padahal, awal bulan lalu, nilai sahamnya sempat menyentuh angka Rp 156 per lembarnya.
Angka di penutupan hari ini merupakan yang terendah semenjak perusahaan berkode WINR ini melantai di BEI.
Sejumlah analisis pasar modal bahkan memprediksi hal yang mengerikan bagi emiten sektor properti. Kabarnya, ada potensi nilai saham tertubruk oleh tekanan yang bertubi-tubi hingga akhir tahun ini lantaran terjadi lonjakan harga bahan baku bangunan serta potensi kenaikan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI).
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei menilai pertumbuhan saham emiten properti tahun ini berpotensi untuk stagnan. Salah satu penyebabnya juga, kata Jono, karena high base effect, efek basis yang tinggi pada tahun 2021 saat kinerja marketing sales melonjak dari tahun 2020.
Stagnasi harga saham emiten properti, sambungnya, juga karena imbas sentimen negatif dari potensi kenaikan suku bunga, inflasi, kenaikan harga bahan baku hingga pelemahan daya beli. “Sebagai tambahan, sektor properti juga memiliki market cap yang terbilang kecil dibandingkan sejumlah sektor lainnya. Sehingga cenderung kurang dijadikan pilihan utama oleh big money seperti reksadana indeks,” bebernya.
Sementara itu, Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael mengatakan, emiten yang akan tahan banting adalah pengembang properti yang memiliki kontribusi bisnis solid dari pendapatan berulang (recurring income) dan yang punya portofolio produk properti baru untuk dipasarkan. (RN)