BatamNow.com, Jakarta – Dunia kembali waspada baru-baru ini setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan versi terbaru dari Covid-19 varian Omicron yang disebut BA.2.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID), BA.2 sampai sejauh ini telah terdeteksi di 49 negara, dengan lebih dari 10.800 kasus yang dilaporkan.
Dilansir CNNIndonesia.com, berikut beberapa fakta mengenai BA.2, varian baru yang muncul setelah Omicron BA.1.
1. Lebih Cepat Menyebar daripada Omicron BA.1
Otoritas penyakit menular Denmark, Statens Serum Institut (SSI), menemukan BA.2 bisa 1,5 kali lebih menular dibandingkan BA.1.
“Ada beberapa indikasi ini (BA.2) lebih mudah menular, terutama bagi yang belum divaksin, tapi itu bisa menginfeksi orang yang telah divaksinasi lebih luas lagi,” kata Direktur Teknis SSI, Tyra Grove Krause.
Bahkan, kini kasus Covid-19 dengan sub varian BA.2 sedang mendominasi negara-negara Eropa, salah satunya Denmark yang mencatat setengah kasus Covid-19 di negaranya berasal dari sub varian ini.
Menurut Menteri Kesehatan Denmark Magnus Heunicke sub-varian Omicron BA.2 terlihat lebih mudah menular dibandingkan sub-varian Omicron lain, BA.1, pada Rabu (26/01).
“Tidak ada bukti varian BA.2 menyebabkan lebih banyak penyakit, tetapi (varian) ini pasti lebih menular,” kata Heunicke dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari Reuters.
2. Hasil Mutasi Omicron
BA.2 mendapat julukan ‘Son of Omicron’ karena varian ini memiliki sebagian besar mutasi yang sama dengan Omicron. Varian BA.2 disebut tidak memiliki banyak mutasi baru yang berpengaruh pada cara virus bekerja.
Sementara itu, BA.2 dinyatakan memiliki lebih dari 20 mutasi yang setengahnya ada pada protein spike.
Vaksin Covid-19 saat ini menargetkan area genom yang mengontrol protein spike. Sehingga, mutasi pada area ini berpotensi membantu virus menghindari vaksin dan memasuki sel dengan lebih mudah.
Hingga saat ini, belum diketahui seberapa signifikan efek mutasi Omicron BA.2 tersebut terhadap tubuh.
3. Di Balik Julukan Siluman
Julukan ‘siluman’ diberi pada sub varian ini karena BA.2 sulit dideteksi beberapa alat tes Covid-19 akibat sifat genetik yang berbeda ketika menginfeksi tubuh.
BA.2 tidak memiliki kekhasan genetik yang sama dengan Omicron asli atau BA.1. Varian ini tidak terlihat seperti varian Omicron. Oleh karena itu, Omicron BA.2 lebih mudah bersembunyi di dalam tubuh.
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama menyebut varian Omicron BA.2 dapat menipu proses pendeteksian Covid-19 yang menggunakan metode antigen.
“BA.2 dikenal sebagai ‘stealth Omicron’ atau Omicron yang ‘menipu’, khususnya karena adanya delesi fenomena ‘S gene target failure – SGTF’,” kata Tjandra.
“Sehingga bisa tidak terdeteksi oleh pemeriksaan PCR SGTF yang kini justru mulai diperbanyak di negara kita,” kata Tjandra lewat pesan teks.
4. Belum Masuk Daftar VOC (Variant of Concern)
Sampai saat ini, WHO belum memasukkan BA.2 dalam kategori varian dalam pengawasan (variant of concern) atau bahkan varian yang diperhatikan (variant of interest).
Hal ini dikarenakan belum ada bukti tentang peningkatan keparahan penyakit yang disebabkan BA.2.
Namun, Badan Keamanan Kesehatan Inggris telah menempatkan BA.2 sebagai sub-varian Covid-19 yang perlu dipantau ketat. Badan ini menilai varian tersebut memiliki keunggulan dalam pertumbuhan.
Di Amerika Serikat, Covid-19 varian Omicron Siluman ini telah terdeteksi di beberapa negara bagian seperti Washington D.C yang telah mengkonfirmasi dua kasus.
Sementara di Indonesia, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meyakini sudah ada 10 kasus Covid-19 Omicron Siluman di Indonesia.
5. Gejala Sangat Mirip Omicron BA.1
Dikutip dari News Medical, laporan sementara juga menunjukkan gejala BA.2 serupa dengan Omicron asli yakni seperti demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan mual.
Hal ini didukung penilaian WHO yang hingga saat ini belum menemukan bukti sub-varian tersebut dapat memperburuk penularan, tingkat keparahan penyakit Covid-19, atau mempengaruhi kemanjuran vaksin.
Analisis awal dari para peneliti di Denmark juga menunjukkan tidak ada perbedaan rawat inap pada Omicron siluman BA.2 dengan Omicron asli. Namun, sampai sekarang peneliti masih terus mencari tahu tentang efek dan penularan dari BA.2. (*)