BatamNow.com – Diperkirakan ribuan pelangggan kesulitan mendapat air minum secara kontinu di Kota Batam.
Anggota DPRD Kota Batam Utusan Sarumaha merasa prihatin atas kondisi yang dialami para pelanggan air minum itu.
“Kita minta PT Moya jangan tidur dan menjelaskan secara terbuka kenapa sampai ini terjadi,” ujar anggota Partai Hanura ini, Jumat (16/04/2021) malam.
Dia meminta PT Moya untuk berusaha segera melakukan tindakan strategis, mencari solusi agar masyarakat mendapatkan suplai air secara normal.
Catatan BatamNow.com, terganggunya kontinuitas air minum perpipaan itu memang sudah dialami sebagian pelanggan sejak masa pengelola lama, yakni PT Adhya Tirta Batam (ATB).
Namun, tampaknya, keluhan pelanggan akhir-akhir ini semakin ramai meski pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Batam ditangani PT Moya Indonesia yang kerap mengklaim pihaknya andal dan profesional di bidang pelayanan air bersih.
Sejumlah warga yang kesulitan mendapat suplai air minum itu terjadi di beberapa kawasan di Batam.
Tengoklah apa yang dikeluhkan beberapa pelanggan warga Dapur 12, Kecamatan Sagulung ini. Mereka kesulitan mendapatkan air minum dan semakin terasa saat memasuki bulan Ramadan ini.
Kontinuitas distribusi air minum di wilayah itu tidak normal. Padahal Pasal 4 ayat (5), Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 122 Tahun 2015, mengamanatkan: Kontinuitas pengaliran Air Minum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan jaminan pengaliran selama 24 (dua puluh empat) jam per hari.
“Suplai air minum di daerah kami, kini semakin macet,” pengakuan dari beberapa warga Kavling Sei Lekop yang ditemui Panahatan, wartawan BatamNow.com Jumat (16/04).
Ibu bernisial M (nama lengkapnya ada di dokumen media ini), salah satu dari warga Sei Lekop itu mengatakan kalau air minum di tempatnya sudah tidak mengalir sejak tiga hari lalu atau sejak Selasa (13/04).
Dia sampai memohon lewat BatamNow.com agar pihak pengelola air minum di Batam segera mengirimkan air ke rumah mereka.
Di media sosial pun keluhan itu ditulisnya, “Mohon kepada bapak-bapak petugas air minum, saya minta kiriman air bersihnya karena sudah tiga hari air tak jalan sama sekali. Terima kasih sebelumnya.”
Ibu berinisial L, pemilik warung di Kavling Sei Lekop juga mengeluhkan hal yang sama.
Dia mengakui suplai air di kompleknya, hanya mengalir pada jam 02.00 sd 05.00 pagi.
Waktu yang singkat itulah ia pergunakan untuk meronda dan mengisi tandon penampungan.
Dia katakan, jika ketersediaan air minum habis di rumahnya, harus membeli dari mobil tangki Rp 10.000 per drum (200 liter).
Ini artinya pelanggan air minum yang dijamin Negara ini harus membeli air dengan tarif setara Rp 50.000 per m3 (1.000 liter).
Sementara Negara lewat SPAM hanya dengan harga Rp 6.500,- per m3.
Tak beda dengan yang dikeluhan Ibu dengan inisial D, penjual makanan di Kavling Sei Lekop.
Mereka tidak lagi menikmati tidurnya di malam hari karena harus menampung dan menunggu air di tandon sampai penuh.
“Terkadang tandon belum terisi penuh, air sudah mati pak. Terlebih memasuki Ramadan, kondisi ini sangat menyulitkan,” ujarnya.
Corporate Comunication Manager PT Moya indonesia, Astriena Veracia berjanji akan mengusahakan distribusi air ke warga.
“Sedang kami usahakan” tulis Astriena singkat menjawab pertanyaan BatamNow.com lewat WhatsApp.
Soal penyebab kendala suplai air di beberapa wilayah yang dijelaskan di atas, Astriena tidak menjawab.
Pantauan Batamnow.com, Kamis (15/04) di setiap rumah yang airnya macet di kawasan Sei Lekop, mereka terpaksa mengeluarkan biaya lagi untuk menyediakan tandon sebagai penampungan air.
Harga 1 tandon bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Artinya cost yang dikeluarkan para pelanggan yang acap macet suplai air, harus dengan biaya tinggi.
Sementara perintah perundang-undangan, negara bertanggung jawab atas terwujudnya pelayanan air minum perpipaan yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. (PP 122 Tahun 2015 Pasal 2 ayat (2b).
