Pengamat Pasar Modal: Jumlah Pemegang Saham Berkurang Terus dan Solusinya Naikkan Nilai Saham agar Tak Sampai Delisting
BatamNow.com, Jakarta – Sejak awal April 2022 hingga hari ini, nilai saham emiten PT Sat Nusapersada Tbk, nyaris tidak pernah menyentuh zona hijau. Padahal dari data yang ada, nampak akhir Maret 2022, saham perusahaan berkode PTSN ini sempat bertengger di zona hijau dengan nilai 224 per lembar sahamnya.
Selasa (12/04/2022), saham perusahaan manufaktur elektronik tersebut bahkan mencapai titik terendah, drop hingga 210. Saham PTSN memgalami penurunan 6 poin atau minus 2,78% dalam dua hari ini. Apakah ini menjadi indikasi PTSN bakal masuk delisting?
Pengamat pasar modal Lucky Bayu Purnomo mengatakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi saham PTSN sampai turun drastis.
“Tapi untuk masuk area delisting itu masih jauh. Setidaknya, nilai saham sebuah emiten berada di angka 50 per lembarnya, mungkin baru bisa. Sementara PTSN kan masih jauh dari angka itu,” terang pendiri LBP Institute ini kepada BatamNow.com, Selasa (12/04) malam.
Lucky menyebutkan, salah satu faktor yang mengakibatkan turunnya saham PTSN adalah berkurangnya jumlah pemegang saham.
Data yang ada menyebutkan, turunnya jumlah pemegang saham sudah berlangsung sejak tahun 2021. Bahkan, pada Oktober 2021, jumlah pemegang saham PTSN minus 435. Hal tersebut terus terjadi hingga Januari 2022. Baru agak membaik di Februari 2022, dengan ada penambahan pemegang saham sebanyak 178. Namun, kembali drop di Maret 2022, sebanyak 148 pemegang saham.
“Ini faktor kuat yang mendorong melemahnya nilai saham PTSN. Sebab dengan berkurangnya pemegang saham, sama artinya, kurang diminati oleh pasar,” katanya.
Faktor lainnya, sambung Lucky, earnings per share atau laba bersih yang didapat dari per lembar saham PTSN, sempat dua kali mengalami minus di kuartal IV-2019 dan kuartal II-2020. “Bila dirata-rata (average price), saham PTSN berada di kisaran 212.10,” ujarnya.
Ditanya kemungkinan nilai saham meningkat, menurut Lucky, masih ada peluang, meski dalam periode yang cukup panjang. “Mungkin dalam periode setahun, nilai saham bisa meningkat. Tapi tetap harus optimis,” imbuhnya.
Menurut Lucky yang juga dikenal sebagai ekonom ini, di 2019 lalu PTSN sudah melakukan stock split. Hanya saja, penurunan jumlah pemegang saham memberi pengaruh cukup signifikan terhadap nilai saham.
Lucky beranggapan, perlu langkah-langkah fundamental dari perusahaan untuk menaikkan nilai saham. Misal, melakukan pembagian dividen dengan lebih cepat. Juga melakukan pembenahan strategi market untuk dapat menarik lebih banyak pemegang saham lagi. (RN)