BatamNow.com – Buruknya pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Batam, nyata menimbulkan derita dan kerugian materiil bagi banyak konsumennya di Batam.
Meski begitu, apa daya. Mereka tak dapat berbuat apa-apa, kecuali harus pasrah.
Padahal negara, secara teori perundang-undangan melindungi hak rakyat atas kedaulatannya terhadap air dan air minum.
Sesungguhnya aliran air minum perpipaan dari pengelola SPAM, tak boleh mati. “Kontinuitas aliran air minum ke pelanggan harus mengalir 24 jam sehari,” itu amanat PP Nomor 122 Tahun 2015.
Tapi fakta di lapangan kebalikannya. Sulit menepis keluhan demi keluhan pelanggan terdampak buruknya pelayanan SPAM Batam selama ini. Apalagi jika tak mendapat respons apa-apa dari pengelola SPAM Batam kala pelanggan “SOS” air minum.
Banyak pelanggan yang kebingungan hendak mengadu ke mana. Ini terkait soal alternatif lain bagi pelanggan mengakses suplai air minum dari penyedia.
Satu contoh nyata derita yang dialami seorang warga pemilik usaha di Kompleks Suri Graha di Pelita menyampaikan keluhannya.
“Air mati sejak 2 bulan lalu hingga saat ini, kalau pun hidup waktu subuh dari jam 02.00 hingga 04.00 WIB,” ujarnya kepada wartawan BatamNow.com, Kamis (23/02/2023).
Untuk menyiasati, pria yang enggan namanya ditulis ini, mau tak mau harus merogoh kocek untuk membeli tandon dengan kapasitas tampung 1.000 liter. “Tapi ya tak pernah bisa penuh, karena kalau pun air mengalir saat subuh itu alirannya kecil,” ucap warga konsumen yang buka usaha kecil-kecilan di kawasan bisnis di Kecamatan Lubuk Baja itu.
Kondisi aliran air minum perpipaan, sebagaimana dikeluhkan warga sudah lama “tersedak-sedak” hingga berbulan lamanya.
Kondisi ini dirasanya sangat meresahkan demikian juga warga pelanggan lain yang senasib dengannya.
Padahal, ucapnya, air sangat vital untuk kebutuhan sehari-hari apalagi baginya dan masyarakat lain yang membuka usaha di kawasan Pelita itu. Ada yang membuka warung kopi, laundry, penyablonan, rumah makan, hotel dan lainnya.
“Di kawasan ini banyak pengusaha yang sangat bergantung dengan air, ditambah lagi ada beberapa hotel di sini,” tukasnya.
Itu tadi, lanjutnya, mereka yang sangat memerlukan air malah kekurangan air karena macetnya aliran dari jaringan perpipaan SPAM Batam.
Tak pelak, pelayanan buruk SPAM Batam ini membuat dongkol para warga karena kerap dibuat susah. Tak sampai di situ, warga terdampak juga menjadi terpaksa membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bisnis UMKM mereka.
“Kita harus membeli air galon, saya bisa beli 16 galon kadang lebih dalam sehari, itu harganya Rp 6 ribu per galon. Ini kan menambah cost lagi,” keluhnya.
Klaim warga ini bisa dibuktikan dengan hitungan sederhana. Sebagai contoh, tarif air SPAM Batam buat klasifikasi pelanggan niaga kecil untuk pemakaian 0-10 meter³ dengan harga Rp 6.700 per 1 meter³ atau setara 1.000 liter. Sementara air galon dibanderol Rp 6.000 dengan kapasitas rata-rata 19 liter. Itu belum dihitung modal awal membeli galonnya.
Sebenarnya jaminan negara tidak saja pada kuantitas dan kontinuitas aliran air minum perpipaan ini.
Pun kualitas air minum yang disuplai pengelola SPAM seharusnya bisa diminum langsung, layaknya air minum komersial kemasan galon.
Karena besaran tarif SPAM Batam yang dikenakan ke warga, seyogianya sudah dengan perhitungan kualitas air minum, bukan lagi air bersih.
Senasib dengan pengusaha di kompleks Pelita ini, beberapa warga yang juga membuka usaha di kawasan itu pun membenarkan bahwa mereka merasakan derita dampak dari aliran air minum yang mati hampir 24 jam di sana. “Kondisi ini sudah lama kami alami, “ ujar beberapa warga di sana. (HA/D)