BatamNow.com, Jakarta – Pakar kesehatan dari National University of Singapore (NUS) menilai tak ada yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan dari situasi lonjakan kasus baru Covid-19 di negara itu. Singapura bahkan mencatat rekor kasus harian tertinggi sepanjang pandemi berimbas ke negara pulau itu lewat angka 2.236 kasus baru pada Selasa 28 September 2021.
Dilansir Tempo.co, Dekan Saw Swee Hock School of Public Health, NUS, Teo Yik-Ying, mengatakan bahwa gelombang terbaru Covid-19 mungkin bukan hal yang buruk. Alasannya, penduduk Singapura sudah divaksinasi.
“Banyak pasien dengan Covid-19 telah menghindari penyakit parah dan malahan akan mendapatkan perlindungan lebih lanjut terhadap infeksi di masa depan karena antibodi melawan virus,” ujar Yik-Ying, Senin, 27 September 2021.
Saat ini, sekitar 82 persen populasi Singapura telah menerima dua dosis suntikan vaksin Covid-19. Bandingkan dengan Indonesia yang belum genap 24 persen dari target populasi yang ingin dicapai yang sudah divaksinasi dosis lengkap.
Otoritas kesehatan setempat pada Minggu, 26 September 2021, juga melaporkan bahwa 98 persen dari kasus penularan selama 28 hari terakhir tidak disertai gejala. Atau, kalaupun ada, gejala ringan.
Menurut Yik-Ying, jumlah kasus mungkin tetap tinggi selama beberapa bulan, tapi sebagian besar akan terlindungi dengan baik oleh vaksin dan tidak akan jatuh sakit parah. Untuk orang-orang ini, kata dia, infeksi tidak akan memiliki konsekuensi jangka pendek atau jangka panjang bagi kesehatan mereka.
“Tetapi justru dapat memicu respons kekebalan alami yang mengurangi kemungkinan infeksi berikutnya,” tutur Yik-Ying.
Vaksin Covid-19 yang didistribusikan di Singapura terutama adalah yang dikembangkan Pfizer-BioNTech dan Moderna, dan keduanya menggunakan teknologi messenger RNA. Vaksin mRNA bekerja dengan menginstruksikan tubuh untuk memproduksi protein seperti yang ada pada SARS-CoV-2, tepatnya protein yang dibutuhkan virus itu untuk bisa menginfeksi sebuah sel.
Hal itu tidak berbahaya, tapi memicu sistem kekebalan tubuh untuk mengembangkan antibodi sehingga mampu melawan infeksi dengan lebih baik virus sebenarnya datang.
Profesor penyakit menular di NUS Medical School, Ooi Eng Eong, juga menilai membiarkan virus menular secara perlahan dalam sebuah populasi tidak selalu buruk. Menurutnya, jika seseorang terinfeksi secara alami, sistem kekebalan tubuh akan dapat mengenali sebagian besar material virus daripada hanya protein pemicu infeksi yang didapat melalui vaksin.
“Itu bisa membuat seseorang lebih tahan terhadap varian virusnya di masa depan,” ujar Eng Eong.
Eng Eong melanjutkan, Singapura dapat menuai manfaat dari infeksi alami yang dialami beberapa bagian Eropa dan Amerika Utara. “Daripada infeksi diikuti vaksinasi, kita akan vaksinasi diikuti infeksi, yang menurut saya lebih baik karena kebanyakan ringan,” katanya lagi.(*)