Administrator Tak Menjawab Mengapa Tidak Optimal
Para konsumen lain yang mengalami gangguan aliran air minum PT Moya, kembali dikeluhkan pelanggan di kawasan Tanjung Sengkuang. Enam hari aliran air di sana terganggu.
Begitulah kondisi yang dialami pelanggan air minum di Kecamatan Batu Ampar dikutip dari Batampos.id edisi 15 April 2021.
Ditulis di media tertua di Batam (Kepri) itu, setelah masalah pembayaran rekening air membengkak, muncul gangguan suplai air minum di rumah pelanggan.
“Enam hari ini suplai air ke rumah-rumah warga di wilayah kami, Tanjungsengkuang, gangguan. Air hanya mengalir sekitar 3 sampai 5 jam dalam sehari, itupun mulai pukul 23.00 hingga pukul 03.00. Setelahnya, air tak mengalir sama sekali,” ujar Ratna.
Wanita yang akrab disapa Ana ini sempat menanyakan ke call center SPAM Batam.
Masih kutipan dari Batampos.id, Ana mengatakan, “Oleh administratornya dijawab ’Saat ini suplai di wilayah Tanjung Sengkuang belum optimal’. Namun, tidak ada penjelasan mendetail kenapa suplai tak optimal.”
Keluhan terhadap pengelolaan air di Batam kerap muncul akhir-akhir ini, demikian dikutip dari Alur News, dimuat 13 April 2021.
Mulai dari adanya pipa bocor hingga mengecilnya debit aliran yang tidak segera tertangani.
Yang dirasakan warga di Baloi Centre juga terkait mengecilnya aliran air bersih yang sangat memprihatinkan. Bahkan sampai berbulan-bulan tak segera tertangani.
Warga Baloi Sampai Menyurati PT Moya
Warga di Baloi Center Blok C, Jalan Kenanga, Lubuk Baja, Kota Batam pun melalui surat resminya telah melayangkan pengaduan ke pihak pengelola SPAM di Batam, yakni PT Moya dan BP Batam.
“Kami warga di Baloi Centre Blok C mengalami mati air di siang hari sejak Januari 2021. Air hanya mengalir pada malam hari pukul 23.00 WIB hingga pukul 07.00 WIB pagi,” kata warga, ditulis Alur News.
“Kami harus bangun malam hari untuk menunggu air mengalir hingga seluruh tampungan air kami terisi. Tentu ini sangat mengganggu jam istirahat kami. Padahal pagi hari kami harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami sehari-hari,” ungkap warga dalam surat tertanggal 23 Maret yang juga resmi ditandatangani Ketua RW dan Ketua RT 04, wilayah setempat.
Surat resmi itu telah disampaikan ke PT Moya.
Kondisi yang sama juga dialami ribuan konsumen air minum di kawasan Tanjung Uncang, sebagaimana pernah diulas di media ini.
Ribuan pelanggan di sana terpaksa meronda tengah malam untuk mendapatkan tetesan air minum.
“Kondisi air macet itu masih terjadi hingga sekarang. Tak ada perubahan. Malah makin parah,” kata Amces LT kepada media ini.
Paling tidak hal seperti itu dialami warga RW 15 dan RW 22, Tanjung Uncang, Kecamatan Batu Aji.
Mereka sudah bertahun mengeluhkan layanan pengelola Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Batam yang tidak pernah lancar.
Masyarakat konsumen ini ada yang di Perumahan Citra Indomas tahap 1 dan 2, Perumahan Putra Jaya, dan Perumahan Puri Pesona tahap 1 dan 2.
Mereka berada di lima perumahan di RW 15 dan RW 22 di sana.
Kondisi penderitaan air macet itu itu memang sudah mereka alami, sejak masa ATB.
Menurut beberapa pelanggan di sana, hingga era PT Moya Indonesia mengelola SPAM, tak ada perubahan atau bukan malah membaik.
Demikian juga kondisi secara umum di kawasan Bengkong. Tak ada ubahnya dengan kondisi yang dialami pelanggan lain. “Air macet, malam sekitar jam 12.00 baru hidup. Mati jam 06.00 pagi. Itu pun mengalir tak lancar,” ujar Pak Bayu kepada BatamNow.com.
Sementara PT Moya sebagai operator pengelola transisi SPAM, masa kontraknya diperpanjang oleh Kepala BP Batam Muhammad Rudi. Kontraknya dari 6 bulan plus 3 bulan ke depan.
BP Batam mengambil alih pengelolaan SPAM Batam setelah PT ATB berakhir masa kontraknya 15 November 2020 lalu.(Panahatan)