BatamNow.com, Jakarta – Indra Rudiansyah, mahasiswa S3 asal Indonesia di Universitas Oxford Program Clinical Medicine, bercerita soal pengalamannya mengembangkan vaksin AstraZeneca yang kini sudah disuntikkan ke jutaan orang di seluruh dunia.
Dilansir kumparan.com, dalam prosesnya, para peneliti termasuk dirinya menemukan sejumlah kendala hingga akhirnya vaksin bisa memberikan proteksi kepada manusia.
“Kendala paling berat adalah membuktikan bahwa vaksin kita bekerja. Jadi memang tidak semua kandidat yang kita kembangkan bisa bekerja 100 persen. Ada kalanya vaksin ini ketika kita coba di hewan ternyata tidak imunogenik sama sekali,” tuturnya pada Virtual Kongres Diaspora yang digelar Sabtu (14/08/2021).
Indra menambahkan, dengan pengalaman atau riset yang cukup lama membuat para peneliti bisa mengeksplorasi imun respons yang diinginkan dari vaksin yang dibuat. “Misalnya SARS-CoV ini, oh protein kuncinya adalah di spike, kalau kita bisa memblok spike itu ada kemungkinan kita terproteksi,” tuturnya.
Selain dari pengalaman atau riset yang panjang, ilmu dasar sains juga menjadi hal penting dalam mengidentifikasi reaksi vaksin yang terjadi.
“Tapi ada juga terinfeksi, sudah divaksin terinfeksi tidak parah gejalanya oh ternyata ada t-cell yang bisa menurunkan severitas dari penyakitnya. Pemahaman kita dari basic science bisa membantu kita mengembangkan vaksin kita,” tuturnya.
Indra Rudiansyah adalah mahasiswa S3 Program Clinical Medicine, Jenner Institute, Universitas Oxford.
Pria kelahiran Bandung tersebut adalah mahasiswa Indonesia yang terlibat dalam pengembangan vaksin COVID-19 di Oxford. Indra merupakan sarjana S1 Mikrobiologi ITB dan S2 Bioteknologi ITB.(*)