BatamNow.com – Kisruh air minum di Batam tampak tak ada habis-habisnya.
Keluhan para pelanggan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Batam ini, terus saja muncul.
Minggu lalu, pipa DN 400 pecah menghamburkan air minum dengan cukup besar.
Diperkirakan puluhan ribu pelanggan terdampak. Dan ditengarai sebegitu banyak pelanggan tak mendapat suplai air minum selama belasan jam. (metode dan cara menghitungnya jumlah terdampak pipa pecah sudah disaji BatamNow.com).
Kini, agaknya masih banyak keluhan-keluhan para pelanggan yang belum dapat terselesaikan oleh pengelola SPAM.
Keluhan tidak mendapat aliran air secara kontinu dan bahkan banyak mengalami suplai air mati total.
Tengoklah keluhan Veronika yang tinggal di Bukit Timur, Tanjung Uma ini.
Dia dan banyak lagi tetangganya tak mendapatkan aliran air dan bahkan mati total. Tentu air minum dari pengelola SPAM.
Meski sudah mengadu ke Kantor Pelayanan Pelanggan (KPP) Batam Center, tapi hingga sekarang tidak mendapat solusi dari pengelola alias bungkam.
Mereka, warga Bukit Timur, Tanjung Uma, yang mengeluh akan matinya suplai air minum telah mengadu tanggal 20 April 2021, di Kantor Pelayanan Pelanggan (KPP) Batam Center. Pengaduan itu diterima oleh resepsionis Novita Dewi.
“Waktu itu tidak diperbolehkan masuk semua warga ke kantor KPP, makanya saya yang mewakili,” kata Veronika, Senin (10/05/2021) kepada BatamNow.com.
Veronika menyebut, beberapa hari usai mengadu, ada petugas SPAM yang datang ke rumahnya.
Tapi hanya datang melihat saja, lalu pulang dan tidak ada solusi.
Sampai berita ini ditulis, belum ada penyelesaian atas nasib yang mereka alami dari pengelola SPAM.
Dihubungi Langsung ke Corcom PT Moya Indonesia, Tapi Tak Direspons
Veronika juga mengakui telah menghubungi Corporate Communication Manager (Corcom) PT Moya Indonesia Astriena Veracia lewat telepon dan pesan WhatsApp, tapi tidak merespons.
“Kenapa pak, WA kami tak dibalas, telepon tak diangkat, kami haus pak kami butuh air. Gimana rasanya kalau tak ada air, tolonglah,” pesan WhatsApp yang masuk ke BatamNow dari Veronika yang baru empat hari kemalangan atas kepergian suaminya.
Dia melanjutkan, “sudah capek pak sekarang kok beda, gak kayak yang dulu, mereka selalu mendengarkan keluhan kami”.
Akibat aliran air mati ke rumah Veronika dan tetangganya, kini, terpaksa membeli air dari pelanggan lainnya di sekitar yang harganya jauh lebih mahal dari tarif SPAM.
Pengalaman warga Bukit Timur itu bukanlah satu-satunya, sejak pengelolaan operating & maintenance (OM) SPAM di tangan PT Moya Indonesia.
Sebenarnya Kepala BP Batam Muhammad Rudi sudah mengakui bahwa PT Moya tidak maksimal melayani air minum kepada masyarakat pelanggan. Alamak…
PT Moya Indonesia, kata Rudi, tak mau mengeluarkan uang banyak karena status mereka masih pengelola tansisi.
Tapi anehnya, Rudi justru memperpanjang masa kontrak pengelola OM SPAM dari 6 bulan ke 9 bulan.
Sementara menurut Sahat Sianturi, Anggota DPRD Provinsi Kepri dari Dapil Batam ini, “kalau kualitas pelayanan pengelola SPAM tak maksimal dan amburadul, tak pantas dipertahankan.”
Lebih keras lagi pernyataan para Anggota Komisi I DPRD Kota Batam ketika menghelat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) beberapa bulan lalu.
“PT Moya Indonesia tak layak mengelola SPAM di Batam dan buat gaduh,” kata mereka menyikapi kualitas pelayanan yang buruk dari pengelola SPAM Batam.(*)