BatamNow.com, Jakarta – Berita mengejutkan datang dari Malaysia. Mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad masuk dalam daftar “20 Ekstremis Paling Berbahaya di Seluruh Dunia”.
Dilansir CNBCIndonesia, ini dilakukan Proyek Kontra Ekstremisme (CEP) yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Mahathir berada di urutan 14 dalam daftar tersebut.
CEP menganggap Mahathir sebagai ancaman besar bagi keamanan internasional. Selain lelaki 95 tahun itu, dalam daftar itu masuk pula Sekretaris Jenderal kelompok Hizbullah Palestina, Hassan Nasrallah dan Pemimpin ISIS Amir Muhammad Sa’id Abdal-Rahman al-Mawla.
Dalam laporannya, CEP menulis Mahathir sebagai tokoh anti-Semit dan seorang kritikus Barat. Pernyataan Mahathir tentang serangan teroris di Perancis Oktober 2020 juga jadi pertimbangan.
“Mahathir tidak secara langsung bertanggung jawab atas tindakan kekerasan tertentu. Namun, pendapatnya yang kontroversial telah menimbulkan kecaman internasional karena Mahathir diduga mendukung kekerasan ekstremis terhadap Barat,” kata CEP, dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Rabu (13/01/2021).
Sebelumnya, setelah serangan teroris di Perancis, Mahathir mem-posting opini yang berisi paragraf kontroversial yang dikritik karena tampaknya membenarkan kekerasan tersebut. Namun sesungguhnya hal itu telah diluruskan oleh PM terlama Malaysia itu.
Mereka, kata Mahathir saat itu, hanya menyoroti satu bagian dari paragraf 12 yang berbunyi: ‘Muslim berhak untuk marah dan membunuh jutaan orang Perancis untuk pembantaian di masa lalu’. Mereka menyiratkan bahwa saya sedang mempromosikan pembantaian Perancis’.
Mahathir meminta orang-orang membaca postingan secara keseluruhan terlebih dahulu, terutama kalimat selanjutnya. Di mana ia menulis ‘Tetapi pada umumnya kaum Muslimin belum menerapkan hukum mata ganti mata. Muslim tidak. Orang Perancis tidak boleh. Sebaliknya, orang Perancis harus mengajari rakyatnya untuk menghargai perasaan orang lain”.
CEP sendiri didirikan pada 2014 oleh mantan pejabat pemerintah AS. Disebutkan bahwa lembaga ini bertujuan “memerangi ekstremisme global” dengan fokus khusus untuk mengganggu ISIS.(*)