BatamNow.com – KM Kelud beroperasi kembali. Minggu (03/10/2021) pagi, kapal Pelni ini masuk lagi ke Pelabuhan Batu Ampar, pasca naik docking sekitar 3 minggu lalu di Jakarta.
Menurut Kepala Operasi Pelni Batam Lan Lan, pelayaran kali ini mengangkut 264 penumpang Jakarta-Batam. Pelayaran selanjutnya Batam-Belawan dengan 473 penumpang.
Pelabuhan sandar kapal Pelni ini, tampaknya, belum pindah ke pelabuhan swasta Bintang 99 yang sepelemparan batu dari Pelabuhan Batu Ampar.
Pantauan BatamNow.com kondisi dan suasana pelayanan penumpang di Pelabuhan Batu Ampar, terlihat masih tetap seperti sediakala: karut marut. Sampai kapan?
Di sekitar “terminal” tampak kumuh dan tak ramah penumpang.
Belum terkonfirmasi hingga kapan berlangsung kondisi seperti itu. Apakah nanti makin baik jika pindah ke Pelabuhan Bintang 99?
Berpindah-pindah pelabuhan sandar di Batam bisa jadi kebiasaan bagi KM Kelud.
Awalnya, dulu, labuh jangkar di Karimun. Pindah ke Pelabuhan Sekupang. Dari Sekupang ke Batu Ampar dan rencana ke Pelabuhan Bintang 99 milik swasta. Selanjutnya entah ke pelabuhan mana lagi.
Itu maka pelayanan yang karut marut tersebut sulit untuk dibantah. Pelabuhan Batu Ampar dan di Sekupang memang bukan pelabuhan khusus untuk penumpang, tapi pelabuhan kargo.
Tak pernah ada terminal yang memadai disediakan oleh manajemen Pelni.
Hanya ada gudang yang “disulap” pengganti terminal. Suasana serasa di pasar tradisional.
Padahal standar fasilitas di setiap pelabuhan penumpang telah diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No 119 Tahun 2015. Dan Pelni di Batam bukan “anak” kemarin.
Masyarakat atau konsumen, diyakini telah banyak yang kecewa atas pelayanan tak memadai selama ini, meski belum ada yang menggugat lewat “Undang-undang Perlindungan Konsumen”.
“Harga tiket yang dibayarkan oleh penumpang sebenarnya include dengan umpan balik pelayanan dengan standar Permenhub,” kata Jhon, pemerhati konsumen kapal penumpang.
Kepala Cabang Pelni Batam Agus Suprijatno tak dapat dikonfirmasi BatamNow.com. Beberapa kali hendak ditemui di kantornya, selalu tak di tempat. “Bapak lagi pulang kampung,” ujar pegawai di sana, minggu lalu.
Bahkan lewat surat formal yang dilayangkan media ini Senin (27/09) lalu, juga tak direspons.
Sementara Kabid Lalu Lintas dan Angkutan Laut serta Tata Kelola Kepelabuhanan KSOP Khusus Batam, Alwan Rasyid mengatakan sudah lama diberi masukan ke otoritas pelabuhan masalah itu.
Satu Jalur dengan Truk Kontainer
Kembali ke soal kondisi karut marutnya pelayanan Pelni yang seperti tiada akhir ini.
Lihatlah sejumlah penumpang yang turun dari tangga kapal pada hari Minggu (03/10) kemarin. Mereka harus berjalan kaki lagi hingga lebih kurang 800 meter untuk bisa keluar dari pelabuhan.
Mereka berjalan sembari menenteng bagasi bawaannya, ada yang terengah-engah.
Tak terlihat penunjuk arah jalan atau marka, tali pembatas ataupun kode petunjuk lainnya di dermaga yang dilalui penumpang.
Mereka menyusur di antara lalu lalang truk kontainer besar di dermaga pelabuhan.
“Sungguh sangat berbahaya, sejumlah penumpang berjalan ditengah lalu lalang truk kontainer ini,” kata Yono, pekerja kontainer di pelabuhan itu.
“Kondisi ini sudah menahun mas, mau apalagi,” tambahnya.
Dijelaskan petugas di pelabuhan itu, sebenarnya disediakan 1 unit bus Trans Batam. Tapi tak ada petugas yang standby mengarahkan penumpang yang baru turun dari kapal untuk menaiki bus itu,” ujarnya kepada BatamNow.com.
Padahal dalam Pasal 3 ayat (6) Permenhub No 119 Tahun 2015, “bahwa pelayanan kemudahan di terminal termasuk mengenai pelayanan bagasi penumpang, informasi angkutan lanjutan juga fasilitas kemudahan naik/ turun penumpang.
Terlihat 1 unit pick up yang disedakan untuk angkat bagasi penumpang. “Tapi mana cukup? 1 unit pick up itu, tampaknya, hanya mengangkut barang khusus,” tambah petugas tadi lagi, tanpa merinci barang khusus apa dan milik siapa.
Demikian juga ruang tunggu keberangkatan yang menurut beberapa penumpang dikonfirmasi media ini, kurang nyaman. “Beda dengan terminal di Belawan dan Jakarta serta di daerah lainnya,” ujar dua ibu yang sering bolak-balik Belawan-Jakarta.
“Apalagi jika bicara pelayanan dengan fasilitas garbarata segala, sangat jauhlah,” kata penumpang lain.
Sementara untuk keberangkatan, para penumpang rata-rata diantar/ diangkut ke koridor tangga kapal dengan 1 unit bus Trans Batam tadi.
Kondisi Bertolak Belakang Dibanding Pelabuhan Antarpulau
Pada Pasal 3 ayat (1) Permenhub, diatur standar pelayanan penumpang angkutan laut di terminal yang wajib disediakan oleh operator terminal penumpang, meliputi pelayanan kesehatan, keamanan dan ketertiban, kehandalan/ keteraturan/ kenyamanan, kemudahan serta kesetaraan.
Pasal 3 ayat (5) merinci pelayanan kenyamanan yang harus disediakan oleh operator pelayaran di terminal meliputi ruang tunggu, gate/ koridor boarding, garbarata, toilet, tempat ibadah, lampu penerangan, fasilitas kebersihan, fasilitas pengatur suhu, ruang pelayanan kesehatan hingga area merokok.
Bahkan fasilitas pelayanan bagi difabel dan ibu menyusui harus tersedia sebagaimana diatur dalam Permenhub dimaksud.
Sebagai pembanding, dari liputan media ini, kondisi pelayanan terhadap penumpang di pelabuhan antarpulau sangat-sangat manusiawi. Semisal, di terminal Harbour Bay rute Batam-Tanjung Balai Karimun dan lainnya.
Ruang tunggu terminalnya sekelas di pelabuhan internasional Batam-Singapura. Baik tempat duduk di ruang tunggu, fasilitas AC dan pelayanan lainnya. Penumpang duduk nyaman dan aman, sebelum naik ke kapal.(LL/D)
Ikuti terus laporan selanjutnya BatamNow.com tentang kondisi pelayanan PT Pelni di dermaga tempat KM Kelud berlabuh itu.