BatamNow.com, Jakarta – Belum selesai berjuang melawan Covid-19 varian Delta, kini muncul varian baru bernama Mu atau ilmiahnya disebut B.1.621. Meskipun pemerintah mengumumkan varian ini belum masuk ke Indonesia, tapi setidaknya pemerintah juga harus mawas diri.
Dilansir CNBCIndoensia.com, Pakar Kesehatan dan Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga mengungkapkan Varian Mu masih masuk dalam daftar Variant of Interest (VOI) per 30 Agustus 2021 kemarin. Artinya data ilmiah terkait varian tersebut harus lebih mendalam lagi.
“Mungkin saja akan ‘naik kelas’ atau belum tentu menjadi Variant of Concern yang tentu perlu perhatian mendalam lagi,” ujarnya kepada CNBC Indonesia, Senin (06/09/2021).
Meskipun varian Mu juga masih dalam VOI harus tetap mewaspadainya. Oleh sebab itu, menurut Tjandra Indonesia perlu untuk meningkatkan pemeriksaan whole genome sequencing-nya.
“Di Indonesia sekarang, genome sequencing baru sekira 5.000 sampai 6.000. Negara lain ada yang sudah puluhan dan ratusan ribu pemeriksaan,” jelas Tjandra.
Tjandra juga mengimbau kepada pemerintah untuk melakukan pembatasan sosial yang memadai. Dan memperkuat lagi pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Indonesia.
Masyarakat juga diminta untuk selalu melakukan protokol kesehatan 3M, yakni mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan.
Sementara untuk kunjungan dari luar negeri, Tjandra menghimbau pemerintah untuk mengawasi dan memantau dengan ketat. “Tentang kunjungan dari luar negeri, harus diawasi dengan ketat, mulai dari karantina ketika datang dan juga monitor kalau-kalau ada perkembangan keluhan dan penyakit pada mereka yang baru sampai di tanah air,” ujarnya.
Senada juga disampaikan oleh Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman. Dia menjelaskan varian Mu ini dari bukti yang ada, varian ini dapat menyiasati atau menurunkan efikasi antibodi atau imunitas tubuh.
Artinya, penyintas Covid-19 dari varian Delta, Alpha dan sebagainya bisa terinfeksi lagi dengan varian Mu ini. Apalagi, varian ini bisa juga menurunkan efikasi vaksin.
Oleh karena itu, kata Dicky vaksin booster sangat diperlukan untuk masyarakat di Indonesia, bukan hanya untuk tenaga kesehatan.
“Vaksin booster penting, itu sebabnya booster bukan hanya sekarang ke tenaga kesehatan, tapi juga harus kepada lansia yang rawan, yang punya penyakit,” jelas Dicky.
Dicky juga menegaskan, selain meningkatkan vaksinasi, pemerintah juga harus meningkatkan testing, tracing, dan treatment (3T). Karena sampai saat ini 3T masih lemah di Indonesia.
Pun dalam merespon kedatangan orang dari luar negeri, pemerintah perlu memperketatnya dengan screening. “Bukan hanya orang itu bawa test (PCR/antigen), tapi juga dia sudah divaksin lengkap, dengan vaksin efikasi tinggi dan menjalani karantina.”
“Setidaknya kalau sudah vaksinasi sudah lengkap, dari masa durasi efektif dari 2 minggu pasca suntikan kedua dan masih dalam periode 9 bulan dari sejak vaksinasi, dia bisa 7 hari menjalani karantina di hotel negara tujuan dia. Tapi kalau belum divaksin, ya 14 hari,” jelas Dicky.
Untuk diketahui, varian Mu awalnya ditemukan di Kolombia pada awal tahun ini. Saat ini telah dilaporkan di beberapa bagian Amerika Selatan dan Eropa.
WHO mengatakan, prevalensi globalnya telah menurun hingga di bawah 0,1, tapi di Kolombia mencapai 39% dan Ekuador 13% dengan tren meningkat.
Dikenal juga sebagai varian B.1.621, varian Mu sekarang telah terdaftar sebagai salah satu dari lima varian yang menjadi perhatian (variant of concern) WHO.
Selain Mu, empat varian lain yang masuk kategori VOC adalah Eta yang pertama kali terdeteksi di beberapa negara pada Desember 2020, lalu Iota pertama kali terdeteksi di AS pada November 2020, Kappa pertama kali terdeteksi di India pada Oktober 2020, dan Lambda pertama kali terdeteksi di Peru pada Desember 2020.(*)