BatamNow.com – Indonesia sudah bisa mendikte harga nikel dunia –lewat Xiang Guangda.
Harga nikel dunia turun pernah sampai 5 persen.
Itu karena Tsingshan Holding Group –yang memiliki pabrik nikel di Morowali, Sulawesi Tenggara (Sulteng)– membuat pengumuman: akan memproduksi nikel jenis tertentu yang bisa untuk bahan baku baterai mobil listrik. (Dikutip dari Disway.id)
Dunia pun gempar. Indonesia hebat. Para produsen mobil listrik menjadi tenang.
Selama ini mereka khawatir. Tidak akan cukup nikel untuk baterai mobil listrik. Produksi mobil listrik sudah mencapai tipping point. Sampai Bos Tesla Elon Musk menyerukan agar negara yang punya cadangan nikel mau menambangnya besar-besaran.
Akibat kekhawatiran itu, harga nikel dunia terus naik. Sampai Mr Xiang Guangda membuat kejutan awal MAret lalu.
Februari lalu harga nikel masih USD 14,070 per ton. Sekarang tinggal USD 11,055. Tapi itu masih lebih tinggi dibanding harga tahun 2017 yang USD 10.200.
Mr Xiang Guangda kini sudah ikut menentukan pasar nikel dunia. Lewat giga pabriknya yang di Indonesia. Tsingshan Holding sendiri kini sudah menjadi salah satu dari 500 perusahaan terbesar di dunia. Perusahaan Mr Xiang itu di nomor 361 di ranking Fortune 500. Dengan kekayaan (2018) RMB 226.5 miliar.
Maka tanggal 2 Oktober 2013, terjadi penandatanganan di Shanghai. Antara perusahaan Mr Xiang dengan grup Bintang Delapan dari Indonesia. Presiden SBY menyaksikannya. Demikian juga Presiden Xi Jinping.
Di situlah diputuskan untuk membangun Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Luasnya: 47.000 hektare. Penuh dengan nikel di bawahnya.
Di masa Presiden Jokowi, Tsingshan akhirnya membangun mega pabrik itu. Luasnya 2.000 hektare. Lengkap sekali. Termasuk pelabuhan raksasanya.
Inovasi terbesar dan terbaru yang dilakukan Mr Xiang di Morowali adalah: penggunaan rotary kiln furnace. Untuk memproses nikel yang masih bercampur tanah. Bahan baku itu dimasukkan smelter, lalu dihubungkan dengan furnace untuk stainless steel secara tersambung melalui continuous hot flow.
Dengan gaya Mr Xiang ini, biaya produksi stainless steel dari Morowali bahkan lebih rendah dari biaya di Tiongkok –yang sudah terkenal murah itu.
Ternyata belum lama ini ia mengeluarkan pernyataan resmi. Mengumumkannya di London pula. Bahwa Tsingshan juga akan memproduksi nikel untuk bahan baku baterai.
Dan memang Tsingshan akan investasi sampai total USD 15 miliar. Itu sama dengan Rp 200 triliun.
Di zaman Presiden Jokowi semua itu terwujud. Morowali pun berubah total. Dari ”siapa yang sudi ke sana” menjadi ”bintang dunia”. Sampai ada yang membandingkannya di medsos: apa yang diperbuat Amerika di Papua selama 50 tahun, sudah kalah dengan yang dilakukan Mr Xiang di Morowali dalam lima tahun.(*)