BatamNow.com, Jakarta – Hingga saat ini, penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia, termasuk di Indonesia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa sekitar 17,8 juta kematian atau satu dari tiga kematian di dunia setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit jantung.
Dilansir Tempo.co, spesialis jantung dari Perhimpunan Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), dr. Hardja Priatna, Sp.JP(K), pun mengingatkan bahaya gangguan jantung setelah terinfeksi Covid-19.
“Memang Covid-19 ini adalah sesuatu yang baru, begitu banyak hal yang kita tidak tahu. Jadi, selama hampir dua tahun ini kita terus mengumpulkan data dan mempelajari virus ini. Memang sudah dilaporkan ada beberapa gangguan jantung akibat infeksi virus ini,” kata Hardja.
Beberapa contoh gangguan jantung yang bisa terjadi akibat Covid-19 di antaranya miokarditis (peradangan pada otot jantung), perikarditis (peradangan selaput jantung), dan aritmia (gangguan irama jantung).
“Gangguan irama jantung ini ada yang fatal, ada juga yang tidak,” imbuhnya.
Berdasarkan riset Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia 2018, prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter Indonesia sebesar 1,5 persen. Melihat bahaya penyakit jantung tersebut, Hardja pun menyarankan untuk berkonsultasi dengan spesialis jantung setelah terkena Covid-19.
“Prinsipnya, setelah kena Covid-19 atau long Covid-19 itu harus konsultasi dengan dokter spesialis jantung karena nanti dokter akan memeriksa kondisi kardiovaskular dengan lebih teliti,” ujar Hardja. “Tentunya kita juga punya alat rekam jantung dan USG jantung atau ekokardiografi sehingga akan lebih jelas.”
Bertepatan dengan Hari Jantung Sedunia pada 29 September 2021, PERKI merekomendasikan untuk mengaktifkan budaya sehat jantung sebagai langkah pencegahan dan penanggulangan penyakit kardiovaskular di masa pandemi Covid-19. Beberapa hal yang menjadi rekomendasi yaitu tetap beraktivitas fisik secara teratur dengan kemampuan kerja jantung dan tubuh, menghindari merokok dan asap rokok, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
Pada orang dengan penyakit jantung atau memiliki risiko penyakit jantung, PERKI menyarankan untuk berkonsultasi terlebih dulu sebelum berolahraga agar olahraga yang dilakukan tidak membebani kerja jantung. (*)