BatamNow.com, Jakarta – Vaksin tambahan atau vaksin booster Covid-19 rupanya tidak diperlukan untuk populasi umum. Dilansir CNBCIndonesia.com, hal ini disampaikan sekelompok ilmuwan internasional dalam sebuah laporan baru di jurnal medis.
“Dosis booster untuk populasi umum tidak sesuai pada tahap pandemi ini,” tulis laporan yang diterbitkan di The Lancet pada Senin (13/90/2021). Penulis berisi ilmuwan top dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seperti Soumya Swaminathan, Ana-Maria Henao-Restrepo dan Mike Ryan.
“Setiap keputusan tentang perlunya peningkatan atau waktu peningkatan harus didasarkan pada analisis yang cermat dari data klinis atau epidemiologis yang terkontrol secara memadai, atau keduanya, yang menunjukkan pengurangan penyakit parah yang terus-menerus dan bermakna,” lanjutnya laporan tersebut, sebagaimana dikutip dari Aljazeera.
Para ilmuwan mengatakan lebih banyak bukti diperlukan untuk membenarkan pemberian booster. Mereka juga mengatakan setiap vaksin tetap sangat efektif melawan gejala Covid-19 yang parah, dari semua varian virus corona, termasuk Delta.
Penulis utama Ana-Maria Henao-Restrepo mengatakan dosis vaksin harus diprioritaskan kepada orang-orang di seluruh dunia yang masih menunggu mendapatkan vaksinnya.
“Jika vaksin dikerahkan di tempat yang paling baik, mereka dapat mempercepat akhir pandemi dengan menghambat evolusi varian lebih lanjut,” katanya.
Namun pandangan ini bertentangan dengan rencana beberapa negara, dimana mereka mulai menawarkan dosis tambahan karena kekhawatiran tentang varian Delta yang jauh lebih menular.
“Pasokan vaksin saat ini dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa jika digunakan pada populasi yang sebelumnya tidak divaksinasi,” tulis para penulis.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta negara-negara untuk menghindari memberikan vaksin booster hingga akhir tahun. Mereka mendesak semua negara untuk memvaksinasi setidaknya 10% dari populasi mereka pada akhir bulan ini, dan setidaknya 40% pada akhir 2021.
Artikel Lancet menyimpulkan bahwa varian saat ini belum cukup berkembang untuk menghindari respons imun yang diberikan oleh vaksin yang saat ini digunakan.
Para penulis berpendapat bahwa jika mutasi virus baru muncul yang mampu menghindari respons ini, akan lebih baik untuk memberikan penguat vaksin yang dimodifikasi secara khusus yang ditujukan untuk varian yang lebih baru, daripada dosis ketiga dari vaksin yang ada kini.(*)